History
a. TRIBUANA atau Tiga Jagad:
1) Sebagai manusia hamba Tuhan yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna maka dalam pribadinya terdiri dari tiga unsur yaitu cipta, rasa dan karsa yang harus diaktualisasikan sebagai karya nyata.
2) Sebagai prajurit harus mampu berkiprah di tiga matra yaitu darat, laut dan udara.
b. CHANDRACA:
1) Sebagai senjata ampuh berbentuk tombak bermata tiga dan hanya digunakan pada saat terakhir dalam pertempuran.
2) Senjata ampuh yang berbentuk kecil menggambarkan bahwa Pasukan Khusus meletakkan kemampuan di atas jumlah dan digunakan untuk tugas-tugas yang bernilai strategis.
c. SATYA DHARMA:
Para anggota Kopassus pada umumnya berasal dari Korps Infanteri, namun sesuai dengan sifatnya yang khusus, maka Kopassus menciptakan strukturnya sendiri, yang berbeda dengan satuan infanteri lainnya.
Kopassus sengaja untuk tidak terikat pada ukuran umum satuan infanteri, hal ini tampak pada satuan mereka yang disebut Grup.
Penggunaan istilah Grup bertujuan agar satuan yang dimiliki mereka terhindar dari standar ukuran satuan infanteri pada umumnya (misalnya Brigade).
Dengan satuan ini, Kopassus dapat fleksibel dalam menentukan jumlah personel, bisa lebih banyak dari ukuran brigade (sekitar 5000 personel), atau lebih sedikit.
Supaya tidak terikat dengan ukuran baku pada kompi atau peleton, maka Kopassus perlu memiliki sebutan tersendiri bagi satuannya, agar lebih fleksibel.
Sejarah kelahiran Komando Pasukan Khusus sebagai
satuan tidak terlepas dari rangkaian bersejarah dalam kehidupan bangsa
Indonesia, pada bulan Juli 1950, timbul pemberontakan di Maluku oleh kelopok
yang menamakan dirinya RMS (Republik Maluku Selatan).
Pimpinan Angkatan Perang RI saat itu segera mengerahkan pasukan untuk menumpas gerombolan tersebut.
Operasi ini dipimpin langsung oleh Panglima tentara teritorium III Kolonel A.E Kawilarang, sedangkan sebagai Komandan Operasinya ditunjuk Letkol Slamet Riyadi.
Operasi ini memang berhasil menumpas gerakan pemberontakan, namun dengan korban
yang tidak sedikit dipihak TNI. Setelah dikaji ternyata dalam beberapa
pertempuran, musuh dengan kekuatan yang relatif lebih kecil sering kali mampu
menggagalkan serangan TNI yang kekuatannya jauh lebih besar.
Hal ini ternyata bukan hanya disebabkan semangat anggota pasukan musuh yang lebih tinggi atau perlengkapan yang lebih lengkap, namun juga taktik dan pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.
Peristiwa inilah yang akhirnya mengilhami Letkol Slamet Riyadi untuk mempelopori pembentukan suatu satuan pemukul yang dapat digerakkan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang bagaimanapun beratnya.
Setelah gugurnya Letkol slamet Riyadi pada salah satu pertempuran A.E Kawilarang. Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial III No. 55/ Inst / PDS /52 tanggal 16 April 1952 terbentuklah KESATUAN KOMANDO TERITORIUM III yang merupakan cikal bakal “ Korps Baret Merah ”.
Sebagai Komandan pertama dipercayakan kepada Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan Kapten KNIL yang pernah bergabung dengan Korps Special Troopen dan pernah bertempur dalam perang dunia II.
Dalam perjalanan selanjutnya satuan ini beberapa kali mengalami perubahan nama diantaranya :
Pimpinan Angkatan Perang RI saat itu segera mengerahkan pasukan untuk menumpas gerombolan tersebut.
Kolonel A.E Kawilarang
Operasi ini dipimpin langsung oleh Panglima tentara teritorium III Kolonel A.E Kawilarang, sedangkan sebagai Komandan Operasinya ditunjuk Letkol Slamet Riyadi.
Letkol Slamet Riyadi
Hal ini ternyata bukan hanya disebabkan semangat anggota pasukan musuh yang lebih tinggi atau perlengkapan yang lebih lengkap, namun juga taktik dan pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.
Peristiwa inilah yang akhirnya mengilhami Letkol Slamet Riyadi untuk mempelopori pembentukan suatu satuan pemukul yang dapat digerakkan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang bagaimanapun beratnya.
Setelah gugurnya Letkol slamet Riyadi pada salah satu pertempuran A.E Kawilarang. Melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial III No. 55/ Inst / PDS /52 tanggal 16 April 1952 terbentuklah KESATUAN KOMANDO TERITORIUM III yang merupakan cikal bakal “ Korps Baret Merah ”.
RPKAD
Sebagai Komandan pertama dipercayakan kepada Mayor Mochamad Idjon Djanbi, mantan Kapten KNIL yang pernah bergabung dengan Korps Special Troopen dan pernah bertempur dalam perang dunia II.
Mayor Mochamad Idjon Djanbi
Dalam perjalanan selanjutnya satuan ini beberapa kali mengalami perubahan nama diantaranya :
- Kesatuan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada tahun 1953,
- Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat) pada tahun 1952,
- selanjutnya pada tahun 1955 berubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
- Pada tahun 1966 satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (PUSPASSUS TNI AD),
- berikutnya pada tahun 1971 nama satuan ini berganti menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (KOPASSANDHA).
- Pada Tahun 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) sampai sekarang.
- Makopassus, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Pataka “ TRIBUANA CHANDRACA SATYA DHARMA”.
- Grup-1/ Parako, berkedudukan di Serang dengan sesanti Dhuaja “ EKA WASTU BALADIKA ”.
- Grup-2/ Parako, berkedudukan di Solo dengan sesanti Dhuaja “ DWI DHARMA BIRAWA YUDHA”.
- Grup-3/Sandha, berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja “ CATUR KOTTAMAN WIRA NARACA BYUHA ”.
- Pusdikpassus, berkedudukan di Batujajar dengan sesanti Sempana “ TRI YUDHA SAKTI ”.
- Satuan-81/Gultor berkedudukan di Cijantung dengan sesanti Dhuaja “ SIAP SETIA BERANI “.
Lambang Kopassus
Pataka Komando Pasukan Khusus
'Tribuana
Chandraca Satya Dharma'
Lambang atau gambar yang terdapat pada
Pataka Kopassus sama dengan emblem yang dikenakan setiap anggota di baretnya.
Mula-mula emblem dirancang oleh Letda Inf Dodo Sukanto tahun 1955 selaku
perwira Biro Pengajaran yang dibantu oleh juru gambarnya Sersan Hasan.
Lambang
memadukan unsur Komando (gambar pisau komando), unsur laut atau air (digambar
dalam bentuk jangkar) dan udara (gambar sepasang sayap) yang dibingkai oleh
tali komando.
Pada tahun 1964, lambang tersebut dirampingkan dengan menempatkan
gambar pisau komando dibagian depan, tetapi gambar dan tandanya pada prinsipnya
tidak berubah.
Lambang itulah yang dipergunakan sampai sekarang seperti terlihat
di emblem maupun di Pataka Kopassus.
Penjelasan Tribuana Chandraca Satya Dharma:
1) Sebagai manusia hamba Tuhan yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna maka dalam pribadinya terdiri dari tiga unsur yaitu cipta, rasa dan karsa yang harus diaktualisasikan sebagai karya nyata.
2) Sebagai prajurit harus mampu berkiprah di tiga matra yaitu darat, laut dan udara.
b. CHANDRACA:
1) Sebagai senjata ampuh berbentuk tombak bermata tiga dan hanya digunakan pada saat terakhir dalam pertempuran.
2) Senjata ampuh yang berbentuk kecil menggambarkan bahwa Pasukan Khusus meletakkan kemampuan di atas jumlah dan digunakan untuk tugas-tugas yang bernilai strategis.
c. SATYA DHARMA:
Kesetiaan dan dedikasi sebagai sifat yang tidak terpisahkan
dari sifat luhur prajurit yang dijiwai Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
Struktur Organisasi Dan Tugas Pokok
Struktur organisasi Kopassus berbeda dengan satuan infanteri pada umumnya. Meski dari segi korps,
TUGAS POKOK
Kopassus bertugas pokok membantu KSAD dalam membina fungsi dan kesiapan operasional pasukan khusus serta menyelenggarakan Operasi Komando, Operasi Sandi Yudha dan Operasi Penanggulangan Teror sesuai perintah Panglima TNI dalam rangka mendukung Tugas Pokok TNI.
VISI & MISI
VISI : "Kopassus yang Profesional dan Berwawasan Kebangsaan"
MISI :
a. Melaksanakan Operasi Khusus dalam rangka meneggakan kedaulatan dan keutuhan Negara serta melindungi segenap Bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus.
c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan dari satuan atas dalam pencapaian tugas pokok satuan.
Para anggota Kopassus pada umumnya berasal dari Korps Infanteri, namun sesuai dengan sifatnya yang khusus, maka Kopassus menciptakan strukturnya sendiri, yang berbeda dengan satuan infanteri lainnya.
Kopassus sengaja untuk tidak terikat pada ukuran umum satuan infanteri, hal ini tampak pada satuan mereka yang disebut Grup.
Penggunaan istilah Grup bertujuan agar satuan yang dimiliki mereka terhindar dari standar ukuran satuan infanteri pada umumnya (misalnya Brigade).
Dengan satuan ini, Kopassus dapat fleksibel dalam menentukan jumlah personel, bisa lebih banyak dari ukuran brigade (sekitar 5000 personel), atau lebih sedikit.
Jumlah Personel
Karena Kopassus merupakan pasukan khusus, maka dalam melaksanakan operasi tempur, jumlah personel yang terlibat relatif sedikit, tidak sebanyak jumlah personel infanteri biasa, dengan kata lain tidak menggunakan ukuran konvensional mulai dari peleton hingga batalyon.
Kopassus jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan melibatkan kekuatan satu batalyon sekaligus.
Kopassus dirombak dan dikecilkan jumlahnya di tahun 1985, dan pada tahun 1992 kekuatan Kopassus hanya berjumlah 2.500 orang.
Pada tahun-tahun akhir di dasawarsa 1990 Kopassus kembali menambah jumlah anggotanya menjadi 6.000 orang.
Kopassus jarang sekali (mungkin tidak pernah) melakukan operasi dengan melibatkan kekuatan satu batalyon sekaligus.
Kopassus dirombak dan dikecilkan jumlahnya di tahun 1985, dan pada tahun 1992 kekuatan Kopassus hanya berjumlah 2.500 orang.
Pada tahun-tahun akhir di dasawarsa 1990 Kopassus kembali menambah jumlah anggotanya menjadi 6.000 orang.
Sekitar tahun 2001, Kopassus merampingkan organisasinya menjadi 5.000 orang.
Istilah di kesatuan
Karena berbeda dengan satuan pada umumnya, satuan di bawah batalyon bukan disebut kompi, tetapi detasemen, unit atau tim. Kopassus jarang melibatkan personel yang banyak dalam suatu operasi.
Pangkat Komandan
Sebutan bagi pemimpin Kopassus juga ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang berpangkat Brigjen menjadi Komandan Jendral (Danjen) Kopassus yang berpangkat Mayjen bersamaan dengan reorganisasi ini.
- Komandan Grup berpangkat Kolonel,
- Komandan Batalyon berpangkat Letnan Kolonel,
- Komandan Detasemen, Tim, Unit, atau Satuan Tugas Khusus, adalah perwira yang pangkatnya disesuaikan dengan beban tugasnya (mulai Letnan sampai Mayor).
Komandan Jendral Pasukan Khusus
Kopassus dipimpin oleh seorang Komandan Jenderal (Danjen) yang berpangkat Mayor Jenderal.
- Mayor Moch. Idjon Djanbi 1952 1956 Memimpin saat masih bernama Kesko TT III/Siliwangi hingga bernama RPKAD
- Mayor R. E. Djailani 1956 1956 Sebelumnya menjabat Wadan RPKAD
- Mayor Kaharuddin Nasution 1956 1958
- Mayor Mung Parahadimulyo 1958 1964
- Kolonel Sarwo Edhie Wibowo 1964 1967 RPKAD hingga menjadi Puspassus AD
- Brigjen Widjoyo Suyono 1967 1970
- Brigjen Witarmin 1970 1975
- Brigjen Yogie Suardi Memet Mei 1975 April 1983
- Brigjen Wismoyo Arismunandar April 1983 Mei 1985
- Brigjen Sintong Panjaitan Mei 1985 Agustus 1987
- Brigjen Kuntara Agustus 1987 Juli 1992
- Brigjen Tarub Juli 1992 Juli 1993
- Brigjen Agum Gumelar Juli 1993 September 1994
- Brigjen Subagyo H. S. September 1994 Desember 1995
- Mayjen Prabowo Subianto Desember 1995 Maret 1998 Sebelumnya menjabat Wadanjen Kopassus
- Mayjen Muchdi Maret 1998 Mei 1998 Sebelumnya menjabat Pangdam VI/Tanjungpura
- Mayjen Syahrir MS 1998 2000
- Mayjen Amirul Isnaini 1 Juni 2000 2002
- Mayjen Sriyanto Muntasram 2002 15 Februari 2005 Sebelumnya menjabat Wadanjen Kopassus
- Mayjen Syaiful Rizal 15 Februari 2005 1 September 2006 Sebelumnya menjabat Kasdam VI/Tanjungpura
- Mayjen Rasyid Qurnuen Aquary 1 September 2006 12 September 2007 Sebelumnya menjabat Pangdivif-1/Kostrad
- Mayjen Soenarko 12 September 2007 1 Juli 2008 Sebelumnya menjabat Kasdivif-1/Kostrad
- Mayjen Pramono Edhie Wibowo 1 Juli 2008 4 Desember 2009 Sebelumnya menjabat Kasdam IV/Diponegoro
- Mayjjen Lodewijk Freidrich Paulus 4 Desember 2009 8 September 2011 Sebelumnya menjabat Dirlat Kodiklatad
- Mayjen Wisnu Bawa Tenaya 8 September 2011 2012 Sebelumnya menjabat Danpussenif Kodiklatad
- Mayjjen Agus Sutomo,S.Ip 2012 Sekarang Sebelumnya menjabat Komandan Paspampres
Operasi Militer
Mereka telah terjun dalam berbagai operasi militer di wilayah Indonesia yang keamanannya sedang tidak terjamin.
- Unit Kopassus terlibat dalam operasi pembebasan sandera dalam pesawat Garuda Airline Woyla pada tahun 1981.
- Beberapa anggota Kopassus juga telah mendaki puncak Gunung Everest di tahun 1997.
Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus
- Penumpasan DI/TII,
- Operasi militer PRRI/Permesta,
- Operasi Trikora,
- Operasi Dwikora,
- Penumpasan G30S/PKI,
- Pepera di Irian Barat,
- Operasi Seroja di Timor Timur,
- Operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla),
- Operasi GPK di Aceh,
- Operasi pembebasan sandera di Mapenduma,
Operasi Kopassus yang pernah dilakukan dan tidak diketahui publik seperti:
- Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika Serikat (CIA),
- penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di perbatasan Papua nugini.
Sumber : Berbagai Sumber
No comments:
Post a Comment