Walau punya jenis spesifikasi ranpur yang berbeda, antara kavaleri TNI-AD dan Marinir TNI-AL punya kesamaan untuk urusan senjata andalan. Baik kavaleri TNI-AD dan Marinir TNI –AL diketahui sejak lama sama-sama mengandalkan kanon Cockerill kaliber 90mm. Di lingkungan TNI-AD, Cockerill 90 diketahui memperkuat tank ringan Scorpion dan panser V-150, bahkan panser besutan Pindad yang masih prototip, yakni Anoa 6×6 versi kanon juga mengadopsi Cockerill 90.
Sedangkan di lingkungan Korps Marinir TNI-AL, kiprah Cockerill 90 sudah diadopsi sebagai pengganti kanon 76 mm yang terdapat pada tank amfibi PT-76. Dari tipe ranpur yang menggunakan kanon jenis ini memang tak terlalu banyak, tapi tipe-tipe ranpur diatas mewakili sebagian besar jumlah ranpur Kavaleri Indonesia yang siap operasional sebagai garda terdepan.
Apa yang menjadi keunggulan Cockerill 90? Secara garis besar, kanon ini punya dua daya tarik, pertama sifatnya low pressure dengan kemampuan maksimum. Dan kedua, kanon ini terbilang low budget, sehingga ideal menjadi arsenal ranpur di banyak negara berkembang yang mengandalkan ringan untuk menggasak APC (armoured personel carrier). Sebagai bukti laris manisnya Cockerill, hingga kini Cockerill sudah diproduksi lebih dari 2500 unit.
Cockerill terdiri dari beragam jenis, mulai dari tipe MK1, MKII dan yang terbaru MKIII. Produksi perdana kanon ini dimulai pada tahun 1974. Pada awalnya Cockerill diproduksi oleh CMI Defense Belgia, kemudian beralih ke Engesa, Brasil. Tipe perdana Cockerill digerakan dengan sistem pengendali hidrolik, dan kemudian karena perkembangan tuntutan untuk reaksi yang lebih cepat, sistem pengendali diganti ke elektrik. Tipe terbaru, Cockerill MK3 90mm dikenal luas sebagai kanon yang handal, multi guna, low pressure dan mudah dalam perawatan. Dengan spesifikasi yang ditawarkan, kanon ini amat ideal ditempatkan pada aneka ranpur dengan bobot 7 ton keatas.
Cockerill dioperasikan oleh dua awak, kompartemen penembakan dirancang ergonomis dan memberi kenyamanan bagi awaknya. Walau mengusung kaliber kelas menengah, kanon ini kompatibel dengan beragam amunisi, seperti tipe HEAT-T (High Explosive Anti Tank Tracer), HET (High Explosive Tracer), Smoke White Phosphorus Tracer, dan HESH-T (High Explosive Squash Head Tracer).
Dalam sistem penembakan, kanon 90 mm tidak hanya bekerja sendiri, Cockerill juga menyediakan proteksi balistik dari senapan mesin kaliber 7,62 mm yang larasnya bergerak mengikuti gerakan laras kanon (coaxial). Agar penembakan akurat, terdapat perangkat laser range finder dan komputer balistik. Hal ini menjadikan kanon dapat ditembakan saat ranpur sedang melaju. Secara umum, daya tembak kanon ini dapat efektif hingga jarak 6 Km.
Cockerill tak hanya jago melahap sasaran di siang hari, obyek sasaran di kegelapan malam juga mudah dihantam berkat adanya perangkat night vision berbasis teknologi thermal, plus bekal periskop untuk membidik sasaran. Tak lupa dalam kubah kanon juga terdapat pelontar granat asap untuk samaran, kaliber granat yang disediakan adalah 66/76 dan 80 mm.
Selain digunakan pada tank Scorpion dan PT-76, Cockerill diketahui juga dipasangkan pada panser CMI 162 SIBMAS, Valkyr 4×4, Steyr-Daimler-Puch Pandur 6 × 6, Cadilage Cage V-150/V300 dan tank APC M113A2.
No comments:
Post a Comment