Monday, 31 March 2014

Angkatan Darat Jepang 1937-1945


Di Era perang dunia II ,Jepang mengobarkan Perang Asia Timur Raya dengan menyerang pangkalan AS di Peal Harbour untuk kemudian membuka jalan penyerangan ke Asia Tenggara. Keberanian Jepang untuk membuat perang besar dan menginvasi banyak negara, tentunya sudah didukung dengan kekuatan militer yang kuat, salah satunya adalah Angkatan Darat Kekaisaran Jepang.


Angkatan Darat Kekaisaran Jepang (Dai Nippon Teikoku Rikugun) atau dalam istilah barat sering disebut sebagai Imperial Japanese Army pertama kali terbentuk tahun 1873 setelah terjadi restorasi meiji dimana peran kaum samurai secara resmi dihapuskan dan digantikan oleh tentara reguler ini. 



Dan dalam pengembangannya, pemerintah jepang mengundangkan aturan program wajib militer 3 tahun tehadap semua laki-laki dari umur 17 hingga 40 tahun. Tercatat pada tahun 1931 jumlah kekuatan pasukan jepang sebesar 198.880 personel, dan tahun 1937 terhitung menjadi 300.000 personel dan pada puncaknya tahun 1945 diakhir perang pasifik hingga mencapai 5,5 juta pasukan.


Selain itu untuk memodernisasi teknik bertempur dari pasukan jepang, maka banyak perwira-perwira militer asing yang didatangkan sebagai penasehat/instruktur oleh pemerintah. Kalau kita menonton film the last samurai – kira2 hampir seperti itulah keadaannya. Kemudian para calon perwira yang telah lulus akademi militer dikirim keluar negeri untuk melanjutkan pendidikan militernya di negeri eropa sebagai atase militer disana. 

Dan sekembalinya ke negeri Jepang, mereka akan menerapkan segala ilmu pengetahuan militer yang mereka dapat selama studi disana. Sangat menarik sekali. Tapi pembahasannya sengaja dipersempit pada AD dalam kurun waktu 1937 sampai 1945 karena dalam rentang waktu tersebut militer jepang tak hanya Angkatan Darat (Rikugun) bahkan AL(Kaigun) telah sampai pada klimaks perkembangannya hingga terpaksa membuka mata lebar-lebar negara barat yang sebelumnya memandang remeh negeri asia tersebut. 

Dalam waktu-waktu tersebut jepang terlibat dalam dua perang besar yaitu Sino-Japan war dan Pacific war atau Perang Asia Timur Raya (Dai Toa Senso Senkum) walau pada akhirnya Angkatan Perangnya dibubarkan karena kekalahan jepang dalam perang asia timur raya.
>WAJIB MILITER

Pada prinsipnya, siapapun laki-laki yang lahir setelah masa 1873 dan berusia antara 17 sampai 40 tahun serta dianggap mampu secara fisik melakukan tugas kemiliteran maka akan diwajibkan mengikuti program Wamil (conscription) yang didaftarkan di kantor polisi wilayah setempat. 


Seluruh jepang dibagi menjadi 14 distrik divisi wajib militer tidak termasuk wilayah Formosa (Taiwan) dan Korea. Para orang tua yang melepas putera2nya biasanya sangat bangga karena anaknya akan dididik militer demi mengabdi kepada kaisar, bahkan jika harus mereka menyerahkan nyawanya. Sebelum berangkat biasanya mereka yang ditinggalkan meneriakkan salam perpisahan dengan berteriak tenno heika, Banzai! (Hidup Kaisar !) kemudian mengibarkan bendera hinomaru dirumah mereka menandakan putera mereka menjawab panggilan tugas Negara.
Sedangkan para prajurit baru direkrut yang telah diseleksi dengan mengikuti ujian, akan dikelompokkan kedalam 2 klasifikasi yaitu : 
Kelas A terdiri dari tentara yang bertinggi badan minimal 152 cm dan dianggap memiliki kemampuan fisik yang bagus. 
Kelas B1 terdiri dari tentara yang tinggi badannya 150 cm dan memiliki sedikit kekurangan baik pendengaran maupun penglihatan sesuai kualifikasi yang tentukan. Selain itu ada lagi kelas B2 dan B3 yang tentu kualitasnya lebih rendah dari kelas sebelumnya, dan umumnya mereka ditempatkan sebagai pasukan cadangan.
>Pendidikan dan Pelatihan
manualarm
Masyarakat jepang kala itu umumnya sudah mempersiapkan jauh-jauh anak-anak dalam kehidupan militer berbarengan dengan sistem pemerintahannya yang fasis militeristis. 


Sebelum pecah perang, para pasukan yang baru direkrut ini dididik selama 3 sampai 6 bulan sebagai pendidikan dasar. Dan setelah itu umumnya mereka ditempatkan dalam divisi persenjataan/amunisi sebagai tugas pertamanya. Pendidikan militer yang mereka jalankan sangat disiplin dan cenderung sangat keras. 

Prajurit yang tertangkap melakukan kesalahan akan diberikan sanksi yang umumnya dipukuli atau kekerasan lainnya. maka ini lah yang akan jadi factor pembentuk mengapa tentara jepang begitu beringas, brutal dan kejam dalam memperlakukan tawanan perang dan rakyat sipil. 
 strechin
Para tentara yang masih hijau sedang latihan streching, suatu bagian rutin dari senam jepang. Para perwira latih selalu memantau secara ketat anak-anak didiknya bahkan diwaktu istirahat sekalipun 
latihankendo
2 orang rekrutan sedang berlatih tanding kendo dengan perlengkapan perlindungnya. Tampak seorang instruktur membawa senapan kayu bertindak sebagai wasit dan pelatih sekaligus, tidak jarang kayu tersebut jadi alat penghukum buat para newbi-newbi ini apabila melakukan kesalahan dalam latihan. Dan cukup brutal tentunya
stambathbarrack
Semangat korsa antar prajurit tidak hanya dipupuk dalam latihan baris berbaris karena Barrack menyediakan fasilitas pemandian air hangat untuk dapat mengakrabkan mereka
4barrack
Para prajurit infantri berlatih melewati halang rintang kawat berduri yang tetap dipantau perwira latihnya. Pada masa sebelum perang, pendidikan dapat dilaksanakan sangat teliti setiap prajuritnya namun setelah memasuki era perang yang membutuhkan sumber daya tentara dalam jumlah besar, maka kualitas pendidikan dan pelatihan agak longgar dan terkesan seadanya dengan pemberian basic training saja
Dalam kepangkatan di tubuh AD jepang, pangkat dibawah perwira pertama yaitu bintara tinggi (jun-i) memegang tugas administrasi di unit headquarter. Pada tingkat pangkat dibawahnya yaitu Bintara (Non Commission Officers – NCO) terdiri dari 3 kepangkatan berurutan. 

Pertama yaitu Sersan Mayor (So-cho) yang setara dengan sersan 1 di USA dalam tingkat Kompi. Berikutnya yaitu Sersan (gun-sho) yang membawahi tingkat pleton. Selanjutnya yaitu kopral (Go-cho) pangkat NCO paling rendah.

Berikutnya adalah pangkat prajurit tertinggi yaitu Lance corporal (Hei-cho) yang bertindak sebagai assten kopral. Selanjutnya ada pangkat prajurit biasa yaitu: Jotto-hei, Itto-hei dan Nitto-hei, seperti pada gambar dibawah.
 
kepangkatan di tubuh Angkatan darat
Organisasi Pasukan
Seperti pada AD negara lainnya, Pasukan AD jepang dibagi menjadi 3 unit bagian, yaitu Infantri, kavaleri dan Artileri. serta beberapa detasemen terpisah yang namanya disesuaikan dengan nama commandernya yang ditugaskan dalam operasi-operasi tertentu
>INFANTERI
  
Infantry merupakan sentra utama kekuatan yang menjadi tulang punggung dan ujung tombak AD jepang di pertempuran. Oleh karena itu unsur persenjataan menjadi titik penting yang harus diperhatikan baik dalam hal senapan, pistol, bayonet light/heavy machine gun, granat dan pelontar granat. 


Pada tahun 1930-an persenjataan infantry jepang tergolong paling maju dibandingkan negara lainnya, tapi sejak tahun 1943 jepang mulai tertinggal dibelakang persenjataan sekutu
japaneseweapon
medievalwar
Dalam perang melawan china Jepang memanfaatkan bangunan berupa benteng2 kecil untuk mengadapi pasukan musuh yang hanya dilengkapi beberapa senjata berat
7machinegun  
Ilustrasi Pillbox senapan mesin yang sering ditemukan di kepulauan pasifik tempati pertahanan pasukan jepang. 


Terbuat dari potongan batang pohon dan dicampur dengan semak2 dari daun palem. Namun pada beberapa pulau, pertahanan pillbox jepang ada juga yang terbuat dari dinding beton yang cukup protektif.
82269538
Nambu 7,7mm type 99 senapan mesin ringan, 
Kalo teorinya sih katanya : riflemen melindungi posisi light MG, sedangkan light MG melindungi Heavy MG CMIIW.
Perlengkapan personel 
sabuktempatpeluru 
sabuk Meiji tipe 30. Dua kantong di paling kanan dan kiri dapat menampung 30 butir peluru dan yang tengah dapat menyimpan 60 peluru beserta pelumas senapan. Sedangkan disebelahnya ada kait penyimpan bayonet 
opticalequipment 
binocular optik yang memiliki desain jerman. Tidak semua prajurit mendapatkannya, hanya beberapa yang memang bertugas dalam pengintaian ataupun perwira lapangan 
bukulagudankotakcigar 
sebuah handbook yang berisi buku lagu2 mars infantry dan kotak rokok 
495-1 
Botol minum/ canteen atau di indonesia biasa disebut cosper. Cukup menampung 2,5 liter air  
nambupistols 
2 pistol kaliber 8mm. Yang paling atas familiar dikenal dengan nambu taisho tipe 14 dan yang bawah adalah tipe94 
  
mobile kitchen A.K.A dapur berjalan  ,Diduga diadopsi jepang dari Russia selama russo Japanese war. 


Kompor trailer ini bias ditarik dengan kereta dan sangat efisien karena sifatnya yang mobile dapat membantu kebutuhan makan prajurit selama kampanye
>KAVALERI

Soal kavaleri tank AD jepang ada sebuah kisah pertempuran yang perlu disimak :
Matanikau River, Guadalcanal, 23 Oktober 1942. Sejumlah tank AD jepang asal satuan 1st Independent tank company dibawah pimpinan captain sunito maeda bergerak menuju wilaya pantai, hilir sungai matanikau. Tipe tank yang dikerahkan terdiri dari sebuah tank ringan type 95 Ha Go dan 9 unit tank tipe 97 Chi Ha dalam rangka menyerang pasukan marinir AS disana. 

Namun upaya serangan balik jepang ini tercium oleh marinir AS. Sebuah tank langsung remuk dihantam antitank kaliber 37mm dari jarak sekitar 150 m. Nasib serupa juga sama menimpa sisa armada tank pimpinan Maeda. Mereka jadi bulan-bulanan tembakan meriam marinir dari berbagai kaliber
Cerita pertempuran diatas bisa jadi gambaran betapa rentan tank-tank yang dioperasikan jepang selama Perang Pasifik menghadapi AS. Ada beberapa hal aygn menjadi penyebab: 

Pertama, soal pembangunan kemampuan tempur mekanis, Jepang tergolong ketinggalan. Tercatat negeri itu baru bisa menghasilkan sendiri kendaraan lapis baja beroda rantai tahun 1929. 


Jenis yang dilahirkan adalah tank ringan berbobot 9,8 ton. Basis ilmu yang dicomot adalah rancang bangun tank-tank ringan dari inggris dan perancis. Memang pasca PD I jepang sempat mendatangkan tank2 ringan buatan Vickers, Carden-Lloyd serta Renault. 

Kedua, penyebab lemahnya lapis baja jepang berasal dari konsep pertempuran yang dianut. Mereka menganggap tank tak lebih dari sekedar elemen pendukung gerak infantri. 


Konsep tadi lantas diwujudkan dalam bentuk tingkat proteksi serta persenjataan yang dipakai. Tingkat proteksi yang digunakan hanya buat menangkal senjata hantaman infantri. sementara kaliber meriam tidak pernah bergerak lebih besar dari kaliber 57mm. 

Soal senjata pada tank, jepang memilih lebih banyak untuk membekali dengan senapan mesin pembasmi pasukan. Alhasil selain di lambung dan bagian depan kubah, kerap ditemukan senapan mesin terpasang di bagian kubah belakang. 


Selain tank ringan, jepang juga sempat memproduksi tank medium tipe 97 Chi Ha. Sayang untuk urusan senjata, tank ini masih tergolong lemah.
239a-model-95-japanese-tank
daftar tank yang pernah diproduksi jepang : 
1. Type 87 Chi-I medium tank (Experimental 1st tank) 
2. Type 89 Chi-Ro medium tank 
3. Type 95 Ha-Go light tank 
4. Type 97 Chi-Ha medium tank 
5. Type 1 Chi-He medium tank 
6. Type 3 Chi-Nu medium tank 
7. Type 4 Chi-To medium tank 
8. Type 5 Chi-Ri medium tank 
9. O-I superheavy tank
Dalam periode 1931-1938 jepang memproduksi 1700 tank baru, namun jumlahnya tidak bertambah signifikan ditahun2 berikutnya karena prioritas adalah memproduksi pesawat tempur sebagai kekuatan udara.
Artileri kekaisaran jepang yang dipakai AD selama periode second sino-japanese war dan pacific war tergolong cukup baik dan tidak terlalu ketinggalan zaman. Banyak jenis artileri baik light/heavy dengan berbagai kaliber artilley yang tergolong cukup banyak. Selain itu ada juga unit artileri yang tergolong unik lainnya.
Beberapa contoh arteleri :
 
Type 92 10cm Cannon 
Introduced Year : 1935 
Caliber : 105 mm 
 
Type 14 10cm Cannon 
Introduced Year : 1925 
Caliber : 105 mm 
 
Type 38 10cm Cannon 
Introduced Year : 1911 
Caliber : 105 mm 
 
Type 89 15cm Cannon 
Introduced Year : 1929 
Caliber : 149.1 mm 
 
Type 94 37mm Anti-Tank Gun 
Introduced Year : 1936 
Caliber : 37 mm 
 
Type 1 37mm Anti-Tank Gun 
Introduced Year : 1941 
Caliber : 37 mm 
 
Type 5 15cm AA Gun 
Introduced Year : 1945 
Caliber : 149.1 mm 
 
Type 4 75mm AA Gun 
Introduced Year : 1944 
Caliber : 75 mm 
 
Type 88 75mm AA Gun 
Introduced Year : 1927 
Caliber : 75 mm 
lengkapnya : http://homepage.tinet.ie/~steven/japarm.htm 
 
Nah yang ini gak boleh ketinggalan,namanya spigot mortar. Mortir raksasa yang dipastikan terbesar selama PD 2 yang pernah dipakai sebagai artileri.kalibernya 320mm Kiprahnya cukup terkenal dalam battle of Iwo Jima,salah satu ciri khasnya, : bisa diketahui darimana arah datengnya, tapi gak bisa dipastikan sama sekali kemana arah jatohnya 
 


 


Selain itu jepang juga mengembangkan teknologi senjata rocket. 
Yang ini namanya Type 4 launcher. Produksi tahun 1944. Ditemukan di Manila. 


Bentuknya agak mirip mortir, dengan bipodnya Tabung peluncurnya berdiameter 20 cm dan dapat menjangkau sejauh 800 mil 
 
Yang ini ada lagi. 447mm ! Lagi-lagi ditemukan di manila.Dari pihak US yang menemukan diberi nama 447-MM SPIN STABILIZED ROCKET AND CART TYPE LAUNCHER
CONCLUSION

Well, melihat begitu banyak persenjataan yang dimiliki Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pantas membuat Militer Jepang percaya diri untuk menguasai Pasifik. Tetapi Sehebat-hebatnya Angkatan darat Jepang masih menyimpan segudang masalah dan kekurangan,Teknologi yang digunakan Angkatan darat masih kalah dengan Angkatan Laut dan Udaranya. 

Persaingan antara AD, AL dan AU membuat Koordinasi Tentara Kekaisaran terpecah belah, hal ini juga salah satu penyebab melemahnya militer Jepang terhadap sekutu. 

Sehingga Pada Akhirnya teknologi persenjataan IJA semakin tertinggal oleh sekutu, dan pelan tapi pasti kedidayaan Imperial Japanese Army diawal kampanye semakin memudar, satu persatu daerah jajahan Jepang direbut sekutu, kemudian ditutup dengan peristiwa epik Bom Atom Hiroshima – Nagasaki dan penyerbuan Tentara Merah Soviet ke markas Kwantung Army di Manchuria.
Sumber:ttp://livebeta.kaskus.us/thread/000000000000000013722942/angkatan-darat-kekaisaran-jepang-1937-1945/1

No comments:

Post a Comment

Bagaimana Artikel ini menurut Anda..