PTS-10 : Kendaraan Angkut Amfibi Terbesar Korps Marinir
Bagi saya pribadi, inilah kendaraan roda rantai terbesar yang pernah saya lihat di Indonesia. Ukurannya jauh lebih besar dan gagah ketimbang tank amifibi Marinir atau tank-tank kavaleri TNI-AD sekalipun. Setelah ditelusuri, terungkaplah identitas dan spesifikasi kendaraaan ini, tak lain adalah PTS-10.
PTS-10 atau dalam bahasa Rusia (Plavayushchij Transportyer – Sryednyj)-10 adalah kendaraan angkut amfibi ukuran sedang buatan Uni Soviet. PTS-10 dibuat oleh pabrik State Soviet Factories pada awal 1965. Dilihat dari identitasnya, jelas PTS-10 bukan masuk kategori ranpur, di elemen Korps Marinir, PTS-10 disebut sebagai KAPA (Kendaraan Pengangkut Artileri). Kemampuan PTS-10 tidak kepalang tanggung, kendaraan super bongsor ini bisa menggotong muatan seberat 10 ton. Dalam beragam latihan, Korps Marinir sering mendayagunakan kendaraan ini sebagai pengangkut truk Unimog/truk Reo dan kanon 105 mm dari LST (Landing Ship Tank)/LPD (Landing Platform Dock) ke bibir pantai.
Selain mampu menggendong truk dan kendaraan sekelas jip, dengan ukuran yang ‘raksasa’ PTS-10 bisa membawa 75 personel bersenjata lengkap dalam sekali angkut. Berkat adopsi roda rantai, PTS-10 tak kesulitan melahap medan off road yang berat. Proses loading dan unloading pun cukup mudah dilakukan lewat palka di belakang kendaraan.
PTS-10 dioperasikan oleh dua orang kru (seorang komandan dan pengemudi). Keceparan PTS-10 di air mencapai 11,5 Km per jam (maju) dan 5 Km per jam (mundur). Sedangkan kecepatan gerak di darat (jalan raya) adalah 42 Km per jam, serta kecepatan di medan off road rata-rata 27 Km per jam. PTS-10 ditenagai mesin diesel A-712P V12 water-cooled. Konsumsi bahan bakar kendaraan ini mencapai 150 liter untuk per 100 Km. Bahan bakar ini untuk menopang bobot PTS-10 yang
keseluruhan mencapai 17 ton.
Tidak diketahui berapa unit PTS-10 yang dimiliki Korps Marinir. Yang jelas selain Indonesia, kendaraan kelas berat ini digunakan pula di negara-negara eks pakta Warsawa, Mesir, Irak, dan Uruguay. Selain digadang sebagai pengakut artileri/pasukan, PTS-10 juga sering digunakan oleh Marinir untuk operasi militer non tempur, seperti pada tanggap bencana. Tapi karena sudah berumur sepuh, pihak Rusia malahan sudah memensiunkan PTS-10, kini PTS-10 ditawarkan kepada pihak sipil, harga yang dibandrol sekitar US$27,832.
Spesifikasi PTS-10
Negara pembuat : Rusia/Uni Soviet
Pabrik : Soviet State Factories
Panjang : 11,52 meter
Desain : waterproofed hull
Lebar : 3,32 meter
Tinggi : 2,65 meter
Berat total : 17 ton
Beban angkut : 10 ton
Mesin : diesel A-712P V12 water-cooled
Kecepatan Max : di air 11.5 Km/jam; di darat 42 Km/jam;
Jarak tempuh : 300 Km
Unimog : Truk Off Road Milik TNI
Unimog di kalangan militer dan penggemar off-road, amat kesohor. Truk serbabisa ini di negara asalnya, Jerman telah menjadi legenda hidup berkat kemampuannya yang luar biasa dalam mengatasi medan berat apa pun! Di reli Paris-Dakar, kebolehan truk ini pun teruji dan mampu lolos dari lautan pasir dan medan ekstrem. Tentara di Indonesiapun memakainya sebagai kendaraan taktis (rantis) yang cukup diandalkan untuk mendukung setiap operasi.
Kapan Unimog pertama kali masuk ke Indonesia? Menurut Hardi Wibowo, Manager Government Sales PT DaimlerChrysler, truk ini masuk tahun 1958 untuk keperluan kendaraan angkutan Bulog. Jumlahnya mencapai ratusan unit. Masuk lagi pada tahun 1976 untuk keperluan Departemen Hankam/ABRI.
Jumlah Unimog terbanyak didatangkan pada tahun 1981 yakni tipe U1300L sebanyak 200 unit. Tipe ini dipakai militer untuk kebutuhan penarik meriam (artileri). Sekitar 1990-an, tambah Hardi, datang lagi 40 unit tipe U1550L untuk kebutuhan Marinir.
U4000
Belum lama ini, Daimler-Chrysler, pembuat Unimog mendatangkan 1unit versi terbaru yakni U4000 dan truk Atego 1017 ke Indonesia. Semula kendaraan ini akan diikutsertakan dalam sebuah pameran pertahanan di Jakarta, namun karena acara tersebut diundur maka ketimbang dikembalikan ke Jerman dilakukanlah uji coba. Uji coba tersebut untuk memperoleh sertifikat kelayakan sebagai kendaraan taktis yang dilakukan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD.
Pengujian terhadap Atego 1017 sudah dilakukan sebelumnya, dan giliran U4000 baru direalisasikan pada 23 September sampai 5 Oktober lalu. Pada kesempatan itu SH turut menyaksikan proses uji coba kendaraan legendaris itu. Menurut Kolonel CZi Sugeng Hartono, selaku Kepala Pelaksana Kegiatan (Kalakgiat) Uji Coba, perjalanan yang ditempuh mencapai 4000 kilometer dengan start dari Bandung, dan melintas 3 provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tim uji coba yang terlibat sekitar 40 orang, ditambah masing-masing seorang pengamat dari kesatuan lain (Kostrad, Kopassus, dan Marinir). Yang menarik, uji coba dilaksanakan di banyak lokasi di sepanjang perjalanan. Pada titik-titik tertentu, lalu lintas dihentikan untuk menguji kemampuan Unimog. Contohnya ketika akan diuji melewati tanjakan sepanjang 4 kilometer. Jalur itu terpaksa dikosongkan dari kendaraan untuk menjaga keamanan. Setelah jalur steril, aba-aba diberikan dan Unimog dengan mulus melenggang naik.
Tanjakan Ciater tampaknya bukan apa-apa bagi U4000. Di sini dicatat waktu tempuh dan konsumsi BBM dalam jarak (tanjakan) tersebut.
“Ini barulah tanjakan pemanasan. Kalau tanjakan sebenarnya ada di Sarangan, Jawa Timur, yang akan dilewati juga. Di sana terdapat tanjakan dengan kemiringan 60 derajat, disertai banyak belokan tajam,” ujar Letkol CZi Setyo Budi, Ketua Tim Uji Lapangan.
Pada lintasan Bandung – Ciater – Tasik – Purwokerto, pengujian ditekankan pada daya jelajah di jalan raya, ketahanan gardan, konsumsi bahan bakar, daya suspensi, dan tanjak.
Uji serupa juga dilalukan pada rute Purwokerto – Salatiga- Sarangan. Hanya di sini ditambah dengan uji kemampuan maksimum dan penggunaan transmisi yang tampaknya berhasil dilewati oleh U4000. Padahal kondisi ban depan sebelah kanan ketika di Wates, tertancap sekrup. Sekrup tersebut oleh tim servis dibiarkan menancap bahkan diputar lebih dalam.
Keunikan U4000 salah satunya, mampu memompa atau mengempeskan ban sendiri hanya lewat tombol berkat adanya Central Tyre Inflation System. Ban tubeless yang terkena sekrup jika kempes di perjalanan, maka pengemudi tinggal memencet tombol fungsi memompa. Tapi ini tidak dilakukan karena ban pacul Michelin yang dipakai, cukup kenyal dan tidak bocor setelah dicek dengan menyiramkan air pada sekrup yang tertancap itu.
Turunan Maut
Tanjakan dan turunan maut di Sarangan dianggap biasa-biasa saja bagi truk yang dijuluki “Badak Besi” ini. Sementara turunan ini membawa korban, jip yang ditumpangi SH bersama tim servis mengalami panas rem. Ketika sampai di Sarangan, barulah blong. Tikungan menurun dari arah Solo menuju Sarangan, memang bikin bulu kuduk berdiri. Apalagi ketika di lokasi ini, sudah malam. Konvoi kendaraan berjalan perlahan dan menjaga jarak aman.
Kekaguman para pengamat yang duduk di kabin terlontar atas unjuk kerja U4000. “Kendaraan ini lebih stabil, lembut, tapi powerfull, walau dibebani 2,5 ton semen,” ujar Kapten Jayus dari Kopassus. Sementara Kapten Mucklas dari Marinir juga mengomentari hal senada. Di kesatuannya memang ada 90 unit Unimog dari tipe U1300L.
Di lintasan Sarangan – Karang Ploso (Malang), pengujian “dag dig dug,” begitu istilah tim servis menyebutnya, dilakukan pada sistem parkir. Pada tanjakan dengan kemiringan 60 derajat, kendaraan ini berhenti menggunakan rem parkir selama beberapa saat untuk menguji kemampuan rem. Menurut penuturan tim penguji, pernah ada kendaraan yang melorot turun ketika diuji rem parkirnya di lokasi ini. “Tapi U4000 memang lain, oleh pembuatnya diciptakan khusus untuk hal-hal di luar dugaan,” tutur Lettu Johar Asmara, pengamat dari Kostrad.
Hal-hal di luar dugaan lain misalkan ketika mengurangi air radiator hingga 25 persen. Pengujian ini dilakukan pada lintasan Karang Ploso – Tulung Agung, setelah sebelumnya di Pusdik Arhanud, U4000 diuji menarik meriam seberat 2,5 ton. Di perjalanan dicatat sejauh mana kemampuannya dengan berkurangnya air pendingin dan pengaruhnya pada ketahanan mesin.
Tanjakan Simulasi
Yang menarik adalah ketika di Ambal, tempat laboratorium alam milik Dislitbang TNI AD, di Kebumen. Di sini terdapat medan simulasi berupa tanjakan, pasir, dan air. Pengemudi uji dari Dislitbang TNI AD, dalam uji tanjakan simulasi dan lintas air digantikan oleh Klaus Baeuerle, pengemudi dan teknisi spesialis Unimog yang didatangkan dari Jerman.
“Ini uji nyali, sebab posisi kendaraan nyaris tegak. Yang belum terbiasa melakukan harus tahu trik-trik dulu. Sebab U4000 diyakini mampu melibas medan yang lebih gila dari ini,” sambung Lettu Johar Asmara.
Usaha pertama Klaus gagal merayapi tanjakan tersebut. Baru pada usaha kedua, kendaraan tersebut merayap dengan mulus dan ini dilakukan berkali-kali. Begitu juga ketika U4000 menceburkan dirinya ke kolam lumpur, lancar-lancar saja.
Yang agak berat ketika dilakukan pengujian endurance 3 kali 24 jam. Artinya kendaraan tersebut tidak dimatikan mesin selama 3 hari 3 malam dan berjalan dengan kecepatan konstan. Inipun U4000 tidak mengalami persoalan.
Kendaraan ini pantas dijuluki “Badak Besi” karena melihat kekuatannya yang luar biasa. Tim penguji dalam memasuki minggu kedua, tampak sudah letoi, sementara U4000 kalau saja bisa berbicara akan mengatakan, “no problem” sembari tersenyum. Dalam sebuah defile Korps Marinir di Jakarta pada awal tahun 2000-an, ada sebuah kendaraan tempur (ranpur) yang lumayan menyita perhatian masyarakat sekitar. Buat orang awam, kendaraan ini diasosiasikan sebagai sebagai tank, tak salah memang anggapan ini, sebab kendaraaan ini mengsung roda rantai dan bersosok sangar, plus dibalut cat hijau tempur khas Korps Marinir TNI-AL.
Bagi saya pribadi, inilah kendaraan roda rantai terbesar yang pernah saya lihat di Indonesia. Ukurannya jauh lebih besar dan gagah ketimbang tank amifibi Marinir atau tank-tank kavaleri TNI-AD sekalipun. Setelah ditelusuri, terungkaplah identitas dan spesifikasi kendaraaan ini, tak lain adalah PTS-10.
PTS-10 atau dalam bahasa Rusia (Plavayushchij Transportyer – Sryednyj)-10 adalah kendaraan angkut amfibi ukuran sedang buatan Uni Soviet. PTS-10 dibuat oleh pabrik State Soviet Factories pada awal 1965. Dilihat dari identitasnya, jelas PTS-10 bukan masuk kategori ranpur, di elemen Korps Marinir, PTS-10 disebut sebagai KAPA (Kendaraan Pengangkut Artileri). Kemampuan PTS-10 tidak kepalang tanggung, kendaraan super bongsor ini bisa menggotong muatan seberat 10 ton. Dalam beragam latihan, Korps Marinir sering mendayagunakan kendaraan ini sebagai pengangkut truk Unimog/truk Reo dan kanon 105 mm dari LST (Landing Ship Tank)/LPD (Landing Platform Dock) ke bibir pantai.
Selain mampu menggendong truk dan kendaraan sekelas jip, dengan ukuran yang ‘raksasa’ PTS-10 bisa membawa 75 personel bersenjata lengkap dalam sekali angkut. Berkat adopsi roda rantai, PTS-10 tak kesulitan melahap medan off road yang berat. Proses loading dan unloading pun cukup mudah dilakukan lewat palka di belakang kendaraan.
PTS-10 dioperasikan oleh dua orang kru (seorang komandan dan pengemudi). Keceparan PTS-10 di air mencapai 11,5 Km per jam (maju) dan 5 Km per jam (mundur). Sedangkan kecepatan gerak di darat (jalan raya) adalah 42 Km per jam, serta kecepatan di medan off road rata-rata 27 Km per jam. PTS-10 ditenagai mesin diesel A-712P V12 water-cooled. Konsumsi bahan bakar kendaraan ini mencapai 150 liter untuk per 100 Km. Bahan bakar ini untuk menopang bobot PTS-10 yang
keseluruhan mencapai 17 ton.
Tidak diketahui berapa unit PTS-10 yang dimiliki Korps Marinir. Yang jelas selain Indonesia, kendaraan kelas berat ini digunakan pula di negara-negara eks pakta Warsawa, Mesir, Irak, dan Uruguay. Selain digadang sebagai pengakut artileri/pasukan, PTS-10 juga sering digunakan oleh Marinir untuk operasi militer non tempur, seperti pada tanggap bencana. Tapi karena sudah berumur sepuh, pihak Rusia malahan sudah memensiunkan PTS-10, kini PTS-10 ditawarkan kepada pihak sipil, harga yang dibandrol sekitar US$27,832.
Spesifikasi PTS-10
Negara pembuat : Rusia/Uni Soviet
Pabrik : Soviet State Factories
Panjang : 11,52 meter
Desain : waterproofed hull
Lebar : 3,32 meter
Tinggi : 2,65 meter
Berat total : 17 ton
Beban angkut : 10 ton
Mesin : diesel A-712P V12 water-cooled
Kecepatan Max : di air 11.5 Km/jam; di darat 42 Km/jam;
Jarak tempuh : 300 Km
Unimog : Truk Off Road Milik TNI
Unimog di kalangan militer dan penggemar off-road, amat kesohor. Truk serbabisa ini di negara asalnya, Jerman telah menjadi legenda hidup berkat kemampuannya yang luar biasa dalam mengatasi medan berat apa pun! Di reli Paris-Dakar, kebolehan truk ini pun teruji dan mampu lolos dari lautan pasir dan medan ekstrem. Tentara di Indonesiapun memakainya sebagai kendaraan taktis (rantis) yang cukup diandalkan untuk mendukung setiap operasi.
Kapan Unimog pertama kali masuk ke Indonesia? Menurut Hardi Wibowo, Manager Government Sales PT DaimlerChrysler, truk ini masuk tahun 1958 untuk keperluan kendaraan angkutan Bulog. Jumlahnya mencapai ratusan unit. Masuk lagi pada tahun 1976 untuk keperluan Departemen Hankam/ABRI.
Jumlah Unimog terbanyak didatangkan pada tahun 1981 yakni tipe U1300L sebanyak 200 unit. Tipe ini dipakai militer untuk kebutuhan penarik meriam (artileri). Sekitar 1990-an, tambah Hardi, datang lagi 40 unit tipe U1550L untuk kebutuhan Marinir.
U4000
Belum lama ini, Daimler-Chrysler, pembuat Unimog mendatangkan 1unit versi terbaru yakni U4000 dan truk Atego 1017 ke Indonesia. Semula kendaraan ini akan diikutsertakan dalam sebuah pameran pertahanan di Jakarta, namun karena acara tersebut diundur maka ketimbang dikembalikan ke Jerman dilakukanlah uji coba. Uji coba tersebut untuk memperoleh sertifikat kelayakan sebagai kendaraan taktis yang dilakukan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD.
Pengujian terhadap Atego 1017 sudah dilakukan sebelumnya, dan giliran U4000 baru direalisasikan pada 23 September sampai 5 Oktober lalu. Pada kesempatan itu SH turut menyaksikan proses uji coba kendaraan legendaris itu. Menurut Kolonel CZi Sugeng Hartono, selaku Kepala Pelaksana Kegiatan (Kalakgiat) Uji Coba, perjalanan yang ditempuh mencapai 4000 kilometer dengan start dari Bandung, dan melintas 3 provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tim uji coba yang terlibat sekitar 40 orang, ditambah masing-masing seorang pengamat dari kesatuan lain (Kostrad, Kopassus, dan Marinir). Yang menarik, uji coba dilaksanakan di banyak lokasi di sepanjang perjalanan. Pada titik-titik tertentu, lalu lintas dihentikan untuk menguji kemampuan Unimog. Contohnya ketika akan diuji melewati tanjakan sepanjang 4 kilometer. Jalur itu terpaksa dikosongkan dari kendaraan untuk menjaga keamanan. Setelah jalur steril, aba-aba diberikan dan Unimog dengan mulus melenggang naik.
Tanjakan Ciater tampaknya bukan apa-apa bagi U4000. Di sini dicatat waktu tempuh dan konsumsi BBM dalam jarak (tanjakan) tersebut.
“Ini barulah tanjakan pemanasan. Kalau tanjakan sebenarnya ada di Sarangan, Jawa Timur, yang akan dilewati juga. Di sana terdapat tanjakan dengan kemiringan 60 derajat, disertai banyak belokan tajam,” ujar Letkol CZi Setyo Budi, Ketua Tim Uji Lapangan.
Pada lintasan Bandung – Ciater – Tasik – Purwokerto, pengujian ditekankan pada daya jelajah di jalan raya, ketahanan gardan, konsumsi bahan bakar, daya suspensi, dan tanjak.
Uji serupa juga dilalukan pada rute Purwokerto – Salatiga- Sarangan. Hanya di sini ditambah dengan uji kemampuan maksimum dan penggunaan transmisi yang tampaknya berhasil dilewati oleh U4000. Padahal kondisi ban depan sebelah kanan ketika di Wates, tertancap sekrup. Sekrup tersebut oleh tim servis dibiarkan menancap bahkan diputar lebih dalam.
Keunikan U4000 salah satunya, mampu memompa atau mengempeskan ban sendiri hanya lewat tombol berkat adanya Central Tyre Inflation System. Ban tubeless yang terkena sekrup jika kempes di perjalanan, maka pengemudi tinggal memencet tombol fungsi memompa. Tapi ini tidak dilakukan karena ban pacul Michelin yang dipakai, cukup kenyal dan tidak bocor setelah dicek dengan menyiramkan air pada sekrup yang tertancap itu.
Turunan Maut
Tanjakan dan turunan maut di Sarangan dianggap biasa-biasa saja bagi truk yang dijuluki “Badak Besi” ini. Sementara turunan ini membawa korban, jip yang ditumpangi SH bersama tim servis mengalami panas rem. Ketika sampai di Sarangan, barulah blong. Tikungan menurun dari arah Solo menuju Sarangan, memang bikin bulu kuduk berdiri. Apalagi ketika di lokasi ini, sudah malam. Konvoi kendaraan berjalan perlahan dan menjaga jarak aman.
Kekaguman para pengamat yang duduk di kabin terlontar atas unjuk kerja U4000. “Kendaraan ini lebih stabil, lembut, tapi powerfull, walau dibebani 2,5 ton semen,” ujar Kapten Jayus dari Kopassus. Sementara Kapten Mucklas dari Marinir juga mengomentari hal senada. Di kesatuannya memang ada 90 unit Unimog dari tipe U1300L.
Di lintasan Sarangan – Karang Ploso (Malang), pengujian “dag dig dug,” begitu istilah tim servis menyebutnya, dilakukan pada sistem parkir. Pada tanjakan dengan kemiringan 60 derajat, kendaraan ini berhenti menggunakan rem parkir selama beberapa saat untuk menguji kemampuan rem. Menurut penuturan tim penguji, pernah ada kendaraan yang melorot turun ketika diuji rem parkirnya di lokasi ini. “Tapi U4000 memang lain, oleh pembuatnya diciptakan khusus untuk hal-hal di luar dugaan,” tutur Lettu Johar Asmara, pengamat dari Kostrad.
Hal-hal di luar dugaan lain misalkan ketika mengurangi air radiator hingga 25 persen. Pengujian ini dilakukan pada lintasan Karang Ploso – Tulung Agung, setelah sebelumnya di Pusdik Arhanud, U4000 diuji menarik meriam seberat 2,5 ton. Di perjalanan dicatat sejauh mana kemampuannya dengan berkurangnya air pendingin dan pengaruhnya pada ketahanan mesin.
Tanjakan Simulasi
Yang menarik adalah ketika di Ambal, tempat laboratorium alam milik Dislitbang TNI AD, di Kebumen. Di sini terdapat medan simulasi berupa tanjakan, pasir, dan air. Pengemudi uji dari Dislitbang TNI AD, dalam uji tanjakan simulasi dan lintas air digantikan oleh Klaus Baeuerle, pengemudi dan teknisi spesialis Unimog yang didatangkan dari Jerman.
“Ini uji nyali, sebab posisi kendaraan nyaris tegak. Yang belum terbiasa melakukan harus tahu trik-trik dulu. Sebab U4000 diyakini mampu melibas medan yang lebih gila dari ini,” sambung Lettu Johar Asmara.
Usaha pertama Klaus gagal merayapi tanjakan tersebut. Baru pada usaha kedua, kendaraan tersebut merayap dengan mulus dan ini dilakukan berkali-kali. Begitu juga ketika U4000 menceburkan dirinya ke kolam lumpur, lancar-lancar saja.
Yang agak berat ketika dilakukan pengujian endurance 3 kali 24 jam. Artinya kendaraan tersebut tidak dimatikan mesin selama 3 hari 3 malam dan berjalan dengan kecepatan konstan. Inipun U4000 tidak mengalami persoalan.
Kendaraan ini pantas dijuluki “Badak Besi” karena melihat kekuatannya yang luar biasa. Tim penguji dalam memasuki minggu kedua, tampak sudah letoi, sementara U4000 kalau saja bisa berbicara akan mengatakan, “no problem” sembari tersenyum.
No comments:
Post a Comment