Blogger Widgets
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA- SEMOGA ARTIKEL-2NYA DAPAT BERMANFAAT BAGI ANDA- TERIMA KASIH
Showing posts with label History Peperangan Setelah WWII-WWI. Show all posts
Showing posts with label History Peperangan Setelah WWII-WWI. Show all posts

Friday, 4 April 2014

Battle of Ia Drang - Vietnam War's


Pertempuran Ia Drang adalah pertempuran besar pertama antara Angkatan Darat Amerika Serikat dan Tentara Rakyat Vietnam ( PAVN / NVA ) dari Vietnam Utara selama Perang Vietnam. Dua - bagian pertempuran berlangsung antara November 14 – 18  November 1965, di dua zona pendaratan ( LZS ) barat laut dari Plei Me di Dataran Tinggi Tengah Vietnam Selatan ( sekitar 35 km sebelah selatan - barat dari Pleiku ) sebagai bagian dari airmobile AS ofensif dengan nama sandi Operation Silver Bayonet

Wednesday, 2 April 2014

Pertempuran Mogadishu (1993)


Pertempuran Mogadishu, lebih sering disebut sebagai Black Hawk Down atau, secara lokal, sebagai Day of the Rangers (Somali: Maalintii Rangers), merupakan bagian dari Operation Gothic Serpent yang dilancarkan pada tanggal 3 dan 4 Oktober 1993, di Mogadishu, Somalia , antara pasukan Amerika Serikat yang didukung oleh UNOSOM II, dan milisi Somalia yang setia kepada presiden Mohamed Farrah Aidid yang mendapat dukungan dari pejuang sipil bersenjata.

Saturday, 2 March 2013

Operation Rolling Thunder - Perang Vietnam


Operation Rolling Thunder adalah salah satu operasi pengeboman skala besar yang dilancarkan selama perang Vietnam. 

Wednesday, 7 November 2012

PERANG VIETNAM - Amerika Vs Vietnam

 

Pada tahun 1961, presiden AS yang baru dipilih, Kennedy, mengirimkan 100 penasihat militernya yang pertama bersama dengan satu unit khusus dengan 400 tentara ke Vietnam. Pada tahun berikutnya, AS menambah jumlah pasukannya di Vietnam menjadi 11.000 tentara


 Presiden AS yang baru dipilih, Kennedy

Pada tanggal 2 Agustus 1964, dua kapal pesiar Amerika di tembaki oleh kapal-kapal patroli Vietnam Utara di Teluk Tonkin. Amerika bersikeras bahwa kapal-kapal pesiar itu berada di perairan internasional. Dan menjadikan peristiwa itu sebagai alasan untuk membom Vietnam Utara untuk pertama kalinya. Hanya saja pada tahun 1971, diketahui bahwa dua kapal perang Amerika telah melanggar daerah perairan Vietnam Utara.



Pada bulan Maret 1965, pesawat tempur AS memulai Operation Rolling Thunder, pemboman besar-besaran terhadap Vietnam Utara. Sekitar tiga setengah tahun kemudian, bom-bom dijatuhkan di sekitar Vietnam Utara yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari jumlah bom yang dijatuhkan pada Perang Dunia II.



Marinir AS dalam suatu serangan


Untuk mengurangi pembangunan industri dan penduduk negara, Vietnam Utara memberlakukan desentralisasi total ekonomi dan evakuasi sejumlah orang dari kota-kota.



Puncak Perang Vietnam pada tahun 1968, yaitu saat AS mengirimkan hampir setengah juta tentaranya ke Vietnam. Pasukan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Filipina dan Thailand semuanya berjumlah 90.000 orang. Dan saat itu tentara Vietnam Selatan berjumlah 1,5 juta orang.




Front Pembebasan Nasional di bawah kepemimpinan komunis, (yang diberi nama Viet cong oleh AS), memiliki kekuatan 400.000 pasukan.


Pasukan Darat AS didrop menggunakan Helikopter Huey


Pada tanggal 1 Februari 1968, kekuatan Tentara Pembebasan Nasional/Viet Cong memulai serangan umum Tet (Imlek) ke 105 kota-kota di Vietnam Selatan. Walaupun Vietkong berhasil dipukul mundur dan mengalami kekalahan (kecuali di kota tua Hué), serangan Tet ini merupakan saat yang menentukan dalam Perang Vietnam.


Serangan Tet mengakibatkan perubahan sikap AS. Setelah serangan Tet, pemerintahan AS tidak tertarik lagi ingin memenangkan perang. Tapi mereka hanya tidak ingin kehilangan reputasinya sebagai kekuatan militer terhebat.


Melalui operasi militer AS, angkatan udara AS melakukan pengeboman ke wilayah Vietnam Utara, dan berakhir pada Oktober 1968. AS mulai menarik kembali pasukan-pasukannya dari Vietnam.






Tahun 1969 di Paris, AS, Vietnam Selatan, Vietnam Utara dan Vietkong melakukan negosiasi untuk menarik seluruh pasukan AS dari Vietnam.
Pada tahun 1972, sebelum negosiasi Paris membawa hasil, AS telah mengurangi pasukannya sebesar 100.000 orang dari Vietnam.



Tanggal 30 Maret 1972, terjadi serangan komunis, tapi bukan oleh Vietkong melainkan oleh pasukan Vietnam Utara yang melewati garis demarkasi (17 derajat garis lintang utara) melanggar wilayah Vietnam Selatan. Pengeboman yang dilakukan secara terus-menerus oleh pesawat tempur AS, telah menyebabkan mundurnya pasukan Vietnam Utara.


Milisi Vietkong, tulang punggung militer Vietnam

Pada tanggal 27 Januari 1973, persetujuan gencatan senjata ditandatangani di Paris dan mulai diberlakukan sejak hari itu.



Pada bulan Maret 1973, pasukan terakhir Amerika, meninggalkan Vietnam (ditandai dengan tewasnya dua marinir AS penjaga kedutaan). Dua tahun kemudian, Vietnam Utara dan kekuatan komunis Selatan memulai serangan dengan maksud untuk menguasai negara Vietnam Selatan.


Beberapa minggu kemudian, tepatnya tanggal 30 April 1975, pasukan Vietnam Utara menduduki Saigon dan mengakibatkan berakhirnya perang yang telah berlangsung selama tiga puluh tahun.

Sumber: http://jogjaicon.blogspot.com


DIEN BIEN PHU FALL - Prancis vs Vietnam




Pertempuran Dien Bien Phu adalah Pertempuran Final dalam Perang Indochina Babak Pertama antara Prancis dan Revolusioner Vietnam/Viet Minh. Pertempuran ini terjadi antara Maret dan Mei 1954, dan berakhir dengan kekalahan Militer Prancis secara besar-besaran dan memalukan yang akhirnya menyudahi peperangan itu (Kekalahan memalukan ini kemudian dialami oleh Amerika Serikat pada Babak selanjutnya dalam Perang Vietnam yang berkepanjangan).

Pasukan Infanteri Viet Minh mengibarkan bendera kemenangan di DBP

Hasil dari serangkaian kekeliruan dalam proses pengambilan keputusan Prancis ialah bahwa Prancis berusaha menciptakan sebuah basis pemasokan lewat udara di Dien Bien Phu, jauh di daerah perbukitan Vietnam. 

Tujuannya adalah untuk memotong jalur pasokan Viet Minh ke Laos. Sebaliknya, Viet Minh di bawah Jenderal Vo Nguyen Giap, sanggup mengitari dan mengepung Prancis. Pecahlah pertarungan sengit di darat. Viet Minh menduduki daerah perbukitan di sekitar Dien Bien Phu, dan mampu menembak ke bawah secara akurat ke posisi-posisi Prancis.


 Pasukan Prancis berulang-ulang membalas serangan-serangan Viet Min di posisi-posisi mereka, dengan sesekali menerjunkan pasukan-pasukan tambahan. Namun pada akhirnya Viet Minh berhasil merebut basis pertahanan Prancis dan memaksa Prancis menyerah.

Setelah pertempuran ini, perang berakhir dengan persetujuan Jenewa 1954. Persetujuan ini membagi Vietnam menjadi Utara yang komunis dan Selatan yang demokratis. Namun demikian perdamaian yang singkat itu segera berantakan. Pertempuran pecah kembali pada 1957 dengan Perang Vietnam (Perang Indochina Kedua).

Pasukan Para Prancis, kesatuan elite yang dipermalukan Vietnam di Dien Bien Phu

1. Latar belakang dan situasi menjelang pertempuran
Pada tahun 1953, Prancis keteteran dalam Perang Indochina Pertama. Serangkaian panglima perang (Thierry d'Argenlieu, Jean de Lattre de Tassigny, dan Raoul Salan) terbukti tidak mampu menekan pemberontakan Viet Minh.

Dalam pertempuran-pertempuran mereka pada 1952-1953, Viet Minh telah mengalahkan kekuatan koloni Prancis di Laos, tetangga Vietnam di sebelah barat. Prancis terbukti tidak mampu menahan lajunya Viet Minh, yang segera mundur apabila kehabisan dukungan pasokan mereka yang gigih.


Pada 1953, Prancis telah mulai memperkuat pertahanan mereka di daerah delta Hanoi dan mulai mempersiapkan serangkaian serangan terhadap basis-basis Viet Minh di Vietnam barat laut. Mereka pun telah membangun sejumlah kota benteng dan pos-pos luas di wilayah itu, termasuk Lai-Chau dekat perbatasan Tiongkok di utara, Na Sanh di barat Hanoi, dan Luang-Prabang dan Plaine des Jarres di Laos utara.

Musim semi itu, Jenderal Vo Nguyen Giap dari Viet Minh melancarkan sebuah serangan besar-besaran terhadap Nan Sanh. Setelah pertempuran sengit beberapa hari, kekuatan Viet Minh kalah, sehingga menimbulkan 1.544 orang korban di pangkalan dan 1.932 lainnya luka-luka. Vo menarik mundur sebagian besar kekuatannya.

 Pada Mei 1953, Perdana Menteri Prancis Rene Mayer menunjuk Henri Navarre, seorang kolega kepercayaannya, untuk mengambil alih pimpinan pasukan Prancis di Indochina. Mayer memberikan satu perintah kepada Navarre - untuk menciptakan kondisi-kondisi militer yang akan membawa Prancis kepada suatu 'pemecahan politis yang terhormat'. (Davidson, 165)

2. Nan Sanh dan Dien Bien Phu
Nan Sanh adalah sebuah eksperimen awal yang berhasil dalam menggunakan pertahanan landak, yang meyakinkan Navarre tentang kemungkinan digunakannya konsep pertahanan jalur udara. Pada dasarnya ini adalah sebuah benteng yang dipasok hanya lewat udara. 

Diharapkan bahwa dengan mengulangi pembentukannya dalam skala yang lebih besar, Prancis akan dapat memancing Giap untuk mengerahkan sebagian besar kekuatannya dalam sebuah serangan massal. Hal ii akan memungkinkan artileri Prancis yang unggul, persenjataan dan dukungan udaranya, menyapu kekuatan Viet Minh di medan yang terbuka. Sayangnya, para perwira staf Prancis gagal memperhitungkan sejumlah perbedaan penting antara Dien Bien Phu dan Nan Sanh.

Pertama, di Nan Sanh Prancis menguasai hampir semua dataran tinggi dan menikmati dukungan artileri yang berlimpah. Namun, di Dien Bien Phu, situasinya terbalik: Viet Minh menguasai sebagian besar dataran tinggi di sekitar lembah, dan artileri mereka jauh melebihi Prancis. Vo Nguyen Giap membandingkan Dien Bien Phu dengan sebuah "bakul nasi", di mana pasukan-pasukannya menduduki tepiannya, sementara Prancis menduduki dasarnya.

Kedua, Giap membuat kesalahan di Nan Sanh dengan mengerahkan pasukan-pasukannya dalam sebuah serangan frontal yang ceroboh sebelum sempat melakukan cukup persiapan. Di At Dien Bien Phu, Giap menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menumpuk amunisi dan menempatkan artileri berat dan senapan-senapan anti pesawat udara sebelum melakukan gerakannya. 

Tim-tim relawan Viet Minh dikirim ke kamp Prancis untuk mencatat tempat-tempat artileri Prancis. Artileri-artileri kayu dibangun sebagai kamuflase, dan senapan-senapan yang sesungguhnya dirotasi setiap beberapa salvo untuk membingungkan serangan balik Prancis. Akibatnya, ketika pertempuran mulai, Viet Minh tahu persis di mana letak artileri Prancis, sementara Prancis bahkan tidak sadar berapa banyak senapan yang dimiliki Giap.

Ketiga, dan yang terpenting, jembatan udara di Nan Sanh tidak pernah terputus meskipun Viet Minh melakukan tembakan anti pesawat udara. Di Dien Bien Phu, Giap mengerahkan sejumlah besar serangan anti serangan udara yang dengan segera menutup landasan terang dan membuatnya sangat mahal bagi Prancis untuk mengerahkan bala bantuan.

Seorang Infanteri Kolonial Prancis sedang mengamati penerjunan Pasukan Para Prancis di DBP
3. Operasi Castor dan pembentukan wilayah udara
Operasi di Dien Bien Phu dimulai pada 10:35 pada pagi hari 20 November 1953. Dalam Operasi Castor, Prancis menerjunkan atau menerbangkan 9.000 pasukan ke wilayah itu selama tiga hari. Mereka mendarat di tiga daerah pendaratan - Natasha (barat laut dari Dien Bien Phu), Octavie (barat daya Dien Bien Phu), dan Simone (tenggara Dien Bien Phu).

Seorang Komandan Kolonial Prancis 

Resimen ke-148 148 dari Elit Independen Viet Minh, yang bermarkas di Dien Bien Phu, bereaksi "dengan segera dan efektif", namun, tiga dari keempat batalyon mereka tidak hadir hari itu (Davidson, 193). Operasi-operasi awal berlangsung baik untuk Prancis. Pada akhir November, enam batalyon payung telah mendarat dan Prancis mengkonsolidasikan posisi-posisi mereka.

Pada saat inilah Giap memulai gerakan perlawanan baliknya. Giap telah mengharapkan datangnya serangan, tapi tidak dapat meramalkan kapan atau di mana hal itu akan terjadi. Giap menyadari bahwa bila ditekan, Prancis akan meninggalkan Provinsi Lai Chau dan berperang dalam sebuah pertempuran sengit di Dien Bien Phu. Pada 24 November, Giap memerintahkan Resimen Infantri ke-148 dan Divisi ke-316 untuk menyerang ke Lai Chau, dan Divisi ke-308, 312, dan 351 menyerang dari Viet Bac masuk ke Dien Bien Phu (Davidson, 196).

Sementara itu, Viet Minh telah memindahkan 50.000 pasukan regulernya bersama dengan 55.000 pasukan cadangan, pengangkut, dan milisi ke bukit-bukit di sekeliling lembah, seluruhnya berjumlah lima divisi, termasuk Divisi Berat ke-351 yang terdiri sepenuhnya dari artileri berat. 

Artileri dan senapan AA, yang jauh lebih banyak daripada artileri Prancis 4 banding 1, dipindahkan ke dalam posisi terkamuflase, mengarah ke lembah. Prancis mengalami tembakan artileri sporadik Viet Minh pertama kali pada 31 Januari 1954 dan patroli-patroli mereka menjumpai Viet Minh di segala penjuru. Mereka telah bersatu dalam pertempuran ini dan Prancis kini terkepung.

4. Pertempuran
Keadaan berubah pada awal Maret 1954, ketika menjadi jelas bahwa pasukan Viet Minh (Sekutu Vietnam) yang kian bertambah masuk ke wilayah itu. Pertempuran itu sendiri dimulai pada 13 Maret ketika, dengan sangat mengejutkan bagi Prancis, Viet Minh melepaskan tembakan artileri besar-besaran.

Pada akhir malam pertama 9.000 peluru artileri telah jatuh di daerah itu, dan posisi Beatrice dan Gabrielle telah jatuh, meskipun dengan kerugian besar pada pihak penyerangnya yaitu lebih dari 2.500 korban. Dalam keberhasilan logistik yang besar, Viet Minh teleh berhasil mengangkut sejumlah besar peralatan mereka di bukit-bukit berhutan yang terjal, yang dianggap Prancis tidak dapat dilalui. 


Komandan artileri Prancis, Kolonel Piroth, yang sangat kecewa karena tidak mampu melakukan pukulan balik terhadap serangan-serangan Viet Minh yang terkamuflase dengan baik, masuk ke liang persembunyiannya dan membunuh dirinya sendiri dengan sebuah granat tangan. Ia dikuburkan di sana dengan sangat rahasia untuk mencegah hilangnya moril di antara pasukan Prancis.

Kejatuhan terakhir membutuhkan dua hari 6 Mei dan 7 Mei; dalam hari-hari itu Prancis bertempur terus namun akhirnya digulung oleh suatu serangan besar yang fonrtal. Serangan terakhir terjadi pada 7 Mei, ketika dalam sebuah serangan artileri Viet Minh besar-besaran, 25.000 dari orang-orang Giap yang tersisa menyerang kurang dari 3.000 pasukan Prancis dalam sebuah lingkaran yang kian menyusut. 

Pasukan Viet Minh tumpah ke sisa-sisa pertahanan Prancis dan meskipun Prancis bertahan dengan gigih, pasukan Viet Minh yang sama gigihnya mencapai markas besar Prancis pada pk 17:30 dan De Castries menyerah. Meskipun titik pertahanan kuat Isabelle masih bisa bertahan 24 jam lagi, pengepungan terhadap Dien Bien Phu secara teknis sudah selesai.

Sekurang-kurangnya 2.200 anggota dari 16.000 pasukan Prancis yang kuat meninggal dalam pertempuran. Dari sekitar 50.000-100.000 Viet Minh yang terlibat, diperkirakan hampir 8.000 orang terbunuh dan 15.000 lagi terluka.
                         
5. Setelah pertempuran
Lebih dari 11.000 tahanan yang ditawan di Dien Bien Phu - jumlah terbesar yang pernah ditangkap oleh Viet Minh: sepertiga daripada keseluruhan tawanan yang ditangkap selama perang. Para tawanan ini dibagi ke dalam kelompok-kelompok.


 Mereka yang masih sehat dan yang luka-luka namun bisa berjalan dipaksa berjalan sejauh sekitar 400 km ke kamp-kamp tahanan di utara dan timur. Ratusan orang mati karena penyakit dalam perjalanan. Yang luka-luka, sejumlah 4.436 orang, diberikan perawatan darurat hingga Palang Merah tiba, menyingkirkan 838 orang dan memberikan perawatan yang lebih baik kepada sisanya. Sisanya lalu dikirim ke tempat penahanan.


 Dua Orang Jendral Setelah Kejatuhan Prancis di Vietnam

Kamp penjara ternyata bahkan lebih parah. Pasukan-pasukan Prancis, banyak di antaranya bahkan bukan orang Prancis, terus-menerus dibiarkan kelaparan, dipukuli dan dilecehkan. Banyak yang mati. Viet Minh menggunakan kehadiran para serdadu veteran Perang Dunia II Wehrmacht dan Waffen-SS yang berdinas di dalam Legiun Asing sebagai propaganda untuk melawan perjuangan Prancis. Sekitar 3.300 tahanan yang buruk gizinya dan kalah, dibebaskan pada 1958.

6. Kelanjutannya
Kemenangan Viet Minh menyebabkan diselenggarakannya Persetujuan Jenewa 1954, yang membagi Vietnam menjadi Vietnam Utara yang komunis dan Vietnam Selatan yang pemerintahannya berada di bawah Prancis. 

Pembagian ini direncanakan hanya sementara, dan kedua wilayah itu akan dipersatukan kembali melalui pemilihan umum nasional pada 1956.

 Setelah Prancis menarik diri, AS mendukung pemerintah di selatan di bawah Kaisar Bao Dai sebagai kepala negara dan Perdana Menterinya, Ngo Dinh Diem, yang menentang persetujuan itu, dengan alasan bahwa Ho Chi Minh dari Utara telah membunuh para patriot Utara dan meneror rakyat di Utara dan Selatan. Pertikaian ini akhirnya meningkat menjadi Perang Indochina Kedua.

Sumber: http://jogjaicon.blogspot.com

Tuesday, 14 August 2012

Operasi Militer Sepanjang Masa



Operasi militer ialah sebuah aksi perencanaan dan pengaturan angkatan militer. Operasi militer sering melibatkan operasi udara, operasi darat, dan operasi laut; biasa untuk tujuan keamanan.
Operasi militer merupakan konsep dan penerapan ilmu militer yang melibatkan operasi untuk merencanakan manuver pasukan yang diproyeksikan sesuai ketentuan, layanan, pelatihan, dan fungsi administrasi. Staf operasi memainkan peran utama dalam proyeksi kekuatan militer dengan spektrum konflik di Darat, di Udara, atau di Laut.

Operasi militer terkoordinasi adalah tindakan militer suatu negara dalam menanggapi situasi yang berkembang, sebagai rencana militer. Operasi militer sering dikenal sebagai tujuan operasional.
Kerangka kerja untuk operasi diatur sesuai matra di angkatan bersenjata. Angkatan bersenjata yang menyiapkan dan melakukan operasi pada berbagai tingkat perang. Secara umum ada korelasi antara ukuran unit, wilayah operasi, dan ruang lingkup misi, meskipun tidak mutlak.

1945-1950
1950-1960
1960-1970
1971-1980
1980-1990
1990-2000
2000-2010

Perang Falkland


Awal peperangan
Pada 19 Maret 1982, Argentina membuka konflik dengan mendaratkan 30 kapal rongsokan di Pulau Georgia Selatan dan mengibarkan bendera Argentina. Esok harinya, kapal HMS Endurance dikirim dari Stanley dengan setengah dari pengawal Falklands di dalamnya - 22 Marinir Kerajaan dan seorang letnan. Mereka diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal rongsokan itu kembali ke Argentina. Endurance tiba pada 23 Maret dan para marinir itu mendarat. Pada 26 Maret, 100 pasukan Argentina tiba lewat laut, konon untuk menyelamatkan kapal-kapal mereka. Pasukan Inggris yang kalah besar jumlahnya mengamati pasukan Argentina hingga 3 April, ketika Marinir Kerajaan di Georgia Selatan menyerah setelah jatuhnya Stanley.
Pengalihan serangan ke Georgia Selatan oleh Argentina merupakan kejutan, dan memberikan alasan bagi invasi 2 April di Pulau Falkland Timur dan direbutnya Stanley. Pasukan-pasukan tambahan Argentina tiba secara teratur dan dalam tempo 24 jam lebih dari 4000 pasukan Argentina mendarat di pulau-pulau itu.


Pada 12 April, Inggris mengumumkan Zona Eksklusif Maritim 200 mil di sekitar pulau-pulau itu, dengan maksud memperlemah pasokan Argentina dan upaya-upaya memperkuat pasukannya. Tiga kapal selam penyerang nuklir Inggris memperkuatnya sampai tibanya gugus tugas atas air tiga minggu berikutnya.


Sementara kapal-kapal selam itu terus melakukan operasi-operasi blokade sementara, 65 kapal Inggris dikirim ke Falklands pada akhir April: 20 kapal perang, 8 kapal amfibi, dan 40 kapal logistik dari Pasukan Tambahan Angkatan Laut Kerajaan dan Angkatan Laut Perdagangan. Gugus tugas Inggris membawa 15.000 orang, termasuk kekuatan pendaratan yang terdiri atas 7000 Marinir Kerajaan dan tentara. Kapal-kapal logistik membawa bekal untuk pertempuran selama sekitar tiga bulan.

Akhirnya, pada 25 April, sebuah kelompok aksi atas air Inggris yang terdiri atas dua kapal perusak, enam helikopter dan 230 pasukan menaklukkan pasukan pengawal Argentina yang jumlahnya 156 orang di Georgia Selatan.

Gugus tugas AL Kerajaan tiba di timur Falkland pada 1 Mei. Rencananya adalah membangun keunggulan laut dan udara dengan memikat kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat Argentina keluar dari daratan dan menghancurkan mereka, diikuti dengan pendaratan amfibi di Stanley. Dua kapal selam penyerang Inggris ditempatkan di utara Falklands untuk mengamati kapal-kapal Inggris dalam menghadapi gugus tugas AL Argentina yang utama dan kapal induk Veinticinco de Mayo, yang telah beroperasi di wilayah itu sejak 20 April. Kapal selam ketiga ditempatkan di selatan Falkland untuk memantau Exocet yang dipasang di kapal penjelajah Argentina General Belgrano dan dua kapal perusak yang mendampinginya. Kapal selam Inggris HMS Conqueror mentorpedo dan menenggelamkan General Belgrano, yang kehilangan 368 dari 1042 awaknya. Gugus tugas Argentina di utara kembali ke pangkalan dan tetap tinggal di sana hingga perang berakhir. De Mayo menurunkan pesawat-pesawat A-4nya yang beroperasi dari pangkalan-pangkalan lepas pantai hingga perang usai.

Serangan udara dari pangkalan-pangkalan di Argentina terhadap kapal-kapal Inggris sering terjadi selama perang. Meskipun memiliki pertahanan AAW ("anti-air warfare" - peperangan anti serangan udara) yang canggih serta menggunakan Sea Harriers yang cukup sukses dalam pertahanan udara ke udara, AL Inggris hanya bertahan dalam menghadapi kekuatan udara Argentina. Serangan pesawat Argentina menghantam sekitar 75 persen dari kapal-kapal Inggris dengan bom. Namun hanya tiga kapal perang Inggris (satu perusak dan dua fregat) serta dua kapal pendarat yang tenggelam atau rusak berat oleh bom. Kapal-kapal Inggris lainnya yang tenggelam, satu kapal perusak (HMS Sheffield) dan satu kapal pemasok, dihantam oleh misil Exocet. AL Inggris berhasil menghancurkan lebih dari setengah dari 134 pesawat tempur Argentina selama perang dengan menggunakan kombinasi perang listrik, Harriers, misil darat ke udara, dan artileri anti pesawat udara.



Perang diakhiri dengan menyerahnya Argentina pada 14 Juni 1982, setelah tiga minggu operasi amfibi Inggris dan operasi darat mereka di Pulau Falkland Timur.

Pihak yang terlibat
 Britania Raya  Argentina
Korban
258 tewas
777 terluka
59 tertangkap
649 tewas
1.068 terluka
11.313 tertangkap


Terowongan Rahasia Perang Vietnam

Cu Chi rahasia perang vietnam

Posted 29 October 2009 - 11:27 AM









Cu Chi amat dibanggakan orang Vietnam. Terowongan tikus ini menjadi simbol kejayaan dan kemenangan mereka atas Perancis, Pemerintah Vietnam Selatan, juga Amerika Serikat.

Tak ada senjata hebat yang dimiliki Vietnam semasa perang. Kunci terbesar kemenangan mereka justru ada pada terowongan tersebut. Ini juga menjadi simbol frustrasi dan kekalahan Amerika dalam perang Vietnam.

Cu Chi merupakan nama terowongan bawah tanah yang digali orang Vietnam semasa perang. Terowongan itu awalnya dibuat pada masa penjajahan Perancis. Perancis sendiri mulai menjajah Vietnam pada 1859. Pada 1941, mereka sempat menyingkir karena diusir Jepang. Namun, setelah kekalahan Jepang, Perancis kembali lagi. Sementara itu, Viet Minh (gerakan kemerdekaan) pimpinan Ho Chi Minh sudah menguasai Vietnam Utara dan melakukan perlawanan.

Perang ini sampai 1954. Semasa itu, Perancis yang menguasai Vietnam Selatan melakukan kerja paksa. “Rakyat Vietnam seperti menghadapi buah simalakama. Menuruti kerja paksa akhirnya mati, menolak juga mati. Tapi, mereka sebagian besar akhirnya memilih menolak dan sembunyi. Maka, dibuatlah terowongan untuk bersembunyi dari Perancis dan kerja paksa,” ungkap Hung Tran yang ayahnya tentara Vietnam.

Setelah perang Viet Minh dan Perancis berakhir pada 1954, Amerika Serikat (AS) muncul. Mereka mendukung Perancis dan Pemerintah Vietnam Selatan yang republik. Maka, terowongan itu diperluas lagi oleh orang Vietnam, terutama yang prokomunis atau pemerintahan Vietnam Utara.

Perang lawan AS semakin panas. Terowongan itu pun terus diperpanjang sebagai markas dan benteng Vietnam pro-Hanoi (Viet Minh). Karena perang terus berlangsung, maka terowongan juga terus diperluas dan diperpanjang, terutama pada 1966-1968, sampai akhirnya mencapai 250 kilometer. Sungguh luar biasa. Apalagi, di dalamnya hidup sekitar 10.000 orang Vietnam, tentara, dan keluarganya. Sebab, hanya dengan demikian, mereka lebih aman dari kejaran AS.

Terowongan ini tak hanya panjang, tetapi juga dirancang sangat bagus dan strategis. Berpusat di daerah Cu Chi, Hoj Non, sekitar 70 kilometer di luar Kota Ho Chi Minh (Saigon), Cu Chi memiliki tiga saf. Saf pertama bertinggi 3 meter, saf kedua 6 meter, dan saf ketiga 10 meter. Banyak area yang menjadi tempat tinggal. Untuk menghubungkannya, dibuat terowongan kecil yang hanya bisa dilewati secara jongkok oleh orang-orang kecil seperti orang Vietnam.

Di terowongan ini terdapat rumah sakit untuk merawat yang sakit, dapur, tempat sekolah, juga tempat membuat senjata. Tentara, wanita, dan anak-anak hidup di sini selama perang lawan AS.

Jangan harap mudah menemukan tempat ini. Kalaupun bisa, paling hanya sebagian dan akan kehilangan bagian lainnya. Sebab, terowongan ini dibuat dengan pintu masuk amat kecil, hanya cukup untuk ukuran orang Vietnam yang kecil. Memang ada pintu-pintu cukup besar, tetapi sangat tersembunyi dan dijaga ketat.

“Setiap sektor di terowongan dipimpin oleh empat orang. Mereka hanya menguasai sektornya saja. Dengan demikian, jika tertangkap, mereka tak bisa menjelaskan bagian lainnya. Hanya para pimpinan yang tahu detail peta terowongan bawah tanah itu,” papar Hung.

Setiap ruang di terowongan itu juga hanya dihubungkan terowongan amat kecil. Hanya bisa dilewati dengan cara jongkok. Bagi orang Vietnam yang dulu kecil-kecil, ini amat mudah. Bagi tentara AS yang besar dan tinggi, mereka jelas kesulitan, bahkan tak bisa masuk.

AS amat kesulitan mencari dan mengatasi perlawanan Vietnam. Terowongan itu sering dibuat sampai ke bawah markas AS. Mereka muncul, senantiasa membuat teror. Oleh karena itu, tentara AS tak pernah dibuat aman.


Beberapa kali AS berusaha menemukan dan menghancurkan terowongan ini, tetapi tak pernah berhasil. Padahal, AS sampai mengeluarkan senjata-senjata berat berupa bom-bom besar.

“Terowongan ini dibuat dengan pertimbangan dan desain yang bagus. Mungkin AS bisa mengebom, tapi hanya bisa merusak lapisan atas. Lapisan lainnya tetap aman. Bahkan, AS pernah memasukkan zat kimia, tapi tetap saja gagal masuk ke bagian paling vital,” ungkap Hung.

Maka, AS tak pernah sukses melawan Vietnam. Bahkan, beberapa kali mereka terjebak oleh senjata-senjata rahasia Vietnam yang sederhana, tetapi berdampak besar. Bahkan, tank-tank AS pun sering bisa dilumpuhkan.

Selama AS berada di Vietnam, Vietkong (orang Vietnam yang membela Vietnam Utara pro kemerdekaan) berada di terowongan itu, terutama Vietkong yang berada di Vietnam Selatan. Terowongan ini menjadi basis perlawanan terhadap AS. Jadi, AS harus menghadapi Vietkong dari terowongan, juga dari Vietnam Utara.

Satu-satunya jalan agar selamat memang tetap tinggal di terowongan itu. Adapun makan-minum dan kebutuhan lain disuplai oleh para Vietkong yang menyamar. Selain itu, jika malam hari, sebagian keluar mencari makanan dan mencari senjata. Mereka juga punya tempat kerja untuk membuat senjata-senjata sederhana.

Dari hari ke hari, Vietkong yang tinggal di terowongan itu makin banyak. Bahkan, puncaknya mencapai 10.000 orang, baik tentara gerilyawan, wanita, dan anak-anak. Terowongan itu juga dilengkapi lubang udara yang rapi dan bisa masuk secara menyeluruh. Sebagian lubang udara terdapat di gundukan tanah yang dibuat menyerupai sarang semut. Selain itu, lubang juga ada di bawah pohon-pohon yang tertutup akar.

Akhirnya, pada 1975, AS menyerah dan memutuskan kembali ke negaranya. Vietnam pun merdeka, dan Vietkong yang hidup di terowongan pun keluar merayakan kemenangan itu.

Baru tahun 1975 itu pula Vietkong yang tinggal di bawah tanah keluar secara bebas. Artinya, mereka hidup di bawah tanah sekitar 20 tahun. Sebuah rekor luar biasa. Ini berkat desain Cu Chi yang sangat bagus dan mengagumkan.

Terowongan Cu Chi pun kini dirawat oleh Pemerintah Vietnam. Sebab, ini menjadi simbol kemenangan mereka atas AS, sumber sekaligus simbol frustrasi dan kekalahan AS. Saat ini, Cu Chi justru menjadi obyek wisata yang menarik.



Sebagai tempat komunitas Vietkong, terowongan Cu Chi memiliki banyak kisah. Salah satunya seorang ibu terpaksa membunuh anak sendiri di terowongan itu.

Sepanjang Perang Vietnam antara tahun 1955 sampai 1975, Amerika Serikat (AS) selalu disulitkan oleh pola gerilya Vietkong. Sebab, mereka selalu bersembunyi di terowongan yang tak mungkin bisa dikejar tentara AS.

Namun, tentara AS selalu berusaha menemukan terowongan demi terowongan, kemudian dihancurkan dengan bom. Beberapa kali, tentara AS memang berhasil menemukan dan sukses menghancurkannya. Namun, ternyata itu hanya sebagian kecil dari 250 kilometer terowongan yang dibuat Vietkong.

“Tentara AS hanya mampu menghancurkan lapisan pertama terowongan itu. Selebihnya, mereka tak bisa menjangkau lapisan atau bagian lain. Sebab, AS benar-benar buta tentang peta terowongan itu,” ungkap Hung Tran, seorang pengusaha wisata yang ayahnya tentara Vietnam.

Namun, tak jarang pula bom yang diledakkan AS di sekitar terowongan cukup mematikan puluhan, bahkan ratusan Vietkong dan keluarganya. Namun, hanya wilayah itu yang hancur, tak sampai merambah wilayah lain. Sebab, terowongan itu sangat panjang dan luas.

Suatu hari, AS mengerahkan pasukan terbesarnya untuk mencari dan menghancurkan terowongan Vietkong. Rupanya, ini juga diketahui para Vietkong sehingga mereka tetap bersembunyi di ruang-ruang bawah tanah.

Di salah satu sektor ruang bawah tanah, ada seorang ibu yang akan melahirkan. Ibu tersebut bernama Lny. Sementara itu, tentara AS tepat berada di atas mereka.

Karena sudah saatnya, anak itu terlahir pula. Seperti halnya bayi yang baru lahir, anak itu pasti menangis. Namun, sebelum anak itu bisa mengeluarkan suara, Lny memencet hidungnya agar tak menangis, sampai meninggal dunia.

“Ini dia lakukan sebagai bentuk pengorbanan kepada negara dan komunitas Vietkong. Sebab, jika anak itu sampai menangis, maka tentara AS di atasnya akan mendengar sehingga sektor itu bisa dihancurkan dan akan ada puluhan atau bahkan ratusan korban jiwa,” cerita Nhi Nguyen, wanita asal Mekong.

Bayi Lny meninggal, tetapi komunitas Vietkong di sektor itu selamat. Sebab, tentara AS tak menemukannya. Lny sendiri, setelah sehat, akhirnya memutuskan menjadi tentara wanita melawan AS.

Di Vietnam banyak ditemukan orang cacat sejak lahir, karena pengaruh zat kimia tinggalan senjata tentara Amerika Serikat

Namun, setelah merdeka pada 1975, dia tak bisa ikut merasakan kebahagiaan seperti orang Vietnam lainnya. Sebab, Lny menjadi gila karena merasa berdosa kepada anaknya dan sangat kehilangan.

“Lny ke mana-mana membawa boneka dan sering menangis. Namun, Pemerintah Vietnam merawat dan menghidupinya, juga menganggapnya sebagai salah satu pahlawan,” cerita Nhi.


Tak hanya itu kisah sedih seputar Cu Chi. Saking kesulitan dan mangkelnya, AS sering menyerang membabi buta ke wilayah-wilayah terowongan. Bahkan, ditengarai mereka juga menggunakan zat kimia.

“Efek zat kimia sangat luar biasa. Sampai perang usai, masih berdampak karena sudah merasuk ke udara, air, dan tanaman,” timpal Hung Tran.

Karena itu, di wilayah Cu Chi akhirnya banyak anak yang lahir dalam keadaan cacat. Ini karena pengaruh sisa-sisa zat kimia dari senjata AS.

“Pemerintah Vietnam menyediakan fasilitas pendidikan buat mereka dan menjamin penghidupannya. Yang bisa diajarkan untuk mandiri diberi berbagai pendidikan dan keterampilan sehingga nanti bisa mandir. Sementara itu, yang tak bisa mandiri dipelihara oleh negara,” terang Nhi.

Orang-orang Amerika sendiri kini sering berkunjung ke Vietnam untuk berwisata. Mereka kadang mengunjungi orang-orang yang terlahir cacat akibat kimia tinggalan AS tersebut.

“Banyak orang Amerika yang sampai menangis sedih menyaksikan akibat dari serangan mereka pada masa perang. Mereka kemudian meminta maaf,” ungkap Hung.