Showing posts with label History PD WW Ke I -II. Show all posts
Showing posts with label History PD WW Ke I -II. Show all posts
Friday, 26 December 2014
Monday, 31 March 2014
Angkatan Darat Jepang 1937-1945
Di Era perang dunia II ,Jepang mengobarkan Perang Asia Timur Raya dengan menyerang pangkalan AS di Peal Harbour untuk kemudian membuka jalan penyerangan ke Asia Tenggara. Keberanian Jepang untuk membuat perang besar dan menginvasi banyak negara, tentunya sudah didukung dengan kekuatan militer yang kuat, salah satunya adalah Angkatan Darat Kekaisaran Jepang.
Thursday, 7 March 2013
Kamikaze
Tuesday, 5 March 2013
Sunday, 3 March 2013
Tuesday, 11 September 2012
Penerbang Terhebat Nazi German pada Perang Dunia II - Top 10
Tuesday, 14 August 2012
Operation Dynamo, Operasi Penyelamatan Pasukan Inggris Yang Terkepung Di Dunkirk
Pertempuran Dunkerque adalah pertahanan dan evakuasi Britania dan tentara Sekutu yang telah terpisah dari pertahanan Perancis utama oleh serangan Jerman.
Operation Dynamo, Operasi Penyelamatan Pasukan Inggris Yang Terkepung Di Dunkirk
Evakuasi Dunkirk atau Operation Dynamo (Dinamo) adalah evakuasi tentara Sekutu dari Pantai Dunkerque/Dunkirk, Prancis, dari tanggal 27 Mei sampai dengan 4 Juni 1940, ketika tentara Inggris dan Prancis dikalahkan oleh tentara Jerman dalam pertempuran Dunkirk pada Perang Dunia II. Winston Churchill menyebutnya sebagai kekalahan militer terbesar dalam sejarah negaranya!
Evakuasi yang berlangsung sembilan hari itu merupakan yang terbesar dalam sejarah dan berakhir dengan sukses. Pada 10 Mei 1940, Jerman melancarkan serangan terhadap kelompok Barat, menyerbu ke Belgia, Belanda, dan Luxemburg. Menghadapi pasukan lapis baja dengan kekuatan udara jauh lebih besar dan memiliki pergerakan yang tinggi. Pada 12 Mei, mereka memasuki Prancis. Pada 15 Mei, Belanda menyerah.
Jerman maju ke arah barat dari arah Ardennes di Belgia, di sepanjang Sungai Somme, Prancis, dan Selat Inggris, memotong antara pasukan Sekutu di utara dan selatan. Pasukan Sekutu di utara, yang terdiri dari bagian utama pasukan Sekutu, dengan cepat terkepung. Pada tanggal 19 Mei, komandan pasukan Inggris, Lord John Gort, mempertimbangkan penarikan personel British Expeditionary Force (BEF).
Pada 24 Mei, komandan tentara Jerman Generaloberst Walther von Brauchitsch, sudah siap merebut Dunkirk, pelabuhan terakhir untuk menarik personel BEF dari Eropa. Pemimpin Nazi Adolf Hitler tiba-tiba campur tangan, menghentikan serangan Jerman. Pada 26 Mei, Inggris akhirnya memulai Operasi Dinamo untuk mengevakuasi pasukan Sekutu dari Dunkirk.
Selama evakuasi, Royal Air Force (RAF) berhasil menahan Luftwaffe, para pejuang Jerman membombardir pantai, menghancurkan banyak kapal. Pada 4 Juni, ketika pasukan Jerman memasuki pantai dan operasi tersebut sudah akan berakhir, sekitar 198 ribu tentara Inggris dan sekitar 140 ribu tentara Prancis telah berhasil dievakuasi ke daratan Inggris.
Jumlah pasukan Sekutu yang berhasil dievakuasi:
27 Mei: 7.669 orang
28 Mei: 17.804 orang
29 Mei: 47.310 orang
30 Mei: 53.823 orang
31 Mei: 68.014 orang
1 Juni: 64.429 orang
2 Juni: 26.256 orang
3 Juni: 26.746 orang
4 Juni: 26.175 orang
Total: 338.226 orang
Nazi pernah datang ke Indonesia
BERKECAMUKNYA Perang Dunia II Teater Asia-Pasifik, yang terjadi di
Indonesia, diwarnai kehadiran pasukan Nazi Jerman. Aksi mereka dilakukan
usai menyerahnya Belanda kepada Jepang di Kalijati, Subang, 8 Maret
tahun 1942, atau 64 tahun silam. Namun, kehadiran Nazi Jerman ke
Indonesia seakan terlupakan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Kehadiran pasukan Nazi Jerman di Indonesia, secara umum melalui aksi sejumlah kapal selam (u-boat/u-boote) di Samudra Hindia, Laut Jawa, Selat Sunda, Selat Malaka, pada kurun waktu tahun 1943-1945. Sebanyak 23 u-boat mondar-mandir di perairan Indonesia, Malaysia, dan Australia, dengan pangkalan bersama Jepang, di Jakarta, Sabang, dan Penang, yang diberangkatkan dari daerah pendudukan di Brest dan Bordeaux (Prancis) Januari-Juni 1943.
Beroperasinya sejumlah u-boat di kawasan Timur Jauh, merupakan perintah Fuehrer Adolf Hitler kepada Panglima Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine), Admiral Karl Doenitz. Tujuannya, membuka blokade lawan, juga membawa mesin presisi, mesin pesawat terbang, serta berbagai peralatan industri lainnya, yang dibutuhkan "kawan sejawatnya", Jepang yang sedang menduduki Indonesia dan Malaysia. Sepulangnya dari sana, berbagai kapal selam itu bertugas mengawal kapal yang membawa "oleh-oleh" dari Indonesia dan Malaysia, hasil perkebunan berupa karet alam, kina, serat-seratan, dll., untuk keperluan industri perang Jerman di Eropa.
Pada awalnya, kapal selam Jerman yang ditugaskan ke Samudra Hindia dengan tujuan awal ke Penang berjumlah 15 buah, terdiri U-177, U-196, U-198, U-852, U-859, U-860, U-861, U-863, dan U-871 (semuanya dari Type IXD2), U-510, U-537, U-843 (Type IXC), U-1059 dan U-1062 (Type VIIF). Jumlahnya kemudian bertambah dengan kehadiran U-862 (Type IXD2), yang pindah pangkalan ke Jakarta.
Ini disusul U-195 (Type IXD1) dan U-219 (Type XB), yang mulai menggunakan Jakarta sebagai pangkalan pada Januari 1945. Sejak itu, berduyun-duyun kapal selam Jerman lainnya yang masih berpangkalan di Penang dan Sabang ikut pindah pangkalan ke Jakarta, sehingga Jepang kemudian memindahkan kapal selamnya ke Surabaya.
Adalah U-862 yang dikomandani Heinrich Timm, yang tercatat paling sukses beraksi di wilayah Indonesia. Berangkat dari Jakarta dan kemudian selamat pulang ke tempat asal, untuk menenggelamkan kapal Sekutu di Samudra Hindia, Laut Jawa, sampai Pantai Australia.
Nasib sial nyaris dialami U-862 saat bertugas di permukaan wilayah Samudra Hindia. Gara-gara melakukan manuver yang salah, kapal selam itu nyaris mengalami "senjata makan tuan", dari sebuah torpedo jenis homming akustik T5/G7 Zaunkving yang diluncurkannya. Untungnya, U-862 buru-buru menyelam secara darurat, sehingga torpedo itu kemudian meleset.
Usai Jerman menyerah kepada pasukan Sekutu, 6 Mei 1945, U-862 pindah pangkalan dari Jakarta ke Singapura. Pada Juli 1945, U-862 dihibahkan kepada AL Jepang, dan berganti kode menjadi I-502. Jepang kemudian menyerah kepada Sekutu, Agustus tahun yang sama. Riwayat U-862 berakhir 13 Februari 1946 karena dihancurkan pasukan Sekutu di Singapura. Para awak U-862 sendiri semuanya selamat dan kembali ke tanah air mereka beberapa tahun usai perang.
Dilindungi pribumi
Usai Jerman menyerah kepada Sekutu di Eropa pada 8 Mei 1945, berbagai kapal selam yang masih berfungsi, kemudian dihibahkan kepada AL Jepang untuk kemudian dipergunakan lagi, sampai akhirnya Jepang takluk pada 15 Agustus 1945 usai dibom nuklir oleh Amerika.
Setelah peristiwa itu, sejumlah tentara Jerman yang ada di Indonesia menjadi luntang-lantung tidak punya kerjaan. Orang-orang Jerman mengambil inisiatif agar dapat dikenali pejuang Indonesia dan tidak keliru disangka orang Belanda. Caranya, mereka membuat tanda atribut yang diambil dari seragamnya dengan menggunakan lambang Elang Negara Jerman pada bagian lengan baju mereka.
Para tentara Jerman yang tadinya berpangkalan di Jakarta dan Surabaya, pindah bermukim ke Perkebunan Cikopo, Kec. Megamendung, Kab. Bogor. Mereka semua kemudian menanggalkan seragam mereka dan hidup sebagai "warga sipil" di sana.
Pengamat sejarah militer Jerman di Indonesia, Herwig Zahorka, mengisahkan, pada awal September 1945 sebuah Resimen Ghurka-Inggris di bawah komandan perwira asal Skotlandia datang ke Pulau Jawa. Mereka kaget menemukan tentara Jerman di Perkebunan Cikopo.
Sang komandan bertanya kepada Mayor Angkatan Laut Jerman, Burghagen yang menjadi kokolot di sana, untuk mencari tempat penampungan di Bogor.
Menggunakan 50 truk eks pasukan Jepang, orang-orang Jerman di Perkebunan Cikopo itu dipindahkan ke tempat penampungan di Bogor. Namun mereka harus kembali mengenakan seragam mereka, memegang senjata yang disediakan pasukan Inggris, untuk melindungi tempat penampungan yang semula ditempati orang-orang Belanda.
Saat itu, menurut dia, di tempat penampungan banyak orang Belanda yang mengeluh, karena mereka "dijaga" oleh orang Jerman. "Pada malam hari pertama menginap, langsung terjadi saling tembak namun tak ada korban. Ternyata,orang-orang Indonesia menyangka orang Jerman telah tertangkap oleh pasukan.Sekutu, dan mereka berusaha membebaskan orang-orang Jerman itu," kata Zahorka.
Setelah peristiwa itu, Inggris menyerahkan sekira 260 tentara Jerman kepada Belanda yang kemudian ditawan di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu.
Tercatat pula, beberapa tentara Jerman melarikan diri dari Pulau Onrust, dengan berenang menyeberang ke pulau lain. Di antaranya, pilot pesawat angkatan laut bernama Werner dan sahabatnya Lvsche dari U-219.
Selama pelarian, mereka bergabung dengan pejuang kemerdekaan Indonesia di Pulau Jawa, bekerja sama melawan Belanda yang ingin kembali menjajah. Lvsche kemudian meninggal, konon akibat kecelakaan saat merakit pelontar api
Wawancara dengan Herwig Zahorka
Peperangan Hanya Membawa Kesia-siaan
TAK banyak yang tahu kalau tentara Nazi Jerman pernah datang ke Indonesia. Untuk mengetahui sekelumit sejarahnya, berikut wawancara dengan pengamat sejarah militer Jerman yang tinggal di Indonesia, Herwig Zahorka (72).
Mengapa pasukan Jerman ”berkelana” ke Timur Jauh sampai ke Indonesia?
Asas manfaat, diketahui, saat itu Jerman saling mendukung dengan Jepang dan Italia. Kebetulan, Jerman membutuhkan barang-barang untuk diimpor dengan pendapatan dari pulau yang diduduki Jepang. Repotnya, Asia Tenggara tengah diblokade Armada Sekutu, untuk menembusnya Jerman mengandalkan kapal selam sebagai cara efektif.
Jerman diperbolehkan mengambil bahan-bahan yang diperlukan di Eropa, karet, kina, timah, molybdan, wolfram, lemak, madat, yodium, dan agar-agar, serta bahan penting untuk warna cat penerbangan. Apalagi, banyak perkebunan dan pertambangan di Pulau Jawa, termasuk Jabar, yang dimiliki orang Jerman.
Di tengah tingginya nasionalisme bangsa Indonesia ingin lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang, apakah ada peran secara langsung maupun tak langsung dari pasukan Jerman?
Benar, walau tanpa sengaja. Ini terjadi tanggal 16 Agustus malam, Soekarno dengan Moh. Hatta harus membuat tulisan tangan untuk teks Proklamasi, untuk dibacakan keesokan harinya. Untuk kepastian keamanan, mereka membuatnya di tempat kediaman Laksamana Maeda.
Pagi hari 17 Agustus, teks Proklamasi diketik di sana, namun yang ada hanya mesin tik Jepang yang tak ada huruf latin. Untungnya, di Kantor Komandan Angkatan Laut Jerman di Jakarta yang saat itu masih dipimpin Mayor AL Dr. Kandeler, masih ada mesin tik dengan tombol huruf latin. Segera saja, beberapa orang langsung menuju ke sana dengan menggunakan kendaraan jip milik sekretarisnya Laksamana Maeda, Satzuki Mishima, untuk ”meminjam” mesin tik itu. Alhasil, beberapa jam kemudian, naskah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, telah dibacakan oleh Soekarno.
Dokumen Proklamasi aslinya diketik oleh Sajuti Melik dengan mesin tik Angkatan Laut Jerman. Mesin tik tersebut sekarang berada di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, namun dari sini ceritanya menjadi banyak keganjilan.
Setelah 61 tahun, kehadiran Jerman di Indonesia dapat disaksikan melalui makam di Arca Domas. Apakah pemerintah Jerman menjadikan makam itu sebagai ”aset sejarah bangsa” di luar negeri?
Tentu saja, malahan pemerintah kami sangat memperhatikan keberadaannya. Makam tentara di Arca Domas sebenarnya dapat lebih terawat lagi, karena negara kami memiliki organisasi perawatan taman makam pahlawan Jerman yang berada di seluruh dunia. Sayangnya, karena peraturan pemerintah Indonesia tidak memperbolehkan makam di Arca Domas dapat dibeli.
Adalah rasa kedekatan dengan para pahlawan bangsa kami walau jauh dari tanah air, karena ”kami memiliki sahabat” yang kini sudah menyatu dengan atmosfer alam tropis. Walaupun kemudian, keberadaan makam di Arca Domas menyadarkan banyak pihak, peperangan akhirnya hanya membawa kesia-siaan. (Kodar Solihat/”PR”)***
Arca Domas, Kenangan Tentara Jerman di Indonesia
JIKA ditempuh dari jalan raya Cikopo Selatan, perlu waktu sekira setengah jam untuk sampai ke lokasi makam di Kampung Arca Domas, Desa Sukaresmi, Kec. Megamendung, Kab. Bogor. Akan tetapi, kendaraan harus "berjibaku" dulu menempuh jalan berbatu tanpa aspal dengan jurang di satu sisi.
MAKAM sepuluh orang angkatan laut Nazi Jerman, dua di antaranya awak kapal selam U-195 dan U-196, di Kampung Arca Domas Desa Sukaresmi Kab. Bogor, menjadi saksi bisu kehadiran pasukan Nazi Jerman di Indonesia pada Perang Dunia II. Anehnya, tidak banyak warga setempat yang tahu keberadaan makam tentara Jerman tersebut. Mereka hanya tahu ada tempat pemakaman di ujung jalan. Padahal, di tempat terpencil itu terbaring jasad sepuluh tentara Angkatan Laut Nazi Jerman (Kriegsmarine) yang meninggal di Indonesia, sesaat setelah Jepang menyerah pada Sekutu, Agustus 1945.
Luas areal pemakaman yang diteduhi pohon kamboja itu, kira-kira 300 meter persegi. Sekeliling makam ditumbuhi tanaman pagar setinggi satu meter. Pintu masuknya dihalangi pagar bambu. Dekat pintu masuk, berdiri tugu peringatan Deutscher Soldatenfriedhof yang dibangun Kedubes Republik Federal Jerman di Jakarta untuk menghormati prajurit Jerman yang gugur.
Mereka adalah Komandan U-195 Friederich Steinfeld dan awak U-195, Dr Heinz Haake. Lainnya adalah pelaut Jerman, Willi Petschow, W. Martens, Wilhelm Jens, Hermann Tangermann, Willi Schlummer, Schiffszimmermann (tukang kayu kapal laut) Eduard Onnen. Dua nisan terpisah adalah makam tentara tidak dikenal (Unbekannt).
Makam itu terletak di lahan Afdeling Cikopo Selatan II Perkebunan Gunung Mas. Dahulu, makam itu dirawat PT Perkebunan XII (kini PT Perkebunan Nusantara VIII) selaku pengelola Perkebunan Gunung Mas, namun sejak beberapa tahun terakhir perawatan makam dibiayai pemerintah Jerman. Lahan yang bersebelahan dengan makam tadinya areal tanaman teh dan kina. Akan tetapi, tanaman tersebut habis dijarah, beberapa tahun lalu.
Pengamat sejarah militer Jerman di Indonesia, Herwig Zahorka yang dihubungi "PR", mengatakan, Letnan Friederich Steinfeld meninggal di Surabaya akibat disentri dan kurang gizi saat ditawan Sekutu. Keterangan ini diperoleh dari mantan awak U-195 yang bermukim di Austria, Peter Marl (82tahun) dan mantan awak U-195 lainnya, Martin Mueller yang datang ke makam tahun 1999.
Sedangkan Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens, tewas dibunuh pejuang kemerdekaan Indonesia dalam Gedung Jerman di Bogor, 12 Oktober 1945. Kemungkinan, mereka disangka orang Belanda apalagi aksen bahasanya mirip.
Letnan Laut W. Martens terbunuh dalam perjalanan kereta api dari Jakarta ke Bogor. Kopral Satu Willi Petschow meninggal 29 September, karena sakit saat di Perkebunan Cikopo, serta Letnan Kapten Herman Tangermann meninggal karena kecelakaan pada 23 Agustus tahun yang sama.
"Kendati saat itu terjadi salah sasaran karena disangka orang Belanda, namun kemudian banyak orang Indonesia mengenali ternyata mereka orang Jerman. Ini kemudian menjadikan hubungan tersebut menjadi persaudaraan," kata Zahorka, pensiunan direktur kehutanan Jerman, yang bermukim di Bogor dan menikahi wanita Indonesia.
Mengenai keberadaan dua arca di makam tersebut, Zahorka mengatakan, arca-arca itu sengaja disimpan sebagai penghormatan kepada budaya warga setempat.
Warga Kampung Arca Domas, Abah Sa'ad (76 th), seorang saksi hidup peristiwa penguburan tentara Jerman di kampungnya, Oktober 1945. Saat itu, usianya 15 tahun. Ia ingat, prosesi pemakaman dilakukan puluhan tentara Nazi Jerman secara kemiliteran. Peristiwa itu mengundang perhatian warga.
"Waktu itu, masyarakat tidak boleh men-dekat. Dari kejauhan, tampak empat peti mati diusung tentara Jerman, serta sebuah kendi yang katanya berisi abu jenazah. Tentara Jerman itu berpakaian putih, dengan dipimpin seorang yang tampaknya komandan mereka karena menggunakan topi pet," tuturnya.
Sepengetahuan Abah Sa'ad, mulanya, makam tentara Jerman itu hanya ditandai nisan salib biasa, sampai kemudian ada yang memperbaiki makam itu seperti sekarang.
Keasrian dan kebersihan makam tersebut tidak lepas dari peran penunggu makam, Mak Emma (65) yang dibiayai Kedubes Jerman dua kali setahun. " Biasanya, setiap tahun ada warga Jerman yang menjenguk makam pahlawan negaranya itu," ujarnya.
Namun, dia kurang tahu sejarah makam itu karena baru diboyong suaminya (pensiunan karyawan Perkebunan Gunung Mas) 10 tahun lalu. Ia meneruskan pekerjaan suaminya (alm.) menjadi kuncen.
Jakarta Pernah Disinggahi Senjata Nuklir

U-195 dan U-219 Nyaris Ubah Sejarah
DARI berbagai kapal selam Jerman yang beraksi di Indonesia adalah U-195 dan U-219 yang bisa mengubah sejarah di Asia-Pasifik, jika Jerman dan Jepang tidak keburu kalah. Kedua kapal selam itu membawa uranium dan roket Nazi Jerman, V-2, dalam keadaan terpisah ke Jakarta, untuk dikembangkan pada projek senjata nuklir pasukan Jepang di bawah pimpinan Jenderal Toranouke Kawashima.
Ini merupakan langkah Jerman membantu Jepang, yang berlomba dengan Amerika Serikat dalam membuat senjata nuklir untuk memenangkan Perang Dunia II di Kawasan Asia-Pasifik. Rencananya, projek senjata nuklir Jepang untuk ditembakkan ke wilayah Amerika Serikat.
Kapal selam U-195 tiba di Jakarta pada 28 Desember 1944 dan U-219 pada 11 Desember 1944. Richard Besant dalam bukunya berjudul Stalin's Silver dan Robert K Wilcox dalam Japan's Secret War, hanya menyebutkan, kedua kapal selam itu membawa total 12 roket V-2 dan uranium ke Jakarta.
Namun, berbagai catatan tentang diangkutnya uranium dan roket V-2 untuk Jepang itu melalui Indonesia, hanya berhenti sampai ke Jakarta. Seiring menyerahnya Jerman kepada pasukan Sekutu di Eropa pada 8 Mei 1945, keberadaannya tidak jelas lagi.
Sementara itu, projek senjata nuklir Jepang di Hungnam, bagian utara Korea, sudah menguji senjata nuklirnya sepekan lebih cepat dari Amerika Serikat. Namun Jepang kesulitan melanjutkan pengembangan, karena untuk material pendukung harus menunggu dari Jerman.
Kapal selam U-195 dan U-219 kemudian dihancurkan pasukan sekutu, saat keduanya sudah berpindah tangan ke Angkatan Laut Jepang. Sebagian awak U- 95 sendiri, ada yang kemudian meninggal dan dimakamkan di Indonesia.
Kapal U-195 (Type IXD1) dikomandani Friedrich Steinfeld, selama tugasnya sukses menenggelamkan dua kapal sekutu total bobot mati 14.391 GRT dan merusak sebuah kapal lainnya yang berbobot 6.797 GRT. Kapal selam itu kemudian dihibahkan ke AL Jepang di Jakarta pada Mei 1945 dan berubah menjadi I-506 pada 15 Juli 1945. Kapal ini kemudian dirampas Pasukan Sekutu di Surabaya pada Agustus 1945 lalu dihancurkan tahun 1947.
Sedangkan U-219 (Type XB) dikomandani Walter Burghagen, yang selama aksinya belum pernah menenggelamkan kapal musuh. Kapal selam ini kemudian dihibahkan ke AL Jepang di Jakarta, lalu pada 8 Mei 1945 berubah menjadi I-505. Usai Jepang menyerah Agustus 1945, I-505 dirampas Pasukan Sekutu lalu dihancurkan di Selat Sunda oleh Angkatan Laut Inggris pada tahun 1948.
Kisah aksi tugas kapal selam Jerman selama perang Dunia II juga menjadi ilham dibuatnya film berjudul "Das-Boot," yang dirilis di Jerman tahun 1981. Salah satu nara sumber autentik mengenai kehidupan para awak u-boat, adalah mantan perwira pertama dari U-219, Hans Joachim Krug, yang kemudian menjadi konsultan film itu.
Tak heran, pada film berdurasi 145 menit tersebut, para awak kapal selam Jerman tergambarkan secara autentik. Pergi berpenampilan rapi namun pulang dalam keadaan dekil, maklum saja karena berhari-hari bahkan berminggu-minggu di dalam air, mereka jarang mandi sehingga janggut, kumis, dan rambut pun cepat tumbuh.
U-234
Sementara itu, pada jalur pelayaran lain, U-234 yang juga dari Type XB berangkat menuju Jepang melalui Lautan Artik menjelang Mei 1945. Kapal selam itu juga mengangkut komponen roket V2 dan 500 kg uranium untuk projek nuklir pasukan Jepang, serta membawa pesawat tempur jet Me262.
Kapal U-234 membawa Jenderal Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe), sejumlah rancangan senjata paling mutakhir Jerman saat itu, serta dua orang perwira Jepang. Selama perjalanan, sejumlah kapal perang dan pesawat Sekutu mencoba menenggelamkan U-234.
Usai Jerman menyerah, 8 Mei 1945, sejumlah awak U-234 memutuskan menyerah kepada pasukan Amerika Serikat. Dari sini cerita berkembang, pasukan Amerika mendapati kapal selam itu membawa uranium yang kemudian digunakan untuk projek Manhattan dalam produksi bom nuklir mereka.
Muncul kemudian spekulasi, bom nuklir yang berbahan uranium dari U-234 itu, kemudian digunakan Amerika untuk mengebom Nagasaki dan Hiroshima Jepang pada Agustus 1945.
Misteri Hilangnya U-196 di Laut Kidul
DARI sejumlah kapal selam Jerman yang beraksi di perairan Indonesia, adalah U-196 yang masih menyimpan misteri keberadaannya.
Sampai kini, nasib kapal selam Type IXD2 itu hanya dikabarkan hilang di Laut Kidul (sebutan lain untuk bagian selatan Samudra Hindia).
Berbagai catatan resmi u-boat di Jerman, U-196 dinyatakan hilang bersama seluruh 65 awaknya di lepas pantai Sukabumi sejak 1 Desember 1944. Sehari sebelumnya, kapal selam yang dikomandani Werner Striegler itu, diduga mengalami nasib nahas saat menyelam.
Kapal selam U-196 meninggalkan Jakarta pada 29 November 1944, namun kemudian tak diketahui lagi posisi terakhir mereka selepas melintas Selat Sunda. Pesan rutin terakhir kapal selam itu pada 30 November 1944 hanya "mengabarkan" terkena ledakan akibat membentur ranjau laut lalu tenggelam.
Namun dari ketidakjelasan nasib para awak U-196, ada satu nama yang dinyatakan meninggal di Indonesia. Ia adalah Letnan Dr. Heinz Haake yang makamnya ada di Kampung Arca Domas Bogor, bersama sembilan tentara Nazi Jerman lainnya.
Minim catatan mengapa jasad Haake dapat dimakamkan di sana, sedangkan rekan-rekannya yang lain tak jelas nasibnya. Hanya kabarnya, ia dimakamkan atas permintaan keluarganya.
Selama kariernya, U-196 pernah mencatat prestasi saat masih dipimpin komandan sebelumnya, Friedrich Kentrat. Kapal selam itu melakukan tugas patroli terlama di kedalaman laut selama 225 hari, mulai 13 Maret s.d. 23 Oktober 1943. Kapal tersebut menenggelamkan tiga kapal musuh dengan total bobot 17.739 GRT.
Posisi Friedrich Kentrat kemudian digantikan Werner Striegler (mantan komandan U-IT23) sejak 1 Oktober 1944, sampai kemudian U-196 mengalami musibah sebulan kemudian.
Kendati demikian, sebagian pihak masih berspekulasi atas tidak jelasnya nasib sebagian besar awak U-196. Walau secara umum mereka dinyatakan ikut hilang bersama kapal selam itu di Laut Kidul, namun ada yang menduga sebagian besar selamat.
Konon, kapal ini datang ke Amerika Selatan kemudian sebagian awaknya bermukim di Iqueque, Chile. Dari sini pun, tak jelas lagi apakah U-196 akhirnya benar-benar beristirahat di sana, apakah kemudian kapal selam itu ditenggelamkan atau dijual ke tukang loak sebagai besi tua, dll.
Seseorang yang mengirimkan e-mail dari Inggris, yang dikirimkan 14 Oktober 2004, masih mencari informasi yang jelas tentang keberadaan nasib awak U-196. Ia menduga, U-196 sebenarnya tidak mengalami kecelakaan terkena ranjau di sekitar Selat Sunda dan Laut Kidul, sedangkan para awaknya kemudian menetap di Cile.
Keyakinannya diperoleh setelah membaca sebuah surat kabar di Cile, sejumlah awak kapal selam Jerman telah berkumpul di Iqueque pada tahun 1945. Mereka tiba bersamaan dengan kapal penjelajah Almirante Latorre, yang mengawal mereka selama perjalanan dari Samudra Hindia. Di bawah perlindungan kapal penjelajah itu, kapal selam tersebut beberapa kali bersembunyi di perairan sejumlah pulau, sebelum akhirnya berlabuh di Pantai Selatan Cile.
Yang menimbulkan pertanyaan dirinya, mengapa setelah tiba di Cile, tak ada seorang pun awaknya pulang ke Jerman atau mencoba bergabung kembali dengan kesatuan mereka. Ini ditambah, minimnya kabar selama 50 tahun terakhir yang seolah-olah "menggelapkan" kejelasan nasib U-196, dibandingkan berbagai u-boat lainnya yang sama-sama beraksi di Indonesia.
Entahlah, kalau saja Dr. Heinz Haake masih hidup dan menjadi warga Negara Indonesia, mungkin ia dapat menceritakan peristiwa yang sebenarnya menimpa U-196.
Peta Lokasi Tenggelamnya U-Boat Masa PD II
U-168, komandan Helmuth Pich, tenggelamkan dua kapal dagang lawan total 6.568 GRT, 1 kapal perang sekutu berbobot 1.440 GRT, serta merusak kapal lainnya berbobot 9.804 GRT. Nasib akhir tenggelam di Laut Jawa pada 6 Oktober 1944 pada posisi 06.20LS, 111.28BT, akibat torpedo kapal selam Belanda, HrMs Zwaardvisch. Sebanyak 23 awak U-168 tewas dan 27 lainnya selamat, kemudian ditawan di Surabaya dan Australia.
U-183, komandan Fritz Schneewind, tenggelamkan empat kapal lawan total 19.260 GRT, dan satu kapal lawan berbobot 6.993 GRT. Kapal selam ini kemudian tenggelam di Laut Jawa, 23 April 1945, ditorpedo kapal selam Amerika Serikat, USS Besugo. Sebanyak 54 awak U-183 tewas dan hanya seorang yang selamat, yaitu Schneewind. Usai perang, ia tinggal di Padang, Sumbar sampai akhir hayatnya, karena ia lahir di sana 10 April 1917.
U-859, komandan Johann Jebsen, tenggelamkan tiga kapal lawan total 20.853 GRT. Tenggelam di Selat Malaka, 23 September 1944, pada posisi 05.46LT, 100.04BE, ditorpedo kapal selam Inggris, HMS Trenchant. Sebanyak 47 awaknya tewas dan 20 lainnya selamat.
U-537, komandan Peter Schrewe (27 Januari 1943-9 November 1944), tak menenggelamkan kapal musuh. Nasib terakhir, tenggelam bersama seluruh 58 awaknya pada 9 November 1944 di Laut Jawa bagian Timur Surabaya pada posisi 07.13 LS 115.17 BT, akibat serangan torpedo kapal selam AS, USS Flounder.
UIT-23, tadinya kapal selam Italia, Reginaldo Giuliani, diambilalih Jerman di Singapura, 10 September 1943. Dikomandani Werner Striegler, kapal selam ini tenggelam di Selat Malaka, karena ditorpedo kapal selam Inggris, HMS Talluho. Sebanyak 26 awaknya tewas, 14 lainnya selamat, termasuk Striegler yang kemudian mendapat kapal selam baru, U-196.
U-196 dikomandani Werner Striegler, menenggelamkan tiga kapal musuh dengan total 17.739 GRT. Nasib terakhir, hilang sejak 1 Desember 1944, di sekitar Selat Sunda dan Samudra Hindia Bagian Selatan Pulau Jawa, posisi pasti tak diketahui.
Kapal selam Jerman yang berpangkalan di Jakarta. Berikut u-boat, nama komandan, dan nasibnya:
U-168 Helmut Pich, Jakarta 4/10/1944, tenggelam 6/10/1944
U-181 Kurt Freiwald, Jakarta 19/10/1944, Jakarta 5/01/1945
U-537 Peter Schrewe, Jakarta 8/11/1944, tenggelam 9/11/1944
U-196 Werner Striegler, Jakarta 11/11/1944, tenggelam 30/11/1944
U-510 Alfred Eick, Jakarta 26/11/1944, Jakarta 3/12/1944
U-843 Oskar Herwartz, Jakarta 10/12/1944, Bergen 3/04/1945
U-510 Alfred Eick, Jakarta 11/01/1945, Prancis 24/04/1945
U-532 Ottoheinrich Junker, Jakarta 13/01/1945, menyerah
U-861 Juergen Oesten, Jakarta 14/01/1945, Norwegia 18/04/1945
U-195 Friedrich Steinfeld, Jakarta 17/01/1945, Jakarta 3/03/1945
U-183 Fritz Schneewind, Jakarta 22/04/1945, tenggelam 24/04/1945
Kehadiran pasukan Nazi Jerman di Indonesia, secara umum melalui aksi sejumlah kapal selam (u-boat/u-boote) di Samudra Hindia, Laut Jawa, Selat Sunda, Selat Malaka, pada kurun waktu tahun 1943-1945. Sebanyak 23 u-boat mondar-mandir di perairan Indonesia, Malaysia, dan Australia, dengan pangkalan bersama Jepang, di Jakarta, Sabang, dan Penang, yang diberangkatkan dari daerah pendudukan di Brest dan Bordeaux (Prancis) Januari-Juni 1943.
Beroperasinya sejumlah u-boat di kawasan Timur Jauh, merupakan perintah Fuehrer Adolf Hitler kepada Panglima Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine), Admiral Karl Doenitz. Tujuannya, membuka blokade lawan, juga membawa mesin presisi, mesin pesawat terbang, serta berbagai peralatan industri lainnya, yang dibutuhkan "kawan sejawatnya", Jepang yang sedang menduduki Indonesia dan Malaysia. Sepulangnya dari sana, berbagai kapal selam itu bertugas mengawal kapal yang membawa "oleh-oleh" dari Indonesia dan Malaysia, hasil perkebunan berupa karet alam, kina, serat-seratan, dll., untuk keperluan industri perang Jerman di Eropa.
Pada awalnya, kapal selam Jerman yang ditugaskan ke Samudra Hindia dengan tujuan awal ke Penang berjumlah 15 buah, terdiri U-177, U-196, U-198, U-852, U-859, U-860, U-861, U-863, dan U-871 (semuanya dari Type IXD2), U-510, U-537, U-843 (Type IXC), U-1059 dan U-1062 (Type VIIF). Jumlahnya kemudian bertambah dengan kehadiran U-862 (Type IXD2), yang pindah pangkalan ke Jakarta.
Ini disusul U-195 (Type IXD1) dan U-219 (Type XB), yang mulai menggunakan Jakarta sebagai pangkalan pada Januari 1945. Sejak itu, berduyun-duyun kapal selam Jerman lainnya yang masih berpangkalan di Penang dan Sabang ikut pindah pangkalan ke Jakarta, sehingga Jepang kemudian memindahkan kapal selamnya ke Surabaya.
Adalah U-862 yang dikomandani Heinrich Timm, yang tercatat paling sukses beraksi di wilayah Indonesia. Berangkat dari Jakarta dan kemudian selamat pulang ke tempat asal, untuk menenggelamkan kapal Sekutu di Samudra Hindia, Laut Jawa, sampai Pantai Australia.
Nasib sial nyaris dialami U-862 saat bertugas di permukaan wilayah Samudra Hindia. Gara-gara melakukan manuver yang salah, kapal selam itu nyaris mengalami "senjata makan tuan", dari sebuah torpedo jenis homming akustik T5/G7 Zaunkving yang diluncurkannya. Untungnya, U-862 buru-buru menyelam secara darurat, sehingga torpedo itu kemudian meleset.
Usai Jerman menyerah kepada pasukan Sekutu, 6 Mei 1945, U-862 pindah pangkalan dari Jakarta ke Singapura. Pada Juli 1945, U-862 dihibahkan kepada AL Jepang, dan berganti kode menjadi I-502. Jepang kemudian menyerah kepada Sekutu, Agustus tahun yang sama. Riwayat U-862 berakhir 13 Februari 1946 karena dihancurkan pasukan Sekutu di Singapura. Para awak U-862 sendiri semuanya selamat dan kembali ke tanah air mereka beberapa tahun usai perang.
Dilindungi pribumi
Usai Jerman menyerah kepada Sekutu di Eropa pada 8 Mei 1945, berbagai kapal selam yang masih berfungsi, kemudian dihibahkan kepada AL Jepang untuk kemudian dipergunakan lagi, sampai akhirnya Jepang takluk pada 15 Agustus 1945 usai dibom nuklir oleh Amerika.
Setelah peristiwa itu, sejumlah tentara Jerman yang ada di Indonesia menjadi luntang-lantung tidak punya kerjaan. Orang-orang Jerman mengambil inisiatif agar dapat dikenali pejuang Indonesia dan tidak keliru disangka orang Belanda. Caranya, mereka membuat tanda atribut yang diambil dari seragamnya dengan menggunakan lambang Elang Negara Jerman pada bagian lengan baju mereka.
Para tentara Jerman yang tadinya berpangkalan di Jakarta dan Surabaya, pindah bermukim ke Perkebunan Cikopo, Kec. Megamendung, Kab. Bogor. Mereka semua kemudian menanggalkan seragam mereka dan hidup sebagai "warga sipil" di sana.
Pengamat sejarah militer Jerman di Indonesia, Herwig Zahorka, mengisahkan, pada awal September 1945 sebuah Resimen Ghurka-Inggris di bawah komandan perwira asal Skotlandia datang ke Pulau Jawa. Mereka kaget menemukan tentara Jerman di Perkebunan Cikopo.
Sang komandan bertanya kepada Mayor Angkatan Laut Jerman, Burghagen yang menjadi kokolot di sana, untuk mencari tempat penampungan di Bogor.
Menggunakan 50 truk eks pasukan Jepang, orang-orang Jerman di Perkebunan Cikopo itu dipindahkan ke tempat penampungan di Bogor. Namun mereka harus kembali mengenakan seragam mereka, memegang senjata yang disediakan pasukan Inggris, untuk melindungi tempat penampungan yang semula ditempati orang-orang Belanda.
Saat itu, menurut dia, di tempat penampungan banyak orang Belanda yang mengeluh, karena mereka "dijaga" oleh orang Jerman. "Pada malam hari pertama menginap, langsung terjadi saling tembak namun tak ada korban. Ternyata,orang-orang Indonesia menyangka orang Jerman telah tertangkap oleh pasukan.Sekutu, dan mereka berusaha membebaskan orang-orang Jerman itu," kata Zahorka.
Setelah peristiwa itu, Inggris menyerahkan sekira 260 tentara Jerman kepada Belanda yang kemudian ditawan di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu.
Tercatat pula, beberapa tentara Jerman melarikan diri dari Pulau Onrust, dengan berenang menyeberang ke pulau lain. Di antaranya, pilot pesawat angkatan laut bernama Werner dan sahabatnya Lvsche dari U-219.
Selama pelarian, mereka bergabung dengan pejuang kemerdekaan Indonesia di Pulau Jawa, bekerja sama melawan Belanda yang ingin kembali menjajah. Lvsche kemudian meninggal, konon akibat kecelakaan saat merakit pelontar api
Wawancara dengan Herwig Zahorka
Peperangan Hanya Membawa Kesia-siaan
TAK banyak yang tahu kalau tentara Nazi Jerman pernah datang ke Indonesia. Untuk mengetahui sekelumit sejarahnya, berikut wawancara dengan pengamat sejarah militer Jerman yang tinggal di Indonesia, Herwig Zahorka (72).
Mengapa pasukan Jerman ”berkelana” ke Timur Jauh sampai ke Indonesia?
Asas manfaat, diketahui, saat itu Jerman saling mendukung dengan Jepang dan Italia. Kebetulan, Jerman membutuhkan barang-barang untuk diimpor dengan pendapatan dari pulau yang diduduki Jepang. Repotnya, Asia Tenggara tengah diblokade Armada Sekutu, untuk menembusnya Jerman mengandalkan kapal selam sebagai cara efektif.
Jerman diperbolehkan mengambil bahan-bahan yang diperlukan di Eropa, karet, kina, timah, molybdan, wolfram, lemak, madat, yodium, dan agar-agar, serta bahan penting untuk warna cat penerbangan. Apalagi, banyak perkebunan dan pertambangan di Pulau Jawa, termasuk Jabar, yang dimiliki orang Jerman.
Di tengah tingginya nasionalisme bangsa Indonesia ingin lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang, apakah ada peran secara langsung maupun tak langsung dari pasukan Jerman?
Benar, walau tanpa sengaja. Ini terjadi tanggal 16 Agustus malam, Soekarno dengan Moh. Hatta harus membuat tulisan tangan untuk teks Proklamasi, untuk dibacakan keesokan harinya. Untuk kepastian keamanan, mereka membuatnya di tempat kediaman Laksamana Maeda.
Pagi hari 17 Agustus, teks Proklamasi diketik di sana, namun yang ada hanya mesin tik Jepang yang tak ada huruf latin. Untungnya, di Kantor Komandan Angkatan Laut Jerman di Jakarta yang saat itu masih dipimpin Mayor AL Dr. Kandeler, masih ada mesin tik dengan tombol huruf latin. Segera saja, beberapa orang langsung menuju ke sana dengan menggunakan kendaraan jip milik sekretarisnya Laksamana Maeda, Satzuki Mishima, untuk ”meminjam” mesin tik itu. Alhasil, beberapa jam kemudian, naskah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, telah dibacakan oleh Soekarno.
Dokumen Proklamasi aslinya diketik oleh Sajuti Melik dengan mesin tik Angkatan Laut Jerman. Mesin tik tersebut sekarang berada di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, namun dari sini ceritanya menjadi banyak keganjilan.
Setelah 61 tahun, kehadiran Jerman di Indonesia dapat disaksikan melalui makam di Arca Domas. Apakah pemerintah Jerman menjadikan makam itu sebagai ”aset sejarah bangsa” di luar negeri?
Tentu saja, malahan pemerintah kami sangat memperhatikan keberadaannya. Makam tentara di Arca Domas sebenarnya dapat lebih terawat lagi, karena negara kami memiliki organisasi perawatan taman makam pahlawan Jerman yang berada di seluruh dunia. Sayangnya, karena peraturan pemerintah Indonesia tidak memperbolehkan makam di Arca Domas dapat dibeli.
Adalah rasa kedekatan dengan para pahlawan bangsa kami walau jauh dari tanah air, karena ”kami memiliki sahabat” yang kini sudah menyatu dengan atmosfer alam tropis. Walaupun kemudian, keberadaan makam di Arca Domas menyadarkan banyak pihak, peperangan akhirnya hanya membawa kesia-siaan. (Kodar Solihat/”PR”)***
Arca Domas, Kenangan Tentara Jerman di Indonesia
JIKA ditempuh dari jalan raya Cikopo Selatan, perlu waktu sekira setengah jam untuk sampai ke lokasi makam di Kampung Arca Domas, Desa Sukaresmi, Kec. Megamendung, Kab. Bogor. Akan tetapi, kendaraan harus "berjibaku" dulu menempuh jalan berbatu tanpa aspal dengan jurang di satu sisi.
MAKAM sepuluh orang angkatan laut Nazi Jerman, dua di antaranya awak kapal selam U-195 dan U-196, di Kampung Arca Domas Desa Sukaresmi Kab. Bogor, menjadi saksi bisu kehadiran pasukan Nazi Jerman di Indonesia pada Perang Dunia II. Anehnya, tidak banyak warga setempat yang tahu keberadaan makam tentara Jerman tersebut. Mereka hanya tahu ada tempat pemakaman di ujung jalan. Padahal, di tempat terpencil itu terbaring jasad sepuluh tentara Angkatan Laut Nazi Jerman (Kriegsmarine) yang meninggal di Indonesia, sesaat setelah Jepang menyerah pada Sekutu, Agustus 1945.
Luas areal pemakaman yang diteduhi pohon kamboja itu, kira-kira 300 meter persegi. Sekeliling makam ditumbuhi tanaman pagar setinggi satu meter. Pintu masuknya dihalangi pagar bambu. Dekat pintu masuk, berdiri tugu peringatan Deutscher Soldatenfriedhof yang dibangun Kedubes Republik Federal Jerman di Jakarta untuk menghormati prajurit Jerman yang gugur.
Mereka adalah Komandan U-195 Friederich Steinfeld dan awak U-195, Dr Heinz Haake. Lainnya adalah pelaut Jerman, Willi Petschow, W. Martens, Wilhelm Jens, Hermann Tangermann, Willi Schlummer, Schiffszimmermann (tukang kayu kapal laut) Eduard Onnen. Dua nisan terpisah adalah makam tentara tidak dikenal (Unbekannt).
Makam itu terletak di lahan Afdeling Cikopo Selatan II Perkebunan Gunung Mas. Dahulu, makam itu dirawat PT Perkebunan XII (kini PT Perkebunan Nusantara VIII) selaku pengelola Perkebunan Gunung Mas, namun sejak beberapa tahun terakhir perawatan makam dibiayai pemerintah Jerman. Lahan yang bersebelahan dengan makam tadinya areal tanaman teh dan kina. Akan tetapi, tanaman tersebut habis dijarah, beberapa tahun lalu.
Pengamat sejarah militer Jerman di Indonesia, Herwig Zahorka yang dihubungi "PR", mengatakan, Letnan Friederich Steinfeld meninggal di Surabaya akibat disentri dan kurang gizi saat ditawan Sekutu. Keterangan ini diperoleh dari mantan awak U-195 yang bermukim di Austria, Peter Marl (82tahun) dan mantan awak U-195 lainnya, Martin Mueller yang datang ke makam tahun 1999.
Sedangkan Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens, tewas dibunuh pejuang kemerdekaan Indonesia dalam Gedung Jerman di Bogor, 12 Oktober 1945. Kemungkinan, mereka disangka orang Belanda apalagi aksen bahasanya mirip.
Letnan Laut W. Martens terbunuh dalam perjalanan kereta api dari Jakarta ke Bogor. Kopral Satu Willi Petschow meninggal 29 September, karena sakit saat di Perkebunan Cikopo, serta Letnan Kapten Herman Tangermann meninggal karena kecelakaan pada 23 Agustus tahun yang sama.
"Kendati saat itu terjadi salah sasaran karena disangka orang Belanda, namun kemudian banyak orang Indonesia mengenali ternyata mereka orang Jerman. Ini kemudian menjadikan hubungan tersebut menjadi persaudaraan," kata Zahorka, pensiunan direktur kehutanan Jerman, yang bermukim di Bogor dan menikahi wanita Indonesia.
Mengenai keberadaan dua arca di makam tersebut, Zahorka mengatakan, arca-arca itu sengaja disimpan sebagai penghormatan kepada budaya warga setempat.
Warga Kampung Arca Domas, Abah Sa'ad (76 th), seorang saksi hidup peristiwa penguburan tentara Jerman di kampungnya, Oktober 1945. Saat itu, usianya 15 tahun. Ia ingat, prosesi pemakaman dilakukan puluhan tentara Nazi Jerman secara kemiliteran. Peristiwa itu mengundang perhatian warga.
"Waktu itu, masyarakat tidak boleh men-dekat. Dari kejauhan, tampak empat peti mati diusung tentara Jerman, serta sebuah kendi yang katanya berisi abu jenazah. Tentara Jerman itu berpakaian putih, dengan dipimpin seorang yang tampaknya komandan mereka karena menggunakan topi pet," tuturnya.
Sepengetahuan Abah Sa'ad, mulanya, makam tentara Jerman itu hanya ditandai nisan salib biasa, sampai kemudian ada yang memperbaiki makam itu seperti sekarang.
Keasrian dan kebersihan makam tersebut tidak lepas dari peran penunggu makam, Mak Emma (65) yang dibiayai Kedubes Jerman dua kali setahun. " Biasanya, setiap tahun ada warga Jerman yang menjenguk makam pahlawan negaranya itu," ujarnya.
Namun, dia kurang tahu sejarah makam itu karena baru diboyong suaminya (pensiunan karyawan Perkebunan Gunung Mas) 10 tahun lalu. Ia meneruskan pekerjaan suaminya (alm.) menjadi kuncen.
Jakarta Pernah Disinggahi Senjata Nuklir
U-195 dan U-219 Nyaris Ubah Sejarah
DARI berbagai kapal selam Jerman yang beraksi di Indonesia adalah U-195 dan U-219 yang bisa mengubah sejarah di Asia-Pasifik, jika Jerman dan Jepang tidak keburu kalah. Kedua kapal selam itu membawa uranium dan roket Nazi Jerman, V-2, dalam keadaan terpisah ke Jakarta, untuk dikembangkan pada projek senjata nuklir pasukan Jepang di bawah pimpinan Jenderal Toranouke Kawashima.
Ini merupakan langkah Jerman membantu Jepang, yang berlomba dengan Amerika Serikat dalam membuat senjata nuklir untuk memenangkan Perang Dunia II di Kawasan Asia-Pasifik. Rencananya, projek senjata nuklir Jepang untuk ditembakkan ke wilayah Amerika Serikat.
Kapal selam U-195 tiba di Jakarta pada 28 Desember 1944 dan U-219 pada 11 Desember 1944. Richard Besant dalam bukunya berjudul Stalin's Silver dan Robert K Wilcox dalam Japan's Secret War, hanya menyebutkan, kedua kapal selam itu membawa total 12 roket V-2 dan uranium ke Jakarta.
Namun, berbagai catatan tentang diangkutnya uranium dan roket V-2 untuk Jepang itu melalui Indonesia, hanya berhenti sampai ke Jakarta. Seiring menyerahnya Jerman kepada pasukan Sekutu di Eropa pada 8 Mei 1945, keberadaannya tidak jelas lagi.
Sementara itu, projek senjata nuklir Jepang di Hungnam, bagian utara Korea, sudah menguji senjata nuklirnya sepekan lebih cepat dari Amerika Serikat. Namun Jepang kesulitan melanjutkan pengembangan, karena untuk material pendukung harus menunggu dari Jerman.
Kapal selam U-195 dan U-219 kemudian dihancurkan pasukan sekutu, saat keduanya sudah berpindah tangan ke Angkatan Laut Jepang. Sebagian awak U- 95 sendiri, ada yang kemudian meninggal dan dimakamkan di Indonesia.
Kapal U-195 (Type IXD1) dikomandani Friedrich Steinfeld, selama tugasnya sukses menenggelamkan dua kapal sekutu total bobot mati 14.391 GRT dan merusak sebuah kapal lainnya yang berbobot 6.797 GRT. Kapal selam itu kemudian dihibahkan ke AL Jepang di Jakarta pada Mei 1945 dan berubah menjadi I-506 pada 15 Juli 1945. Kapal ini kemudian dirampas Pasukan Sekutu di Surabaya pada Agustus 1945 lalu dihancurkan tahun 1947.
Sedangkan U-219 (Type XB) dikomandani Walter Burghagen, yang selama aksinya belum pernah menenggelamkan kapal musuh. Kapal selam ini kemudian dihibahkan ke AL Jepang di Jakarta, lalu pada 8 Mei 1945 berubah menjadi I-505. Usai Jepang menyerah Agustus 1945, I-505 dirampas Pasukan Sekutu lalu dihancurkan di Selat Sunda oleh Angkatan Laut Inggris pada tahun 1948.
Kisah aksi tugas kapal selam Jerman selama perang Dunia II juga menjadi ilham dibuatnya film berjudul "Das-Boot," yang dirilis di Jerman tahun 1981. Salah satu nara sumber autentik mengenai kehidupan para awak u-boat, adalah mantan perwira pertama dari U-219, Hans Joachim Krug, yang kemudian menjadi konsultan film itu.
Tak heran, pada film berdurasi 145 menit tersebut, para awak kapal selam Jerman tergambarkan secara autentik. Pergi berpenampilan rapi namun pulang dalam keadaan dekil, maklum saja karena berhari-hari bahkan berminggu-minggu di dalam air, mereka jarang mandi sehingga janggut, kumis, dan rambut pun cepat tumbuh.
U-234
Sementara itu, pada jalur pelayaran lain, U-234 yang juga dari Type XB berangkat menuju Jepang melalui Lautan Artik menjelang Mei 1945. Kapal selam itu juga mengangkut komponen roket V2 dan 500 kg uranium untuk projek nuklir pasukan Jepang, serta membawa pesawat tempur jet Me262.
Kapal U-234 membawa Jenderal Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe), sejumlah rancangan senjata paling mutakhir Jerman saat itu, serta dua orang perwira Jepang. Selama perjalanan, sejumlah kapal perang dan pesawat Sekutu mencoba menenggelamkan U-234.
Usai Jerman menyerah, 8 Mei 1945, sejumlah awak U-234 memutuskan menyerah kepada pasukan Amerika Serikat. Dari sini cerita berkembang, pasukan Amerika mendapati kapal selam itu membawa uranium yang kemudian digunakan untuk projek Manhattan dalam produksi bom nuklir mereka.
Muncul kemudian spekulasi, bom nuklir yang berbahan uranium dari U-234 itu, kemudian digunakan Amerika untuk mengebom Nagasaki dan Hiroshima Jepang pada Agustus 1945.
Misteri Hilangnya U-196 di Laut Kidul
DARI sejumlah kapal selam Jerman yang beraksi di perairan Indonesia, adalah U-196 yang masih menyimpan misteri keberadaannya.
Sampai kini, nasib kapal selam Type IXD2 itu hanya dikabarkan hilang di Laut Kidul (sebutan lain untuk bagian selatan Samudra Hindia).
Berbagai catatan resmi u-boat di Jerman, U-196 dinyatakan hilang bersama seluruh 65 awaknya di lepas pantai Sukabumi sejak 1 Desember 1944. Sehari sebelumnya, kapal selam yang dikomandani Werner Striegler itu, diduga mengalami nasib nahas saat menyelam.
Kapal selam U-196 meninggalkan Jakarta pada 29 November 1944, namun kemudian tak diketahui lagi posisi terakhir mereka selepas melintas Selat Sunda. Pesan rutin terakhir kapal selam itu pada 30 November 1944 hanya "mengabarkan" terkena ledakan akibat membentur ranjau laut lalu tenggelam.
Namun dari ketidakjelasan nasib para awak U-196, ada satu nama yang dinyatakan meninggal di Indonesia. Ia adalah Letnan Dr. Heinz Haake yang makamnya ada di Kampung Arca Domas Bogor, bersama sembilan tentara Nazi Jerman lainnya.
Minim catatan mengapa jasad Haake dapat dimakamkan di sana, sedangkan rekan-rekannya yang lain tak jelas nasibnya. Hanya kabarnya, ia dimakamkan atas permintaan keluarganya.
Selama kariernya, U-196 pernah mencatat prestasi saat masih dipimpin komandan sebelumnya, Friedrich Kentrat. Kapal selam itu melakukan tugas patroli terlama di kedalaman laut selama 225 hari, mulai 13 Maret s.d. 23 Oktober 1943. Kapal tersebut menenggelamkan tiga kapal musuh dengan total bobot 17.739 GRT.
Posisi Friedrich Kentrat kemudian digantikan Werner Striegler (mantan komandan U-IT23) sejak 1 Oktober 1944, sampai kemudian U-196 mengalami musibah sebulan kemudian.
Kendati demikian, sebagian pihak masih berspekulasi atas tidak jelasnya nasib sebagian besar awak U-196. Walau secara umum mereka dinyatakan ikut hilang bersama kapal selam itu di Laut Kidul, namun ada yang menduga sebagian besar selamat.
Konon, kapal ini datang ke Amerika Selatan kemudian sebagian awaknya bermukim di Iqueque, Chile. Dari sini pun, tak jelas lagi apakah U-196 akhirnya benar-benar beristirahat di sana, apakah kemudian kapal selam itu ditenggelamkan atau dijual ke tukang loak sebagai besi tua, dll.
Seseorang yang mengirimkan e-mail dari Inggris, yang dikirimkan 14 Oktober 2004, masih mencari informasi yang jelas tentang keberadaan nasib awak U-196. Ia menduga, U-196 sebenarnya tidak mengalami kecelakaan terkena ranjau di sekitar Selat Sunda dan Laut Kidul, sedangkan para awaknya kemudian menetap di Cile.
Keyakinannya diperoleh setelah membaca sebuah surat kabar di Cile, sejumlah awak kapal selam Jerman telah berkumpul di Iqueque pada tahun 1945. Mereka tiba bersamaan dengan kapal penjelajah Almirante Latorre, yang mengawal mereka selama perjalanan dari Samudra Hindia. Di bawah perlindungan kapal penjelajah itu, kapal selam tersebut beberapa kali bersembunyi di perairan sejumlah pulau, sebelum akhirnya berlabuh di Pantai Selatan Cile.
Yang menimbulkan pertanyaan dirinya, mengapa setelah tiba di Cile, tak ada seorang pun awaknya pulang ke Jerman atau mencoba bergabung kembali dengan kesatuan mereka. Ini ditambah, minimnya kabar selama 50 tahun terakhir yang seolah-olah "menggelapkan" kejelasan nasib U-196, dibandingkan berbagai u-boat lainnya yang sama-sama beraksi di Indonesia.
Entahlah, kalau saja Dr. Heinz Haake masih hidup dan menjadi warga Negara Indonesia, mungkin ia dapat menceritakan peristiwa yang sebenarnya menimpa U-196.
Peta Lokasi Tenggelamnya U-Boat Masa PD II
U-168, komandan Helmuth Pich, tenggelamkan dua kapal dagang lawan total 6.568 GRT, 1 kapal perang sekutu berbobot 1.440 GRT, serta merusak kapal lainnya berbobot 9.804 GRT. Nasib akhir tenggelam di Laut Jawa pada 6 Oktober 1944 pada posisi 06.20LS, 111.28BT, akibat torpedo kapal selam Belanda, HrMs Zwaardvisch. Sebanyak 23 awak U-168 tewas dan 27 lainnya selamat, kemudian ditawan di Surabaya dan Australia.
U-183, komandan Fritz Schneewind, tenggelamkan empat kapal lawan total 19.260 GRT, dan satu kapal lawan berbobot 6.993 GRT. Kapal selam ini kemudian tenggelam di Laut Jawa, 23 April 1945, ditorpedo kapal selam Amerika Serikat, USS Besugo. Sebanyak 54 awak U-183 tewas dan hanya seorang yang selamat, yaitu Schneewind. Usai perang, ia tinggal di Padang, Sumbar sampai akhir hayatnya, karena ia lahir di sana 10 April 1917.
U-859, komandan Johann Jebsen, tenggelamkan tiga kapal lawan total 20.853 GRT. Tenggelam di Selat Malaka, 23 September 1944, pada posisi 05.46LT, 100.04BE, ditorpedo kapal selam Inggris, HMS Trenchant. Sebanyak 47 awaknya tewas dan 20 lainnya selamat.
U-537, komandan Peter Schrewe (27 Januari 1943-9 November 1944), tak menenggelamkan kapal musuh. Nasib terakhir, tenggelam bersama seluruh 58 awaknya pada 9 November 1944 di Laut Jawa bagian Timur Surabaya pada posisi 07.13 LS 115.17 BT, akibat serangan torpedo kapal selam AS, USS Flounder.
UIT-23, tadinya kapal selam Italia, Reginaldo Giuliani, diambilalih Jerman di Singapura, 10 September 1943. Dikomandani Werner Striegler, kapal selam ini tenggelam di Selat Malaka, karena ditorpedo kapal selam Inggris, HMS Talluho. Sebanyak 26 awaknya tewas, 14 lainnya selamat, termasuk Striegler yang kemudian mendapat kapal selam baru, U-196.
U-196 dikomandani Werner Striegler, menenggelamkan tiga kapal musuh dengan total 17.739 GRT. Nasib terakhir, hilang sejak 1 Desember 1944, di sekitar Selat Sunda dan Samudra Hindia Bagian Selatan Pulau Jawa, posisi pasti tak diketahui.
Kapal selam Jerman yang berpangkalan di Jakarta. Berikut u-boat, nama komandan, dan nasibnya:
U-168 Helmut Pich, Jakarta 4/10/1944, tenggelam 6/10/1944
U-181 Kurt Freiwald, Jakarta 19/10/1944, Jakarta 5/01/1945
U-537 Peter Schrewe, Jakarta 8/11/1944, tenggelam 9/11/1944
U-196 Werner Striegler, Jakarta 11/11/1944, tenggelam 30/11/1944
U-510 Alfred Eick, Jakarta 26/11/1944, Jakarta 3/12/1944
U-843 Oskar Herwartz, Jakarta 10/12/1944, Bergen 3/04/1945
U-510 Alfred Eick, Jakarta 11/01/1945, Prancis 24/04/1945
U-532 Ottoheinrich Junker, Jakarta 13/01/1945, menyerah
U-861 Juergen Oesten, Jakarta 14/01/1945, Norwegia 18/04/1945
U-195 Friedrich Steinfeld, Jakarta 17/01/1945, Jakarta 3/03/1945
U-183 Fritz Schneewind, Jakarta 22/04/1945, tenggelam 24/04/1945
Matahari [Spionase Wanita Pada WW-I]
Penari
Seorang wanita Belanda di era PD-I menjadi penari orientalis dan spion politik untuk pemerintah Jerman dan Perancis. Gadis Belanda itu bernama Margarethe Gertruide Zelle. Dia lahir di Leeuwarden, Belanda. Ketika dia berusia 19 tahun, tepatnya tahun 1895, dia dinikahi oleh Rudolph Macleod,(39 tahun). Rudolph adalah perwira tinggi militer Belanda yang bertugas di Indonesia. Pasangan baru kimpoi ini diboyong ke
Indonesia, pertama kali tinggal di Semarang. Margarethe senang dengan rumah di Semarang yang nyaman. Tak berapa lama lagi, suaminya harus berpindah tugas ke Malang, di daerah Tumpang. Di situ Margarethe suka bermain ke candi Jago, candi
Kidal, candi Singosari. Dia mengagumi tarian Serimpi yang ditarikan di candi-candi tersebut. Kemudian Suaminya dipindah tugaskan ke Sumatra.
Margarethe tidak kerasan tinggal di Sumatra. Dia rindu dengan suasana
di Jawa. Apalagi anak laki-lakinya Norman meninggal di Sumatra. Tahun 1902
pasangan ini kembali ke Belanda. Dan berakhir dengan perpisahan. Rudolph tinggal dengan anak perempuannya. Masih tahun yang sama Margarethe pergi ke Paris, dengan tujuan akan belajar balet yang kemudian timbul niat Margarethe untuk menjadi penari orientalis di sebuah klab malam. Dia mencoba menari sebisanya bergaya tarian Jawa. Apalagi dia dulu sering melihat tari Serimpi di candi Jago, Malang. Pakaianpun dia variasi sendiri. Bahkan Margarethe sebenarnya tidak tahu banyak kesenian Jawa, apalagi agama nenek moyang orang Jawa. Dia nekat saja menari dan berpakaian khas ketimuran.
Tarian dia membuat gebrakan baru. Bukan saja dia pandai menari orientalis di mata orang Paris, namun dia juga menari dengan eksotik dan telanjang. Dalam waktu singkat namanya sudah cepat melambung. Banyak kaum elit Paris dan Eropa lainnya terkesima dengan penampilannya. Ketika banyak media menyorotnya. Dia mengaku kalau lahir di kota Jaffnapatam, pantai Malabar, India. Sedang ayahnya seorang Brahmana dan ibunya seorang penari di candi. Kebohongannya membuat publik makin yakin. Apalagi setelah nama yang sebenarnya sebagai istri Rudolph Mcleod itu diganti dengan nama MATA HARI.
Nama itu kedengarannya sangat asing di telinga orang barat. Khas ketimurannya menonjol. Mata Hari memang cocok dianggap orang timur. Bukan saja rambutnya yang hitam kelam dan kulitnya yang kecoklatan. Tapi bibir dan matanya tampak bukan seperti orang barat. Tariannya sungguh liar dan mengundang decak kagum banyak penonton.
Seorang yang dibuat tergila-gila pertama kali adalah Emile Guimet. Dia pengusaha industri sabun cuci dari kota Lyon, Perancis. Sejak tahun 1885, Guimet telah mendirikan museum yang mengkoleksi barang-barang seni orientalis dan dia juga mempersilakan museumnya untuk pentas dan mengenalkan pada kalangan elit Paris. Honor yang didapat Mata Hari saat itu berupa emas seharga 1000 Franc. Pada tahun 1905 Mata Hari telah melakukan pertunjukan sebanyak 35 kali. Penonton yang terbanyak di Olympia-Theater, dia mendapat bayaran sejumlah 10.000 Francs. Di samping dia pentas di pertunjukan umum, juga melayani pentas privat. Mata Hari bercita-cita punya pacar orang kaya. Dan kini cita-citanya telah tercapai. Tak hanya orang kaya dan bangsawan yang menjadi pacarnya, tapi termasuk para perwira tinggi. Dia hidup dengan kemewahan.
Kemudian Mata Hari berganti pacar lagi, kali ini dengan seorang pengacara
bernama Edouard Clunet. Dia meminta saran Clunet untuk menghubungkan dengan sebuah agen yang profesional untuk mengurus pementasannya. Clunet lalu menghubungkan dengan agen teater terkenal bernama Gabriel Astruc. Pada Januari 1906, pertama kali Mata Hari pentas di luar Perancis yaitu di Madrid. Pada Pebruari 1906 penari yang juga menyandang nama Margarethe itu pergi ke Berlin. Dia tak butuh waktu lama untuk memperkenalkan kebolehannya ke publik. Apalagi ada dukungan dari seorang bangsawan setempat. Kemudian dia pergi lagi ke Wina, karena dia mendapatkan surat dari Astruc untuk pentas di ibu kota kekaisaran Austria-Hongaria. Publik di Wina luar biasa. Media terkecoh dengan pemberitaan asal mula Margarethe. Beberapa media menulis bervariasi, dia berasal dari Belanda, Jawa, Bali dan India. Postur tubuhnya juga diekpos, besar dan langsing. Kemolekannya seperti seekor binatang liar.
Seorang perempuan cantik yang mirip dewi aneh, berkulit gelap mirip gelapnya
malam. Sebuah media mewartakan, kalau Margarethe berusia 30 tahun, tapi
wajahnya seperti gadis muda. Bahkan di bulan Desember di Belanda terbit sebuah buku berjudul:"The Life of Mata Hari, the Biography of my Daughter". Buku itu ditulis oleh Adam Zelle, ayah Margarethe. Margarethe tidak yakin, kalau itu tulisan ayahnya sendiri. Dia percaya, kalau ada dua penulis mendatangi ayahnya, karena kepopulerannya.
Spion(Double Eye Spy)
Sudah berbulan-bulan telah beredar desas-desus ketegangan internasional di
seluruh Eropa.
Perang akan terancam meletus. Pada awal Agustus 1914 diumumkan perang telah meletus. Orang-orang di jalan marah dan beringas. Pertokoan di sepanjang jalan di Paris yang berlabel Jerman atau Austria dibakar. Tak ada lagi "Brasserie Viennoise" dan "Café Klein". Polisipun kewalahan antara memihak bangsanya atau manusia pada umumnya. Di Berlin reaksinya tak beda dengan di Paris. Bangsa Jerman dan Perancis bersitegang dan dipertanyakan, kenapa Margarethe mondar-mandir di Berlin? Hanya seorang penari, namun banyak punya kenalan luas dan orang-orang penting. Akhir bulan Juli 1914 Margarethe menjalin hubungan dengan seorang komandan polisi bernama Griebel. Margarethe sebagai gundiknya ikut melihat demonstrasi di luar istana kaisar. Semboyan "Deutschland über Alles" mengumandang keras. Dalam beberapa hari saja, Margarethe kena sasaran aksi anti orang asing. Suasana yang mencekam itu juga mengkhawatirkan keselamatan Margarethe. Kini dia sudah berusia 38 tahun. Dia punya akal ke Paris lewat Zürich, Switzerland. Namun pada 7 Agustus dia sudah berada di Berlin lagi. Bukan saja dia tanpa kawan di Berlin, tapi juga tanpa pakaian. Dia beruntung ada orang Belanda tua yang baik hati dan membelikan tiket kereta api untuk keluar dari Berlin menuju Belanda. Pada 14 Agustus dia meninggalkan Berlin dan berhenti di Frankfurt meminta dokumen perjalanan konsul Belanda. Tanggal 16 Agustus dia tiba di Amsterdam. Pada 14 Desember 1914 untuk pertama kalinya Margarethe manggung di publik Belanda. Gedung teater di Den Haag penuh sesak pengunjung. Semua orang ingin melihat penampilan Mata Hari yang sudah tersohor itu. Tak begitu lama Margarethe menemukan pasangan barunya, Baron Edouard van der
Capellen. Baron Edouard tak hanya kaya, tapi juga pimpinan kavaleri. Dia berusia 52 tahun. Dalam tempo sebulan dari perjumpaannya Margarethe dibuatkan sebuah rumah mungil nan indah oleh Baron di Den Haag. Baron menganggap Margarethe bagaikan prostitusi.
Pada 13 Maret 1915 Margarethe membaca koran Belanda yang memuat fotonya dengan judul "Madame Mata Hari". Dia sedih meratapi masa jayanya yang sudah lewat, sementara di rumah pemberian Baron seperti terkekang. Pada Agustus 1915 Margarethe berulang tahun yang ke 39 tahun. Kehidupan sehari-hari Margarethe terasa sepi, karena Baron sering bertugas berbulan-bulan tak pulang. Margarethe mencoba kabur dan akan kembali ke Paris lagi. Jalan yang dia tempuh harus berkeliling dari Amsterdam menuju pelabuhan Inggris, selat Biskaya ke Vigo,Spanyol utara. kedatangan Margarethe di Paris Desember 1915 menjadi sorotan agen Prancis. Margarethe mengenakan pakaian mahal dan berlagak sombong. Apalagi dia merasa pernah menjadi bintang di Paris.
Pada suatu kesempatan Margarethe mengungkapkan: Suatu malam bulan Mei 1916 di Den Haag aku didatangi seseorang yang bernama Karl Kramer. Kramer memberitahu tentang hubungannya dengan Perancis. Dan dia tanya aku, apakah kiranya aku bisa sedikit berbuat yang bisa membuat senang bangsa Jerman? Margarethe menirukan tawaran Kramer:
"Kalau kamu bisa bantu, aku gembira dan aku sediakan bayaran sebanyak 20.000 Franc."
Mendengar tawaran uang, Margarethe terpikat. Namun dia butuh beberapa
hari untuk mempertimbangkan. Bagi Margarethe tidaklah teramat sulit, karena dia sudah terbiasa berbuat naif dan menjalani liku-liku dengan berbagai kalangan elit. Margarethe mengajukan usulan, seandainya dirinya bisa berbuat lebih, bisakah ditambah bayarannya? Dan Kramer menyetujui. Akhirnya dia menulis surat jawaban ke Kramer, kalau dirinya sanggup menerima tawaran. Betapa senang Kramer, dia cepat-cepat mendatangi rumah Margarethe sambil membawa uang kontan 20.000 Franc. Kramer juga membawa peralatan tulis rahasia berupa tiga botol tinta. Dua botol diantaranya berupa tinta tanpa warna. Sedang sebuah botol berisi tinta berwarna biru kehijauan. Cairan di botol pertama berfungsi untuk
melembabkan kertas. Cairan botol kedua untuk menulis berita dan cairan di botol ketiga untuk menghapus. Margarethe tampak heran dengan peralatan rahasia itu. Tapi dia mempercayai Kramer. Tak hanya di situ persiapan sebagai agen ata-mata. Namun ada sandi khusus yang harus dipakai Margarethe yaitu sandi nomor: H21. Sandi nomor itu harus ditulis sebagai tanda tangan. Dan semua beritaharus dikirim ke alamat Hotel de l`Europe di Amsterdam.
Lalu Margarethe dikirim ke Paris, untuk mengirim berita-berita yang penting.
Tapi Margarethe tak tahu apa-apa tentang tugas yang akan dilakukan. Memang antara dunia spionase dan seks sangat erat. Orang-orang yang penting posisinya dan intelek sekalipun tetap akan bertekuk lutut di atas ranjang. Di Paris petualangan cinta Margarethe dimulai lagi. Kali ini dengan seorang perwira muda Rusia bernama Vadime de Masloff. Pada suatu malam ulang tahun Margarethe yang ke 40 itu, pemuda Vadime bercinta di kamar Grand Hotel. Vadime usianya 20 tahun lebih muda dari Margarethe. Bahkan Margarethe berujar, selama hidupnya dia hanya bercinta dengan para perwira. Suatu hari sebuah musibah menimpa pada Vadime. Sebuah granat meledak dan melukai wajah serta leher Vadime dan terkena asap gas beracun. Dia harus dirawat di rumah sakit tentara. Margarethe cemas dan bermaksud ingin mengunjungi Vadime di rumah sakit. Namun diperlukan surat khusus dari sebuah kantor kementerian perang di Boulevard St.Germain. Tak tahunya di kantor itu juga dipakai sebagai kantor agen spion Perancis. Di sebuah tangga gedung itu, secara kebetulan Margarethe berpapasan dengan kapten George Ladoux. Hubungan antara Margarethe dan Ladoux makin dekat. Makin diketahui, kalau Ladoux sebenarnya ketua spion Perancis. Margarethe ditawari, untuk bekerja
sebagai spion untuk Perancis. Ladoux menanyakan berapa gaji yang diminta? Bayangan Margarethe melambung tinggi, utamanya mencita-citakan hidup di masa depan dengan pacar terbarunya Vadime. "Satu Juta Franc", jawab Margarethe. Ladoux mempertimbangkannya, karena gaji sejumlah itu sama dengan gaji untuk 12 spion paling handal. Namun Ladoux mencurigai, kalau Margarethe sebenarnya adalah spion untuk Jerman. Mendengar permintaan gaji yang kurang ditanggapi Ladoux, maka Margarethe mencoba meyakinkan lagi. Kalau dirinya juga kenal orang penting di Jerman bernama Kramer. Telinga Ladoux hampir pecah mendengar nama Kramer. Karena memang dia orang penting Jerman. Dari sini Ladoux makin yakin, kalau Margarethe benar-benar spion Jerman. Dan Margarethe mencoba akan menjadi double agen. Ladoux tidak mau mengambil resiko lebih jauh. Dia tak menyanggupi membayar satu juta Franc.
Pada 13 Pebruari Albert Priole, komandan polisi mengetuk pintu kamar hotel,
tempat Margarethe menginap. Polisi itu membawa surat perintah penahanan dantertulis: "Madame Zelle, Margarethe dengan nama Mata Hari, beragama kristen protestan, lahir di Belanda 7 Agustus 1876, tinggi 1,75, bisa baca tulis telah
dinyatakan terdakwa sebagai spion yang menyebarkan berita ke musuh."
Margarethe resmi menjadi tahanan di Palais de Justice. dibawah pengawasan
kapten Pierre Bouchardon. Kapten Bouchardon terus mempelajari dokumen yang dikirim dari kantor Ladoux. Margarethe dikeluarkan dari sel untuk dilakukan pemeriksaan. Kesibukan pemeriksaan makin ditingkatkan, kasus per kasus yang telah terlewati dipertanyakan langsung pada Margarethe. Hasil pemeriksaan, sangat diragukan loyalitas Margarethe sebagai spion Perancis. Dia dituduh berbohong dan jelas terbukti sebagai spion Jerman. Margarethe mengelak dan justru mengaku bekerja untuk Ladoux. Buktinya dia sudah mengirim berita penting dari Madrid. Dalam pemeriksaan Ladoux tidak ada di tempat. Margarethe meminta menghadirkan Ladoux. Pada 10 April pihak kepolisian menyerahkan bukti pemeriksaan pada zat-zat kimia yang dipakai Margarethe. Sebuah botol tinta bertuliskan: Beracun, ternyata sebuah tinta tanpa warna itu dari bahan kwalitas terbaik. Ketika temuan polisi itu diutarakan Margarethe oleh Bouchardon. Margarethe mengelak, dia mengaku memesan di Spanyol.
Pada 25 Juli 1917 sebuah sidang tertutup digelar dengan penjagaan ekstra
ketat. Beberapa saksi dan pejabat militer perang hadir. Oleh hakim pengadilan perang, Margarethe disodorkan delapan pertanyaan. Dan Margarethe dinyatakan terbukti bersalah sebagai spion Jerman. Untuk itu pengadilan perang Perancis menjatuhkan hukuman mati pada Margarethe. Pelaksanaan hukuman mati pada Senin, 15 Oktober 1917 di Bois de Vincennes, bagian timur kota Paris. 12 resimen artileri siap dengan senapan di sebuah pagi yang dingin dan berkabut. Sedang usia semua tentara tersebut masih muda, sekitar 20 tahun. Sehari setelah pelaksanaan eksekusi, tepatnya pada Selasa, 16 Oktober 1917, berbagai media internasional memberitakan. "The Time" memberitakan penari Mata Hari telah dihukum tembak. "Daily Express", juga melangsir berita dengan judul "Spion cantik Mata Hari dihukum mati". "New York Times" menulis, penari dan
petualang Mata Hari dijatuhi hukuman mati. Dia diambil dari penjara St.Lazare dan dibawa ke Vincennes untuk dihadapkan regu tembak. "Le Figoro" mengabarkan, spion Mata Hari dihukum mati dan mayatnya dikubur di kuburan Vincennes. Dua tahun kemudian Jeanne-Louise, anak perempuan Mata Hari yang sedang menginjak usia 21 tahun meninggal dunia akibat pendarahan di otak.
Sepuluh Peristiwa Tersembunyi pada WW-II
Perang Dunia II memiliki dampak luar biasa di dunia dan ada lebih dari
satu ton informasi di luar sana.Mempelajari semua pertempuran, efek dan
penyebab mungkin akan sedikit membosankan. Jadi, berikut adalah beberapa
peristiwa yang sangat menarik dan tidak biasa, yang tidak disebutkan
dalam buku pelajaran tentang Perang Dunia II. Ini adalah daftar sepuluh
(secara acak) peristiwa Perang Dunia II yang tidak diketahui oleh orang
kebanyakan. semoga akan menambah pengetahuan buat anda …
10 .Kampanye Kepulauan Aleut

Pada tanggal 3 Juni 1942, pasukan Jepang menyerang dan menduduki Attu dan Kiska, dua pulau yang merupakan bagian dari negara bagian Alaska. Namun, pulau-pulau ini memiliki sedikit nilai ekonomis, kondisi sangat buruk dan hanya menjadi sedikit ancaman terhadap Amerika Serikat.
Banyak korban yang berjatuhan dari pihak Jepang bukan disebabkan oleh tembakan, namun jebakan, cuaca dan api . [ Wikipedia ]
9. Japanese Holdouts

Japanese holdouts adalah tentara Jepang ditempatkan di seluruh pulau Pasifik yang menolak untuk menyerah, atau tidak tahu bahwa Jepang telah menyerah. Para prajurit tetap terisolasi di pulau-pulau, sering kali sendiri, selama beberapa tahun, atau dekade.
Satu kasus terkenal adalah Hiroo Onada, yang akhirnya menyerah pada tahun 1974, 29 tahun setelah Jepang menyerah! [ Situs pada Japaneseholdouts ]
8. Keterlibatan Amerika Selatan

Meskipun disebut “Perang Dunia II”, banyak orang dari negara-negara Amerika Selatan tidak termasuk pada daftar peserta pertempuran.
Negara Brasil, “Selama delapan bulan kampanye Italia, Pasukan Ekspedisi Brasil berhasil menangani 20.573 narapidana Axis, termasuk dua jenderal, 892 perwira dan 19.679 pangkat lainnya .
Selama Perang, Brasil kehilangan 948 prajuritnya yang tewas dalam aksi di seluruh tiga layanan “memberikan kontribusi. Banyak negara Amerika Selatan lainnya dalam berkontribusi dalam persediaan baku dan, dalam beberapa kasus, tentara yang bergabung dengan Pasukan Perancis Merdeka.
7 .Vichy France vs. Sekutu

Setelah Perancis menyerah pada tahun 1940, Jerman menciptakan pemerintahan boneka di Vichy. pemerintah ini tidak memiliki kekuatan nyata atau kontrol. Namun, setelah kekalahan Perancis, masih ada pasukan Prancis di tempat-tempat seperti Afrika Utara, koloni Pasifik dan di kapal-kapal angkatan lautnya.
Selama Operasi Torch, pasukan Vichy dipaksa untuk melawan sekutu menyerang. “Perlawanan Vichy menyebabkan korban Amerika 556 tewas dan 837 terluka. Tiga ratus tentara Inggris dan 700 tentara Prancis juga tewas. “
6. Operation Drumbeat

Biasanya, orang berpikir U-boats menyerang kapal di Atlantik, sekitar Greenland atau lebih dekat ke Eropa, daripada di lepas pantai Amerika Serikat. Namun, Operation Drumbeat melibatkan pengiriman 40 U-Boats menyerang sangat dekat dengan garis pantai dari berbagai negara.
Sebuah kenyataan mengerikan adalah bahwa kapal U-Boats milik Jerman bahkan berlabuh dan melakukan sabotase di tanah Amerika!
Di Long Island, New York, dan Ponte Vedra, Florida, 8 orang Jerman yang menguasai Bahasa inggris menyelinap ke Amerika ( 4 di Long Island ditangkap setelah beberapa minggu).
5 .Orang – orang Eropa Lain Dalam Kekuatan NAZI

Banyak orang percaya bahwa HANYA ORANG – ORANG Jerman yang menjadi pasukan Nazi, tapi ini tidak terjadi. program perekrutan Jerman dimulai di berbagai negara yang diduduki, dan ditujukan untuk mendaftar warga dan mantan tentara menjadi pasukan Nazi, termasuk Waffen SS.
Para batalyon infanteri 373 dari Wehrmach adalah batalion Jerman terdiri dari warga Belgia.
Danmark Frikorps diciptakan di Denmark untuk merekrut Denmark Nazi.
Pasukan serupa diciptakan di Estonia, Perancis, Yunani, Hungaria, Polandia, Norwegia, dan bahkan pasukan Inggris (Inggris Gratis Corps) telah dibuat dengan 27 tentara (dari berbagai bagian Kekaisaran termasuk Selandia Baru, Kanada, dan Australia).
4. Balon Api Jepang

Dari Kekalahan di tahun 1944, hingga awal tahun 1945, Jepang mulai meluncurkan lebih dari 9000 “Balon Api” dari Pulau Honshu. Balon ini terbuat dari kertas Jepang (washi) yang diisi dengan hidrogen dan bahan peledak. balon – balon ini dimaksudkan untuk pergi dengan Jet Stream dan terbang ke Amerika Utara di mana mereka akan meledak.
Rencana itu sangat tidak efektif dan hanya sekitar 1000 balon yang sampai di Amerika Utara.
Namun, 6 Amerika tewas pada 1945 dalam sebuah ledakan tunggal.
3. Stalag Luft III

Hal ini mungkin item yang paling dikenal dalam daftar. Stalag Luft III sebuah kamp tahanan perang Nazi, kebanyakan untuk penerbang sekutu yang ditembak jatuh dan ditawan.
Namun, para penerbang ini sangat licik dan lebih dari 600 telah membantu mengorganisir sebuah komite melarikan diri, yang diam-diam mulai menggali terowongan dan membuat rencana.
Pada tanggal 24 Maret 1944, rencana itu dijalankan, tapi dari awal, semuanya berjalan salah. Hanya 77 orang berhasil masuk ke terowongan melarikan diri, dan segera ditemukan. Dari 77, hanya 3 berhasil mendapatkan keselamatan.
50 pelarian dieksekusi atas perintah Hitler. Usaha melarikan diri ini dibuat menjadi, Film tahun 1963 dengan judul “The Great Escape”.
2 .Insiden Ni’ihau

Pada tanggal 7 Desember, 1941 Jepang memborbardir Pearl Harbor. Banyak pilot Jepang bisa kembali ke kapal induk, tetapi beberapa tertembak jatuh, atau mengalami kecelakaan di Pulau Oahu. pilot Jepang diberitahu bahwa jika mereka mengalami kerusakan mesin dan harus mendarat, mereka harus melakukannya di pulau Ni’ihau, yang mereka pikir itu tidak berpenghuni.
Shigenori Nishikaichi adalah seorang pilot pesawat yang telah rusak. Dia crash dan mendarat di Ni’ihau, dan ia segera tahu kalo pulau itu dihuni. Dia diperlakukan sebagai tamu, tapi segera para penghuni pulau itu segera tahu tentang serangan terhadap Pearl Harbor.
3 pilot Jepang di pulau itu berusaha untuk membantu Nishikaichi untuk melarikan diri, tetapi akhirnya mereka dihentikan, dan Nishikaichi serta s salah satu pilot Jepang yang mencoba untuk membantu dia tewas. Ini dikenal sebagai insiden Ni’ihau.
1. The Death Match

The Death Match adalah sepak bola (sepak bola untuk Amerika) pertandingan antara tim POW Soviet, “FC Start”, dan sebuah tim terdiri dari anggota Luftwaffe, “Flakelf”. Pertandingan itu dimainkan pada 9 Agustus 1942, dipimpin wasit dari tentara SS Waffen.
Wasit sangat curang, dan membiarkan pelanggaran terhadap sisi Soviet, dan bahkan mengizinkan Jerman untuk menendang kiper Soviet di kepala. Akhirnya, tim Soviet menang 5-3. Kemenangan ini memiliki konsekuensi besar bagi para pemenang.
“Sejumlah pemain FC Start ditangkap dan disiksa oleh Gestapo, diduga karena menjadi anggota NKVD (sebagai Dinamo adalah klub yang didanai polisi). Salah satu pemain ditangkap, Mykola Korotkykh, meninggal dalam penyiksaan. Sisanya dikirim ke kamp kerja paksa Syrets, di mana Ivan Kuzmenko, Oleksey Klimenko, dan kiper Mykola Trusevich kemudian dibunuh, di Februari 1943
10 .Kampanye Kepulauan Aleut
Pada tanggal 3 Juni 1942, pasukan Jepang menyerang dan menduduki Attu dan Kiska, dua pulau yang merupakan bagian dari negara bagian Alaska. Namun, pulau-pulau ini memiliki sedikit nilai ekonomis, kondisi sangat buruk dan hanya menjadi sedikit ancaman terhadap Amerika Serikat.
Banyak korban yang berjatuhan dari pihak Jepang bukan disebabkan oleh tembakan, namun jebakan, cuaca dan api . [ Wikipedia ]
9. Japanese Holdouts
Japanese holdouts adalah tentara Jepang ditempatkan di seluruh pulau Pasifik yang menolak untuk menyerah, atau tidak tahu bahwa Jepang telah menyerah. Para prajurit tetap terisolasi di pulau-pulau, sering kali sendiri, selama beberapa tahun, atau dekade.
Satu kasus terkenal adalah Hiroo Onada, yang akhirnya menyerah pada tahun 1974, 29 tahun setelah Jepang menyerah! [ Situs pada Japaneseholdouts ]
8. Keterlibatan Amerika Selatan
Meskipun disebut “Perang Dunia II”, banyak orang dari negara-negara Amerika Selatan tidak termasuk pada daftar peserta pertempuran.
Negara Brasil, “Selama delapan bulan kampanye Italia, Pasukan Ekspedisi Brasil berhasil menangani 20.573 narapidana Axis, termasuk dua jenderal, 892 perwira dan 19.679 pangkat lainnya .
Selama Perang, Brasil kehilangan 948 prajuritnya yang tewas dalam aksi di seluruh tiga layanan “memberikan kontribusi. Banyak negara Amerika Selatan lainnya dalam berkontribusi dalam persediaan baku dan, dalam beberapa kasus, tentara yang bergabung dengan Pasukan Perancis Merdeka.
7 .Vichy France vs. Sekutu
Setelah Perancis menyerah pada tahun 1940, Jerman menciptakan pemerintahan boneka di Vichy. pemerintah ini tidak memiliki kekuatan nyata atau kontrol. Namun, setelah kekalahan Perancis, masih ada pasukan Prancis di tempat-tempat seperti Afrika Utara, koloni Pasifik dan di kapal-kapal angkatan lautnya.
Selama Operasi Torch, pasukan Vichy dipaksa untuk melawan sekutu menyerang. “Perlawanan Vichy menyebabkan korban Amerika 556 tewas dan 837 terluka. Tiga ratus tentara Inggris dan 700 tentara Prancis juga tewas. “
6. Operation Drumbeat
Biasanya, orang berpikir U-boats menyerang kapal di Atlantik, sekitar Greenland atau lebih dekat ke Eropa, daripada di lepas pantai Amerika Serikat. Namun, Operation Drumbeat melibatkan pengiriman 40 U-Boats menyerang sangat dekat dengan garis pantai dari berbagai negara.
Sebuah kenyataan mengerikan adalah bahwa kapal U-Boats milik Jerman bahkan berlabuh dan melakukan sabotase di tanah Amerika!
Di Long Island, New York, dan Ponte Vedra, Florida, 8 orang Jerman yang menguasai Bahasa inggris menyelinap ke Amerika ( 4 di Long Island ditangkap setelah beberapa minggu).
5 .Orang – orang Eropa Lain Dalam Kekuatan NAZI
Banyak orang percaya bahwa HANYA ORANG – ORANG Jerman yang menjadi pasukan Nazi, tapi ini tidak terjadi. program perekrutan Jerman dimulai di berbagai negara yang diduduki, dan ditujukan untuk mendaftar warga dan mantan tentara menjadi pasukan Nazi, termasuk Waffen SS.
Para batalyon infanteri 373 dari Wehrmach adalah batalion Jerman terdiri dari warga Belgia.
Danmark Frikorps diciptakan di Denmark untuk merekrut Denmark Nazi.
Pasukan serupa diciptakan di Estonia, Perancis, Yunani, Hungaria, Polandia, Norwegia, dan bahkan pasukan Inggris (Inggris Gratis Corps) telah dibuat dengan 27 tentara (dari berbagai bagian Kekaisaran termasuk Selandia Baru, Kanada, dan Australia).
4. Balon Api Jepang
Dari Kekalahan di tahun 1944, hingga awal tahun 1945, Jepang mulai meluncurkan lebih dari 9000 “Balon Api” dari Pulau Honshu. Balon ini terbuat dari kertas Jepang (washi) yang diisi dengan hidrogen dan bahan peledak. balon – balon ini dimaksudkan untuk pergi dengan Jet Stream dan terbang ke Amerika Utara di mana mereka akan meledak.
Rencana itu sangat tidak efektif dan hanya sekitar 1000 balon yang sampai di Amerika Utara.
Namun, 6 Amerika tewas pada 1945 dalam sebuah ledakan tunggal.
3. Stalag Luft III
Hal ini mungkin item yang paling dikenal dalam daftar. Stalag Luft III sebuah kamp tahanan perang Nazi, kebanyakan untuk penerbang sekutu yang ditembak jatuh dan ditawan.
Namun, para penerbang ini sangat licik dan lebih dari 600 telah membantu mengorganisir sebuah komite melarikan diri, yang diam-diam mulai menggali terowongan dan membuat rencana.
Pada tanggal 24 Maret 1944, rencana itu dijalankan, tapi dari awal, semuanya berjalan salah. Hanya 77 orang berhasil masuk ke terowongan melarikan diri, dan segera ditemukan. Dari 77, hanya 3 berhasil mendapatkan keselamatan.
50 pelarian dieksekusi atas perintah Hitler. Usaha melarikan diri ini dibuat menjadi, Film tahun 1963 dengan judul “The Great Escape”.
2 .Insiden Ni’ihau
Pada tanggal 7 Desember, 1941 Jepang memborbardir Pearl Harbor. Banyak pilot Jepang bisa kembali ke kapal induk, tetapi beberapa tertembak jatuh, atau mengalami kecelakaan di Pulau Oahu. pilot Jepang diberitahu bahwa jika mereka mengalami kerusakan mesin dan harus mendarat, mereka harus melakukannya di pulau Ni’ihau, yang mereka pikir itu tidak berpenghuni.
Shigenori Nishikaichi adalah seorang pilot pesawat yang telah rusak. Dia crash dan mendarat di Ni’ihau, dan ia segera tahu kalo pulau itu dihuni. Dia diperlakukan sebagai tamu, tapi segera para penghuni pulau itu segera tahu tentang serangan terhadap Pearl Harbor.
3 pilot Jepang di pulau itu berusaha untuk membantu Nishikaichi untuk melarikan diri, tetapi akhirnya mereka dihentikan, dan Nishikaichi serta s salah satu pilot Jepang yang mencoba untuk membantu dia tewas. Ini dikenal sebagai insiden Ni’ihau.
1. The Death Match
The Death Match adalah sepak bola (sepak bola untuk Amerika) pertandingan antara tim POW Soviet, “FC Start”, dan sebuah tim terdiri dari anggota Luftwaffe, “Flakelf”. Pertandingan itu dimainkan pada 9 Agustus 1942, dipimpin wasit dari tentara SS Waffen.
Wasit sangat curang, dan membiarkan pelanggaran terhadap sisi Soviet, dan bahkan mengizinkan Jerman untuk menendang kiper Soviet di kepala. Akhirnya, tim Soviet menang 5-3. Kemenangan ini memiliki konsekuensi besar bagi para pemenang.
“Sejumlah pemain FC Start ditangkap dan disiksa oleh Gestapo, diduga karena menjadi anggota NKVD (sebagai Dinamo adalah klub yang didanai polisi). Salah satu pemain ditangkap, Mykola Korotkykh, meninggal dalam penyiksaan. Sisanya dikirim ke kamp kerja paksa Syrets, di mana Ivan Kuzmenko, Oleksey Klimenko, dan kiper Mykola Trusevich kemudian dibunuh, di Februari 1943
Pasukan NAZI paling sadis (Brigade Dirlewanger)
Pertempuran Stalingrad [Battle Of Stalingrad]
Pertempuran Stalingrad, yang terjadi pada 21 Agustus 1942 hingga 2
Februari 1943, merupakan pertempuran sengit antara Jerman dan sekutunya
melawan Uni Soviet, memperebutkan kota Stalingrad (yang sekarang bernama
Volgograd), dalam Perang Dunia II. Pertempuran ini dianggap sebagai
titik balik Perang Dunia II, dan sebagai pertempuran paling berdarah
sepanjang sejarah, dimana 1,5 juta orang lebih terbunuh dari kedua
pihak. Kedua pihak bertempur dengan brutal dan tidak memperdulikan
korban warga sipil. Pertempuran ini terdiri dari beberapa fase, yaitu
pengepungan Jerman terhadap Stalingrad, pertempuran dalam kota, serangan
balik Soviet, serta pengepungan serta penghancuran kekuatan-kekuatan
Poros di sekitar Stalingrad, yang ditulangpunggungi Tentara Keenam
Jerman.
Latar Belakang :

Pada bulan Juni 1942, Tentara Jerman (Wehrmacht) melancarkan kampanye musim panas kedua mereka terhadap Uni Soviet, yang disebut Operation Blau (Operasi Biru). Sebelumnya dalam operasi Barbarossa[9] Wehrmacht dihalau di pintu gerbang Moskow pada musim dingin 1941-1942. Operasi Biru diarahkan ke Rusia selatan dengan tujuan merebut ladang minyak di Baku, Azerbaijan, dan membuka jalan untuk menguasai ladang-ladang minyak di Timur Tengah. Pasukan penyerbu Jerman dibagi dua kekuatan, Grup Tentara A menyerbu Kaukasus dan Grup Tentara B menuju sungai Volga dan kota Stalingrad.
Pentingnya Stalingrad :



Pada mulanya, Tentara Merah Soviet memilih untuk bergerak mundur guna membuat jalur logistik pasukan Jerman keteteran dengan memanfaatkan luasnya wilayah Uni Soviet. Akan tetapi kemudian Stalin memerintahkan pasukannya untuk bertahan di Stalingrad, yang secara harfiah berarti "kota Stalin". Selain karena menyandang nama Stalin, kota Stalingrad juga penting karena merupakan kota industri terbesar di tepi sungai Volga (jalur transportasi penting ke Laut Kaspia). Jatuhnya Stalingrad ke tangan Jerman akan memudahkan gerak maju pasukan Jerman menuju Kaukasus, yang memiliki cadangan minyak besar, yang amat dibutuhkan oleh Jerman.
Jalannya pertempuran :



Menurut perkiraan, sekitar empat puluh ribu tentara dari kedua belah pihak terbunuh dalam setiap harinya. Fuhrer Adolf Hitler memerintahkan pasukannya agar dalam kondisi apapun, kota Stalingrad harus direbut. Akibatnya pasukan Jerman bertempur mati-matian untuk merebut kota tersebut. Namun, rakyat dan tentara di kota Stalingrad juga melakukan perlawanan yang sangat kuat sehingga pasukan Nazi dapat dihadang.

Sementara pasukannya terjebak dalam perang mati-matian di Stalingrad, Komando Tertinggi Jerman tidak menyadari bahwa Stalin telah mengumpulkan bala bantuan untuk menghancurkan pasukan Jerman dalam suatu kampanye musin dingin. Serangan balasan Uni Soviet dilancarkan pada bulan November 1942 ketika salju mulai turun. Serangan tersebut dengan cepat menggulung pasukan Italia, Rumania, dan Hungaria yang melindungi garis belakang Angkatan Darat ke-6 Jerman. Akibatnya, pasukan Jerman yang beroperasi di Stalingrad terkepung.



Sebenarnya, Jerman memiliki kesempatan untuk menarik mundur pasukannya sebelum Tentara Merah menyelesaikan kepungannya. Akan tetapi, Hitler bersikeras agar pasukannya tetap bertahan di Stalingrad dan memerintahkan Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) untuk mengirimkan perbekalan bagi mereka. Akan tetapi, musim dingin yang ganas menghalangi usaha tersebut sehingga bantuan yang dikirimkan tidak cukup untuk memberi makan 330.000 prajurit Jerman dan sekutunya yang berada di Stalingrad.
Suatu usaha lain untuk membebaskan pasukan Jerman yang terkepung dilakukan dengan mengirimkan Tentara Grup Don pimpinan Marsekal Erich von Manstein, salah seorang ahli strategi Jerman yang cemerlang. Akan tetapi, serangan tersebut berhasil dihentikan oleh bala bantuan Soviet yang masih segar di Kotelnikovo. Akhirnya, ketika dihadapkan pada kemungkinan terkepung, von Manstein menarik mundur pasukannya dan meninggalkan rekan-rekannya di Stalingrad menunggu nasib.



Pada tanggal 30 Januari 1943, Tentara Merah dibawah pimpinan Marsekal Georgy Zhukov melancarkan serangan umum ke Stalingrad dan dengan cepat menggulung pasukan Poros yang sudah kelelahan dan menderita kelaparan dan penyakit. Dua hari kemudian, Marsekal Friedrich von Paulus dan 90.000 prajuritnya yang tersisa menyerah.
Para sejarawan menilai, kekalahan Jerman di Stalingrad merupakan awal dari kejatuhan Nazi. Hingga kini pertempuran ini dianggap sebagai pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam sejarah manusia. Jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai 3 juta jiwa termasuk penduduk sipil yang tak berdosa di Stalingrad.
Latar Belakang :
Pada bulan Juni 1942, Tentara Jerman (Wehrmacht) melancarkan kampanye musim panas kedua mereka terhadap Uni Soviet, yang disebut Operation Blau (Operasi Biru). Sebelumnya dalam operasi Barbarossa[9] Wehrmacht dihalau di pintu gerbang Moskow pada musim dingin 1941-1942. Operasi Biru diarahkan ke Rusia selatan dengan tujuan merebut ladang minyak di Baku, Azerbaijan, dan membuka jalan untuk menguasai ladang-ladang minyak di Timur Tengah. Pasukan penyerbu Jerman dibagi dua kekuatan, Grup Tentara A menyerbu Kaukasus dan Grup Tentara B menuju sungai Volga dan kota Stalingrad.
Pentingnya Stalingrad :
Pada mulanya, Tentara Merah Soviet memilih untuk bergerak mundur guna membuat jalur logistik pasukan Jerman keteteran dengan memanfaatkan luasnya wilayah Uni Soviet. Akan tetapi kemudian Stalin memerintahkan pasukannya untuk bertahan di Stalingrad, yang secara harfiah berarti "kota Stalin". Selain karena menyandang nama Stalin, kota Stalingrad juga penting karena merupakan kota industri terbesar di tepi sungai Volga (jalur transportasi penting ke Laut Kaspia). Jatuhnya Stalingrad ke tangan Jerman akan memudahkan gerak maju pasukan Jerman menuju Kaukasus, yang memiliki cadangan minyak besar, yang amat dibutuhkan oleh Jerman.
Jalannya pertempuran :
Menurut perkiraan, sekitar empat puluh ribu tentara dari kedua belah pihak terbunuh dalam setiap harinya. Fuhrer Adolf Hitler memerintahkan pasukannya agar dalam kondisi apapun, kota Stalingrad harus direbut. Akibatnya pasukan Jerman bertempur mati-matian untuk merebut kota tersebut. Namun, rakyat dan tentara di kota Stalingrad juga melakukan perlawanan yang sangat kuat sehingga pasukan Nazi dapat dihadang.
Sementara pasukannya terjebak dalam perang mati-matian di Stalingrad, Komando Tertinggi Jerman tidak menyadari bahwa Stalin telah mengumpulkan bala bantuan untuk menghancurkan pasukan Jerman dalam suatu kampanye musin dingin. Serangan balasan Uni Soviet dilancarkan pada bulan November 1942 ketika salju mulai turun. Serangan tersebut dengan cepat menggulung pasukan Italia, Rumania, dan Hungaria yang melindungi garis belakang Angkatan Darat ke-6 Jerman. Akibatnya, pasukan Jerman yang beroperasi di Stalingrad terkepung.
Sebenarnya, Jerman memiliki kesempatan untuk menarik mundur pasukannya sebelum Tentara Merah menyelesaikan kepungannya. Akan tetapi, Hitler bersikeras agar pasukannya tetap bertahan di Stalingrad dan memerintahkan Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) untuk mengirimkan perbekalan bagi mereka. Akan tetapi, musim dingin yang ganas menghalangi usaha tersebut sehingga bantuan yang dikirimkan tidak cukup untuk memberi makan 330.000 prajurit Jerman dan sekutunya yang berada di Stalingrad.
Suatu usaha lain untuk membebaskan pasukan Jerman yang terkepung dilakukan dengan mengirimkan Tentara Grup Don pimpinan Marsekal Erich von Manstein, salah seorang ahli strategi Jerman yang cemerlang. Akan tetapi, serangan tersebut berhasil dihentikan oleh bala bantuan Soviet yang masih segar di Kotelnikovo. Akhirnya, ketika dihadapkan pada kemungkinan terkepung, von Manstein menarik mundur pasukannya dan meninggalkan rekan-rekannya di Stalingrad menunggu nasib.
Pada tanggal 30 Januari 1943, Tentara Merah dibawah pimpinan Marsekal Georgy Zhukov melancarkan serangan umum ke Stalingrad dan dengan cepat menggulung pasukan Poros yang sudah kelelahan dan menderita kelaparan dan penyakit. Dua hari kemudian, Marsekal Friedrich von Paulus dan 90.000 prajuritnya yang tersisa menyerah.
Para sejarawan menilai, kekalahan Jerman di Stalingrad merupakan awal dari kejatuhan Nazi. Hingga kini pertempuran ini dianggap sebagai pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam sejarah manusia. Jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai 3 juta jiwa termasuk penduduk sipil yang tak berdosa di Stalingrad.
Monday, 13 August 2012
Pendaratan Normandia WWII
Pendaratan Normandia, diberi nama sandi Operasi Neptunus, adalah operasi
pendaratan invasi Sekutu di Normandia, dalam Operasi Overlord, selama Perang
Dunia II. Pendaratan
dimulai pada Selasa, Juni 6, 1944 (D-Day), dimulai jam 6:30 am British Summer
Time Double (GMT +2). Dalam
perencanaan, seperti untuk operasi Sekutu paling, istilah D-Day digunakan untuk
hari pendaratan sebenarnya, yang tergantung pada persetujuan akhir.
Monday, 25 April 2011
23rd Division der Waffen-SS Freiwilligen Legion Niederlande
Beberapa literatur sejarah menuliskan Divisi 23 (dari total 27 divisi pasukan Nazi di luar ras Jerman), yang beranggotakan keturunan Indonesia, tinggal di Belanda ketika itu. Mereka tergabung dalam satuan tempur Waffen-SS dan diberi nama Legion Niederlande atau lengkapnya 23rd Division der Waffen-SS Freiwilligen Legion Niederlande.
Saturday, 23 April 2011
Berbagai Type U-boat Nazi German
Kapal selam. Dan dulu sampai sekarang dianggap sebagai mesin perang yang punya nilai strategis. Sulit dideteksi sehingga punya kemampuan menyelinap tanpa ketahuan lawan serta memiliki daya gempur, itulah alasan utamanya.
Nazi Jerman rupanya sadar betul dengan potensi yang dimiliki mesin perang yang satu ini. Benteng aturan dari negara-negara pemenang PD I dalam bentuk Traktat Versailles yang salah satu isinya adalah membatasi Jerman untuk mengembangkan teknologi kapal selam atau U-boat bisa dikelabui. Proses pengembangan diam-diam tetap berjalan dan walau sedikit meleset, AL Nazi Jerman atau Kriegsmarine mampu menyuguhkan sebuah komposisi kekuatan U-boat yang tergolong rapi dalam PD II.
Sesuai dengan kebutuhan di lapangan, kekuatan U-boat Kriegsmarine terbagi menjadi tiga kategori. Mulai dari U-boat jarak dekat, menengah, dan jarak jauh. U-boat Type II dan XXIII misalnya masuk dalam golongan kekuatan jarak dekat yang umumnya dipakai untuk keperluan patroli pantai. Selanjutnya bagi keperluan patroli jarak menengah, ada keluarga besar Type VII. Terakhir U-boat Type IX dirancang buat memenuhi kebutuhan operasi jarak jauh. Semua penggelaran kekuatan, terutama untuk U-boat jarak jauh didukung oleh U-boat spesialis pemasok logistik. Bagi keperluan latih, Kriegsmarine menerapkan kebijakan komposit. Artinya jenis U-boat yang dipakai beragam.
U-boat types
Coastal boats
IIA | IIB | IIC | IID | |
Long Range boats | ||||
IX | IXB Most victorious | IXC | IXC/40 | IXD |
Atlantic boats | ||||
VIIA | VIIB | VIIC The workhorse | VIIC/41 | VIIC/42 |
Various boats | ||||
IA | VIID Mine layers | VIIF Torpedo transports | U-Flak Aircraft traps | |
Special boats | ||||
X B Mine layers | XIV Supply boats | XXI Elektro boat | XXIII Elektro boat | |
Walter U-boats | ||||
V 80 Prototype | XVIIA Research boats | XVIIB Research boats | XVIII |
Atlantic boatsType U-Boat VIIA | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Construction history of type VIIA
Technical information for type VIIA
oa = overall, hp = horsepower. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
U-48, the most successful boat in the war, was of type VIIB. VIIBBelow you can see the 24 commissioned U-boats of this type. U-45, U-46, U-47, U-48, U-49, U-50, U-51, U-52, U-53, U-54, U-55, U-73, U-74, U-75, U-76, U-83, U-84, U-85, U-86, U-87, U-99, U-100, U-101, and U-102. Technical information for type VIIB
oa = overall, hp = horsepower. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Type U-Boat VIICConstruction history of type VIIC
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Technical information for type VIIC
oa = overall, hp = horsepower. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Type VIIC/4191 boats commissioned Construction history of type VIIC/41
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
U-995 is seen here in a rather dry environment for a U-boat! All type VIIC/41 U-boatsBelow you can see the 91 commissioned U-boats of this type.U-292, U-293, U-294, U-295, U-296, U-297, U-298, U-299, U-300, U-317, U-318, U-319, U-320, U-321, U-322, U-323, U-324, U-325, U-326, U-327, U-328, U-827, U-828, U-929, U-930, U-995, U-997, U-998, U-999, U-1000, U-1001, U-1002, U-1003, U-1004, U-1005, U-1006, U-1007, U-1008, U-1009, U-1010, U-1013, U-1014, U-1015, U-1016, U-1017, U-1018, U-1019, U-1020, U-1021, U-1022, U-1023, U-1024, U-1025, U-1063, U-1064, U-1065, U-1103, U-1104, U-1105, U-1106, U-1107, U-1108, U-1109, U-1110, U-1163, U-1164, U-1165, U-1166, U-1167, U-1168, U-1169, U-1170, U-1171, U-1172, U-1271, U-1272, U-1273, U-1274, U-1275, U-1276, U-1277, U-1278, U-1279, U-1301, U-1302, U-1303, U-1304, U-1305, U-1306, U-1307, and U-1308. Technical information for type VIIC/41
oa = overall, hp = horsepower. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
U-boat Types VIIC/42None BuiltContracts were signed for 164 boats
Technical information for type VIIC/42
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Special boats
Type XXIII
61 boats commissioned
Construction history of type XXIII
U-boats | Shipyard | Werk # | Built during | |
U-2321 - U-2331 | 11 | Deutsche Werft AG, Hamburg | 475 - 485 | 1943 - 1944 |
U-2332 - U-2333 | 2 | F. Krupp Germaniawerft AG, Kiel | 941 - 942 | 1944 |
U-2334 - U-2369 | 36 | Deutsche Werft AG, Hamburg | 488 - 523 | 1943 - 1945 |
U-2371 | Deutsche Werft AG, Hamburg | 525 | 1944 - 1945 | |
U-4701 - U-4707 | 7 | F. Krupp Germaniawerft AG, Kiel | 943 - 949 | 1944 - 1945 |
U-4709 - U-4712 | 4 | F. Krupp Germaniawerft AG, Kiel | 951 - 954 | 1944 - 1945 |
The first XXIII, U-2321, was launched from Deutsche Werft in Hamburg on 17 April, 1944, she was one of the 6 XXIII's that went on operational patrol around the British Isles in early 1945. U-4712 was the last one launched, on April 19, 1945.
The first XXIII to go out on patrol was U-2324 on 29 Jan 1945. The U-2336 under the command of Kptlt. Klusmeier sank the last ships sunk in WWII on May 7 when he sank two British freighters inside the Firth of Forth.
None of the 6 operational XXIII's (U-2321, U-2322, U-2324, U-2326, U-2329 and U-2336) was sunk by the allies during Jan - May 1945. 3 of these boats sank 4 ships for a total of 7,392 tons.
The following 7 boats were lost to various causes;
U-2323 (mined on 26 July 1944), U-2331 (training accident on 10 Oct 1944), U-2338 (sunk by British aircraft east-northeast of Frederika on May 4, 1945, the only XXIII to be sunk by the enemy, 12 dead) U-2342 (mined on 26 Dec 1944), U-2344 (rammed by U-2336 on 18 Feb 1945), U-2351 (paid off in April 1945 after bomb damages) and U-2367 (rammed by U-boat on 5 May 1945).
U-2363 after the surrender to the Allies.
All type XXIII U-boats
Below you can see the 61 commissioned U-boats of this type.
U-2321, U-2322, U-2323, U-2324, U-2325, U-2326, U-2327, U-2328, U-2329, U-2330, U-2331,
U-2332, U-2333, U-2334, U-2335, U-2336, U-2337, U-2338, U-2339, U-2340, U-2341, U-2342,
U-2343, U-2344, U-2345, U-2346, U-2347, U-2348, U-2349, U-2350, U-2351, U-2352, U-2353,
U-2354, U-2355, U-2356, U-2357, U-2358, U-2359, U-2360, U-2361, U-2362, U-2363, U-2364,
U-2365, U-2366, U-2367, U-2368, U-2369, U-2371, U-4701, U-4702, U-4703, U-4704, U-4705,
U-4706, U-4707, U-4709, U-4710, U-4711, and U-4712.
U-2332, U-2333, U-2334, U-2335, U-2336, U-2337, U-2338, U-2339, U-2340, U-2341, U-2342,
U-2343, U-2344, U-2345, U-2346, U-2347, U-2348, U-2349, U-2350, U-2351, U-2352, U-2353,
U-2354, U-2355, U-2356, U-2357, U-2358, U-2359, U-2360, U-2361, U-2362, U-2363, U-2364,
U-2365, U-2366, U-2367, U-2368, U-2369, U-2371, U-4701, U-4702, U-4703, U-4704, U-4705,
U-4706, U-4707, U-4709, U-4710, U-4711, and U-4712.
Technical information for type XXIII
|
|
sm = submerged, sf = surfaced, ph = pressure hull,
oa = overall, hp = horsepower.
oa = overall, hp = horsepower.
Type XXI
118 boats commissioned
Construction history of type XXI
U-boats | Shipyard | Werk # | Built during | |
U-2501 - U-2531 | 31 | Blohm & Voss, Hamburg | 2501 - 2531 | 1943 - 1945 |
U-2533 - U-2536 | 4 | Blohm & Voss, Hamburg | 2533 - 2536 | 1943 - 1945 |
U-2538 - U-2546 | 9 | Blohm & Voss, Hamburg | 2538 - 2546 | 1943 - 1945 |
U-2548 | Blohm & Voss, Hamburg | 2548 | 1943 - 1945 | |
U-2551 - U-2552 | 2 | Blohm & Voss, Hamburg | 2551 - 2552 | 1943 - 1945 |
U-3001 - U-3035 | 35 | AG Weser, Bremen | 1160 - 1194 | 1943 - 1945 |
U-3037 - U-3041 | 5 | AG Weser, Bremen | 1196 - 1200 | 1943 - 1945 |
U-3044 | AG Weser, Bremen | 1203 | 1943 - 1945 | |
U-3501 - U-3530 | 30 | F Schichau GmbH, Danzig | 1646 - 1675 | 1943 - 1945 |
U-2540, now called Wilhelm Bauer, as seen in Bremerhaven.
All type XXI U-boats
Below you can see the 118 commissioned U-boats of this type.
U-2501, U-2502, U-2503, U-2504, U-2505, U-2506, U-2507, U-2508, U-2509, U-2510, U-2511,
U-2512, U-2513, U-2514, U-2515, U-2516, U-2517, U-2518, U-2519, U-2520, U-2521, U-2522,
U-2523, U-2524, U-2525, U-2526, U-2527, U-2528, U-2529, U-2530, U-2531, U-2533, U-2534,
U-2535, U-2536, U-2538, U-2539, U-2540, U-2541, U-2542, U-2543, U-2544, U-2545, U-2546,
U-2548, U-2551, U-2552, U-3001, U-3002, U-3003, U-3004, U-3005, U-3006, U-3007, U-3008,
U-3009, U-3010, U-3011, U-3012, U-3013, U-3014, U-3015, U-3016, U-3017, U-3018, U-3019,
U-3020, U-3021, U-3022, U-3023, U-3024, U-3025, U-3026, U-3027, U-3028, U-3029, U-3030,
U-3031, U-3032, U-3033, U-3034, U-3035, U-3037, U-3038, U-3039, U-3040, U-3041, U-3044,
U-3501, U-3502, U-3503, U-3504, U-3505, U-3506, U-3507, U-3508, U-3509, U-3510, U-3511,
U-3512, U-3513, U-3514, U-3515, U-3516, U-3517, U-3518, U-3519, U-3520, U-3521, U-3522,
U-3523, U-3524, U-3525, U-3526, U-3527, U-3528, U-3529, and U-3530.
U-2512, U-2513, U-2514, U-2515, U-2516, U-2517, U-2518, U-2519, U-2520, U-2521, U-2522,
U-2523, U-2524, U-2525, U-2526, U-2527, U-2528, U-2529, U-2530, U-2531, U-2533, U-2534,
U-2535, U-2536, U-2538, U-2539, U-2540, U-2541, U-2542, U-2543, U-2544, U-2545, U-2546,
U-2548, U-2551, U-2552, U-3001, U-3002, U-3003, U-3004, U-3005, U-3006, U-3007, U-3008,
U-3009, U-3010, U-3011, U-3012, U-3013, U-3014, U-3015, U-3016, U-3017, U-3018, U-3019,
U-3020, U-3021, U-3022, U-3023, U-3024, U-3025, U-3026, U-3027, U-3028, U-3029, U-3030,
U-3031, U-3032, U-3033, U-3034, U-3035, U-3037, U-3038, U-3039, U-3040, U-3041, U-3044,
U-3501, U-3502, U-3503, U-3504, U-3505, U-3506, U-3507, U-3508, U-3509, U-3510, U-3511,
U-3512, U-3513, U-3514, U-3515, U-3516, U-3517, U-3518, U-3519, U-3520, U-3521, U-3522,
U-3523, U-3524, U-3525, U-3526, U-3527, U-3528, U-3529, and U-3530.
Technical information for type XXI
|
|
sm = submerged, sf = surfaced, ph = pressure hull, oa = overall, hp = horsepower. |
Type XIV
10 boats commissioned
Construction history of type XIV
U-boats | Shipyard | Werk # | Built during | |
U-459 - U-464 | 6 | Deutsche Werke AG, Kiel | 290 - 295 | 1940 - 1942 |
U-487 - U-490 | 4 | F. Krupp Germaniawerft AG, Kiel | 556 - 559 | 1941 - 1943 |
All type XIV U-boats
Below you can see the 10 commissioned U-boats of this type.U-459, U-460, U-461, U-462, U-463, U-464, U-487, U-488, U-489, and U-490.
Technical information for type XIV
|
|
oa = overall, hp = horsepower.
Type XB
8 boats commissioned
Construction history of type XB
U-boats | Shipyard | Werk # | Built during | |
U-116 - U-118 | 3 | F. Krupp Germaniawerft AG, Kiel | 615 - 617 | 1939 - 1941 |
U-119 | F. Krupp Germaniawerft AG, Kiel | 624 | 1939 - 1941 | |
U-219 - U-220 | 2 | F. Krupp Germaniawerft AG, Kiel | 625 - 626 | 1940 - 1943 |
U-233 - U-234 | 2 | F. Krupp Germaniawerft AG, Kiel | 663 - 664 | 1940 - 1944 |
All type XB U-boats
Below you can see the 8 commissioned U-boats of this type.
Technical information for type XB
|
|
sm = submerged, sf = surfaced, ph = pressure hull,
oa = overall, hp = horsepower.

30 boats commissioned
U-177, U-178, U-179, U-180, U-181, U-182, U-195, U-196, U-197, U-198, U-199,
U-200, U-847, U-848, U-849, U-850, U-851, U-852, U-859, U-860, U-861, U-862,
U-863, U-864, U-871, U-872, U-873, U-874, U-875, and U-876.
sm = submerged, sf = surfaced, ph = pressure hull,
oa = overall, hp = horsepower.
oa = overall, hp = horsepower.
Long Range boats
Type IXD
30 boats commissioned
Construction history of type IXD
U-boats | Shipyard | Werk # | Built during | |
U-177 - U-182 | 6 | AG Weser, Bremen | 1017 - 1022 | 1940 - 1942 |
U-195 - U-200 | 6 | AG Weser, Bremen | 1041 - 1046 | 1940 - 1942 |
U-847 - U-852 | 6 | AG Weser, Bremen | 1053 - 1058 | 1941 - 1943 |
U-859 - U-864 | 6 | AG Weser, Bremen | 1065 - 1070 | 1941 - 1943 |
U-871 - U-876 | 6 | AG Weser, Bremen | 1079 - 1084 | 1941 - 1944 |
All type IXD U-boats
Below you can see the 30 commissioned U-boats of this type.U-177, U-178, U-179, U-180, U-181, U-182, U-195, U-196, U-197, U-198, U-199,
U-200, U-847, U-848, U-849, U-850, U-851, U-852, U-859, U-860, U-861, U-862,
U-863, U-864, U-871, U-872, U-873, U-874, U-875, and U-876.
Technical information for type IXD
|
|
oa = overall, hp = horsepower.
Type IXC/40
87 boats commissioned
Construction history of type IXC/40
U-boats | Shipyard | Werk # | Built during | |
U-167 - U-170 | 4 | Deutsche Schiff und Maschinenbau AG, Bremen | 706 - 709 | 1940 - 1943 |
U-183 - U-188 | 6 | AG Weser, Bremen | 1023 - 1028 | 1940 - 1942 |
U-189 - U-194 | 6 | AG Weser, Bremen | 1035 - 1040 | 1940 - 1943 |
U-525 - U-532 | 8 | Deutsche Werft AG, Hamburg | 340 - 347 | 1940 - 1942 |
U-533 - U-538 | 6 | Deutsche Werft AG, Hamburg | 351 - 356 | 1941 - 1943 |
U-539 - U-550 | 12 | Deutsche Werft AG, Hamburg | 360 - 371 | 1941 - 1943 |
U-801 - U-806 | 6 | Deutsche Schiff und Maschinenbau AG, Bremen | 359 - 364 | 1940 - 1944 |
U-841 - U-846 | 6 | AG Weser, Bremen | 1047 - 1052 | 1941 - 1943 |
U-853 - U-858 | 6 | AG Weser, Bremen | 1059 - 1064 | 1941 - 1943 |
U-865 - U-870 | 6 | AG Weser, Bremen | 1073 - 1078 | 1941 - 1944 |
U-877 - U-881 | 5 | AG Weser, Bremen | 1085 - 1089 | 1942 - 1944 |
U-889 | AG Weser, Bremen | 1097 | 1942 - 1944 | |
U-1221 - U-1235 | 15 | Deutsche Werft AG, Hamburg | 384 - 398 | 1941 - 1944 |
U-805 of type IXC/40 is seen here shortly after its surrender in 1945.
All type IXC/40 U-boats
Below you can see the 87 commissioned U-boats of this type.U-167, U-168, U-169, U-170, U-183, U-184, U-185, U-186, U-187, U-188, U-189,
U-190, U-191, U-192, U-193, U-194, U-525, U-526, U-527, U-528, U-529, U-530,
U-531, U-532, U-533, U-534, U-535, U-536, U-537, U-538, U-539, U-540, U-541,
U-542, U-543, U-544, U-545, U-546, U-547, U-548, U-549, U-550, U-801, U-802,
U-803, U-804, U-805, U-806, U-841, U-842, U-843, U-844, U-845, U-846, U-853,
U-854, U-855, U-856, U-857, U-858, U-865, U-866, U-867, U-868, U-869, U-870,
U-877, U-878, U-879, U-880, U-881, U-889, U-1221, U-1222, U-1223, U-1224, U-1225,
U-1226, U-1227, U-1228, U-1229, U-1230, U-1231, U-1232, U-1233, U-1234, and U-1235.
Technical information for type IXC/40
|
|
oa = overall, hp = horsepower.
Type IXC
54 boats commissioned
Construction history of type IXC
U-boats | Shipyard | Werk # | Built during | |
U-66 - U-68 | 3 | AG Weser, Bremen | 985 - 987 | 1939 - 1941 |
U-125 - U-131 | 7 | AG Weser, Bremen | 988 - 994 | 1939 - 1941 |
U-153 - U-158 | 6 | AG Weser, Bremen | 995 - 1000 | 1939 - 1941 |
U-159 - U-160 | 2 | AG Weser, Bremen | 1009 - 1010 | 1939 - 1941 |
U-161 - U-166 | 6 | Deutsche Schiff und Maschinenbau AG, Bremen | 700 - 705 | 1939 - 1942 |
U-171 - U-176 | 6 | AG Weser, Bremen | 1011 - 1016 | 1939 - 1941 |
U-501 - U-506 | 6 | Deutsche Werft AG, Hamburg | 291 - 296 | 1939 - 1941 |
U-507 - U-518 | 12 | Deutsche Werft AG, Hamburg | 303 - 314 | 1939 - 1942 |
U-519 - U-524 | 6 | Deutsche Werft AG, Hamburg | 334 - 339 | 1940 - 1942 |
U-156 of type IXC during the Laconia rescue operations.
All type IXC U-boats
Below you can see the 54 commissioned U-boats of this type.
U-66, U-67, U-68, U-125, U-126, U-127, U-128, U-129, U-130, U-131, U-153,
U-154, U-155, U-156, U-157, U-158, U-159, U-160, U-161, U-162, U-163, U-164,
U-165, U-166, U-171, U-172, U-173, U-174, U-175, U-176, U-501, U-502, U-503,
U-504, U-505, U-506, U-507, U-508, U-509, U-510, U-511, U-512, U-513, U-514,
U-515, U-516, U-517, U-518, U-519, U-520, U-521, U-522, U-523, and U-524.
U-154, U-155, U-156, U-157, U-158, U-159, U-160, U-161, U-162, U-163, U-164,
U-165, U-166, U-171, U-172, U-173, U-174, U-175, U-176, U-501, U-502, U-503,
U-504, U-505, U-506, U-507, U-508, U-509, U-510, U-511, U-512, U-513, U-514,
U-515, U-516, U-517, U-518, U-519, U-520, U-521, U-522, U-523, and U-524.
Technical information for type IXC
|
|
sm = submerged, sf = surfaced, ph = pressure hull,
oa = overall, hp = horsepower.
oa = overall, hp = horsepower.
Type IXB
14 boats commissioned
Construction history of type IXB
U-boats | Shipyard | Werk # | Built during | |
U-64 - U-65 | 2 | AG Weser, Bremen | 952 - 953 | 1937 - 1940 |
U-103 - U-110 | 8 | AG Weser, Bremen | 966 - 973 | 1938 - 1940 |
U-111 | AG Weser, Bremen | 976 | 1939 - 1940 | |
U-122 - U-124 | 3 | AG Weser, Bremen | 954 - 956 | 1937 - 1940 |
All type IXB U-boats
Below you can see the 14 commissioned U-boats of this type.
Technical information for type IXB
|
|
sm = submerged, sf = surfaced, ph = pressure hull, oa = overall, hp = horsepower. Type IX8 boats commissioned Construction history of type IX
All type IX U-boatsBelow you can see the 8 commissioned U-boats of this type.U-37, U-38, U-39, U-40, U-41, U-42, U-43, and U-44. Technical information for type IX
oa = overall, hp = horsepower. Walther U-boatsType XVIIILarge combat versionThe XXI which was designed from the XVIII plans Technical information
Type XVIIAWa 201 and Wk 202 designsU-792 running trials outside of Hamburg.
CareersU-792. Type XVIIA. Launched on 28 Sep 1943 and commissioned on 16 Nov 1943. Fate: Used for trials. Scuttled at 0130hrs on 4 May, 1945 in position 54.19N, 09.43E in the Audorfer See, near Rendsburg. U-793. Type XVIIA. Launched on 4 Mar 1944 and commissioned on 24 Apr 1944. Fate: Scuttled at 0130hrs on 4 May, 1945 in position 54.19N, 09.43E in the Audorfer See, near Rendsburg. U-794. Type XVIIA. Launched on 7 Oct 1943 and commissioned on 14 Nov 1943. Fate: Used for trials and scuttled on May 5, 1945 in Gelting Bay. Later raised and broken up. U-795. Type XVIIA. Launched on 21 Mar 1944 and commissioned on 22 Apr 1944. Fate: Used for trials and scuttled on May 3, 1945 at Germaniawerft in Kiel. Later broken up. Technical information for Wa 201
Technical information for Wk 202
V80This was the first Walter boat, known as V80. It was built at Germaniawerft in Kiel during 1939-1940 and was driven by one Germaniawerft Walter turbine (20,000rpm). A crew of 4 was needed to operate the vessel which was unarmed and built purely for research purposes. V80 was used for various trials and shattered all underwater speed records at the time when the boat reached 28 knots. V80 was taken out of service at the end of 1942, and was scuttled at Hela in March 1945. Technical information
Type XVIIBSmall Coastal Research vessels
CareersU-1405. Type XVIIB. Launched on 1 Dec 1944 and commissioned on 21 Dec 1944.Fate: Scuttled on 5 May, 1945 in Eckernfjörde Bay. Later broken up. U-1406. Type XVIIB. Launched on 2 Jan 1945 and commissioned on 8 Feb 1945. Fate: Surrendered on 5 May 1945 at Cuxhaven, Germany along with all boats stationed there. Its crew abandoned the boat according to orders. U-1406 and U-1407 were scuttled by Oblt. Gerhard Grumpelt without permission on 7 May. Read our article U—1406 and U—1407. Were they Scuttled or did they Surrender?. Later raised and transported to the USA on the deck of the US transport vessel Shoemaker on 15 Sept, 1945. She was used for trials by the US Navy and broken up in New York harbor sometime after 18 May, 1948 (Waller & Niestlé, 2010). U-1407. Type XVIIB.Commissioned on 13 Mar 1945. Fate: Surrendered on 5 May 1945 at Cuxhaven, Germany along with all boats stationed there. Its crew abandoned the boat according to orders. U-1406 and U-1407 were scuttled by Oblt. Gerhard Grumpelt without permission on 7 May. Read our article U—1406 and U—1407. Were they Scuttled or did they Surrender? (Waller & Niestlé, 2010). ContractsU-1408 through U-1410 (3 boats) were under construction at Blohm & Voss in Hamburg from 1943 but were not complete when the war ended.U-1411 through U-1416 (6 boats) Under construction at Blohm & Voss in Hamburg (Werk # 260-266) but were cancelled on 20 Sept, 1943 in favour of the XXI. Technical information
|
Subscribe to:
Posts (Atom)